Rabu, 09 November 2016

Trumps

Trumps
Andi Hakim

Sejak awal saiya berharap Donald Trump akan memenangkan pilpres Amerika Serikat (AS).

Jika ia diserang dengan isu-isu penistaan agama, anti minoritas muslim, dan membenci imigran gelap dari Meksiko serta Asia, Trump baru bicara dimulut saja. Orang menyamakan Trump dengan Ahok dari sisi bahasa, tetapi sebenarnya jauh sekali berbeda.

Trump bicara politik pasar dari sudut pandangnya sebagai pedagang. Semua harus jelas dan tidak perlu berpanjang dikali lebar terdapat uang. Ia menghitung berdasarkan kalkulasi trader, segala hal dapat dinegosiasikan sepanjang saling menguntungkan. Tetapi Ahok menyembunyikan pengembangan properti di Jakarta dengan kebijakan reklamasi, penggusuraan dan tukar guling Sumber Waras atas nama pembangunan. Ahok juga mudah saja bicara jika penggusuran pemukiman pinggiran Ciliwung karena mereka menyebabkan banjir padahal mungkin nantinya di Bukiduri sampai ke Dipo KAI-nya akan dijadikan distrik apartement mahal.

Trump misalnya akan mendesak Meksiko membangun tembok perbatasan karena selama ini Meksiko mengambil keuntungan dari perdagangan imigran ilegal. Ia memaksa pemerintah Meksiko jika ingin mendagangkan manusia sebagai tenaga kerja, maka itu harus dilakukan dengan cara legal, terbuka tanpa penyelundupan. Meksiko sebagai pihak yang paling membutuhkan tentu harus ikut berinvestasi membangun tembok perbatasan untuk mengatur jumlah kedatangan. 

Ketika ditanya reporter bagaimana politik luar negerinya dengan Rusia bila menjadi presiden, Trump menjawab lugas.

"Saiya akan berteman dengan Putin, dengan Rusia. Dia tidak pernah menghina saiya, dia tidak membodohi saiya. Saiya setuju dengan caranya menghancurkan ISIS di Suriah."

Trump melanjutkan jika Hillary berpura-pura membenci ISIS tetapi mendanai mereka dan mendukung dengan persenjataan.

"Sekarang Hillary dengan kebijakannya yang bodoh kena babak belur dikerjain Putin di Libya, Irak dan Suriah.

Di sini Trump berbicara bahasa politik pasar: Anda kan tidak perlu berpura-pura prihatin dengan isu kemanusiaan, isu pembangunan, isu ekonomi, kesehatan, tokh kalau pada akhirnya niat anda sebenarnya adalah membodohi orang dan memperkaya grup investor saja. 

Trump terbuka saja, tentang isu agama, minoritas, imigran gelap dan kesempatan kerja bagi warga AS. Ia ingin memberikan perhatian lebih kepada orang AS sebagai prioritas, bukan pada para pengembang dari Cina, Meksiko. Ia berbicara tentang penguatan pemodal lokal, produsen lokal dan hal ini adalah wajar sebagai orang AS ia menghendaki kepentingan orang AS didahulukan.  

Sementara pada Hillarry dalam 30 tahun kariernya di pemerintahan AS, telah membuat kebijakan-kebijakan luar negeri yang bukan hanya merusak negara-negara Islam. Hillary memuji-muji demokratisasi di negara Islam seperti Mesir tetapi melindungi hal tadi terjadi di Qatar, Bahrain, UEA, dan Saudi yang tetap menjalankan monarki.

Ia bisa beramah-tamah dengan keluarga muslim dan menangis karena korban sipil di Mesir. tetapi ia tertawa senang dan dengan terbuka berkata mendanai perang sipil dan teror yang menewaskan jutaan korban sipil di Afganistan, Irak, Libya, Bahrain, Suriah dan Yaman.

Bagi Indonesia sendiri, jika Trump atau Hillary memenangkan pilpres AS maka itu tidak akan menjadi penting karena itu urusan orang Amerika.  Kita berbicara pragmatis saja jenis kerjasama apa yang dapat menguntungkan kepentingan nasional kita dengan kebijakan luar negeri yang akan dilakukannya. Trump lebih mungkin diajak berdiplomasi dibandingkan Hillary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar