Senin, 21 November 2016

Memahami Rohingya

https://global.oup.com/academic/product/the-rohingyas-9781849046237?cc=us&lang=en&#

Dari FB nya Mahmud Syaltout :

Memahami Rohingya

Buku yang terbit Juni 2016 ini, merupakan salah satu referensi yang terbaik untuk menjelaskan tentang kondisi terkini di Myanmar alias Burma alias Birmanie - negeri yang mengenal 135 etnis minoritas, dan memperlakukan minoritas itu sangat buruk.

Dari semua itu, perlakuan terburuk dari yang terburuk diberlakukan terhadap sekitar 1,3 juta orang-orang Rohingya. Bahkan menurut PBB, orang-orang Rohingya merupakan kelompok minoritas yang paling dipersekusi di seluruh dunia - termasuk antara lain: tidak diakuinya secara resmi mereka sebagai etnis minoritas di Myanmar dan bahkan tidak adanya pengakuan kewarganegaraan - meskipun mereka lahir di Myanmar. Menurut Azeem Ibrahim, penulis buku ini, apesnya, penduduk muslim di Myanmar yang hanya sekitar 4% sering kali diidentikkan sebagai Rohingya juga tak luput dari perlakukan diskriminatif dan represif.

Awalnya, mereka mendapat perlakukan diskriminatif dari tetangga-tetangga mereka dari kelompok Budhis di Negara Bagian Rakhine, namun kemudian berdasarkan catatan dan investigasi lembaga-lembaga pemantau Hak Asasi Manusia, salah satunya Human Rights Watch Group (HRWG) menduga bahwa Rezim yang berkuasa di Myanmar saat ini juga berkomplot dalam kampanye penghilangan etnis atau genosida terhadap warga Muslim Rohingya.

Dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan yang semakin menjadi-jadi terhadap mereka, mulai dari penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan dan semakin parah terutama sejak tahun 2012 telah memaksa mereka mengungsi besar-besaran, tidak dapat bekerja, tidak bisa mengenyam pendidikan, tidak dapat dengan mudah untuk menikah, tidak memiliki hak untuk memilih, akses layanan kesehatan, berpergian di dalam negeri Myanmar dan terlebih lagi memiliki paspor. Banyak dari mereka yang kemudian terpaksa menyelamatkan diri, menjadi pelarian tanpa kewarganegaraan (stateless refugees); sementara beberapa di antaranya terpaksa menjadi budak-budak di beberapa kapal penangkapan ikan di perairan Asia Tenggara.

Penulis buku ini, Azeem Ibrahim, yang memperoleh PhD-nya dari University of Cambridge dan pernah menjadi Research Fellow di International Security Program at the Kennedy School of Government - Universitas Harvard, World Fellow di Universitas Yale, Fellow dan Member of the Board of Directors di Institute for Social Policy Understanding dan Adjunct Research Professor di  Strategic Studies Institute US Army War College; berhasil mematahkan mitos “Orang-orang Rohingya merupakan imigran ilegal dari Bangladesh dan sama sekali tidak termasuk bagian negeri Myanmar - yang Budhis”. Bahkan sebaliknya, penulis buku ini dapat menunjukkan bukti-bukti dan argumen yang valid, bahwa leluhur orang-orang Rohingya telah tinggal di Negara Bagian Rakhine (sebelumnya dikenal dengan sebutan Negara Bagian Arakan) jauuuh sebelum penaklukan Myanmar oleh Inggris pada tahun 1826.

Menurut penulis buku ini, permasalahan utama dari krisis kemanusiaan ini terjadi gara-gara upaya dari Pemerintah Myanmar saat ini untuk menarik dukungan dengan menemukan atau mencari “musuh internal” - yang dijadikan tumbal bersama. Selama transisi demokratik akhir-akhir ini, Partai Politik yang diasosiasikan dengan Junta Militer dekat dengan fundamentalis Budhis, sedangkan Partai Politik Pro-Demokrasi - yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi, tampak malu-malu(in) menjauh dari isu ini - sebagai “jalan tengah”.

Analisis buku ini mempertegas bahwa kita memang tidak bisa “netral” dan tidak bisa tidak memihak. Kita harus bersuara keras dan membunyikan alarm “Awas bahaya terang-benderang Genosida!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar