Senin, 05 Desember 2016

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH 51

Catatan KH Musta'in Syafi'i (Pakar Tafsir Tebuireng) terkait Aksi 212, Khususnya Untuk Nahdliyin

[Catatan KH Achmad Musta'in Syafi'i (Pakar Tafsir Pesantren Tebuireng Jombang) terkait Aksi 212 untuk Para Pemimpin PBNU]

"DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH 51"

Sekian lama KYAI toleransi sengaja "menyembunyikan mu", wahai al-Maidah 51 (menyembunyikan, tidak mau mendakwahkan bahwa haram memilih pemimpin kafir padahal sudah jadi Keputusan Muktamar XXX NU Lirboyo 1999 -red). Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-NYA sendiri DIA bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar.

Kita petik hikmahnya:

1. Aksi 411 dan 212 adalah bukti bahwa Allah SWT itu ada dan kehendakNya tidak bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah terpaksa harus mengalah, padahal sebelumnya Jokowi sudah pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi Doa. Ternyata malah punya daya tarik yang luar biasa. Seluruh negeri menyambut dengan nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.

Negara juga terpaksa mengeluarkan dana sangat besar untuk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan terpaksa harus menyesuaikan diri dg menggunakan simbol-simbol Islam.

Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, Polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala.

Mungkin Tuhan sedang menjewer telinga kita, agar selalu "putih" dalam mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih banyak didirikan oleh teriakan "Allah Akbar" ketimbang "Haleluya". Umat Islam yang selama ini diam, kini sebagian kecil berani menunjukkan jati dirinya secara alamiah dan sangat militan. Inilah yang disebut "silent majority". Maka jangan coba-coba mengusik "air tenang" jika tidak

ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa: tasamuh, tawazun, tawassut yang dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yang tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yang tak jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih "RAHMATAN LIL 'ALAMIN" tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN" (Lemahnya Iman -red).

Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, beliau memaafkan.. tapi jika agama dinista, beliau marah besar.. Beberapa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat.. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, "asyidda' 'ala al-kuffar, ruhama' bainahum" (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, "asyidda' 'ala al-mukminin, ruhama' bain al-kuffar".

4. Gus Mus yang membid'ahkan shalat jum'ah di jalan raya dan Kyai Sa'id yang menghukumi tidak sah sekarang diam soal shalat jum'ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?

Begitulah bila Fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqihuntuk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yang ketepatan lewat. Setelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat Islam pada umumnya. Maslahah inilah yang tidak beliau lihat. Lagian, tradisi kita sudah biasa menutup jalan untuk majlis dzikir, istighatsah, termasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.

Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid'ahkan, tapi sekarang ganti membid'ahkan sesama muslim, "bid'ah besar". Ternyata, amunisi bid'ah yg ditembakkan Gus Mus ini lebih besar dibanding bid'ah yg ditembakkan non-nahdliyin.

Sekedar membaca sejarah, bahwa zaman Umar ibn al-Khattab, tentara Islam shalat jum'ah di jalan sebelum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum'ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmaniyah berdiri. Sekali lagi, orang 'alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat "bid'ah" sesaat.

Hadana Allah.

Minggu, 04 Desember 2016

Kekuatan Umat Islam Indonesia Sebagai Modal Masyarakat

- Kekuatan umat Islam Indonesia sebagai modal masyarakat-
Mungkinkah dari aksi 2 Desember terbangun kekuatan modal-

Yang membuat saiya kagum pada aksi 2 Desember lalu adalah munculnya swa-organisasi yang rapi, tertib, dari massa umat islam melanjutkan aksi penistaan agama sebelumnya. Aksi yang mendatangkan hampir 7,2 juta orang secara serentak di seluruh tanah air dengan yang menguras uang, perhatian, dan tenaga ditolak atau diterima telah menjadi fakta sejarah bahwa seandainya diorganisir dengan baik dan diikat dengan emosi yang terkontrol oleh akal sehat serta kesadaran ilahiah maka umat islam di Indonesia dapat menjadi modal masyarakat untuk memperkuat bangsa Indonesia.

Tidak dapat ditolak bahwa gerakan besar tetapi lembut dan cantik untuk mengawal proses hukum dengan cara menjunjung tinggi  demokrasi, sikap berkewarganegaraan, dan supremasi hukum ini telah menarik simpati masyarakat luas baik dalam dan luar negeri. Bagaimana dengan swadaya, swadana, swalayan, dan swa lainnya umat islkam mengorkestrakan satu gerakan nasional yang masif dan mengundang simpati luar biasa.

Aneka pujian dari mulai kebersihan, ketertiban, keindahan, keteraturan, sampai motivasi tulus baik peserta maupun simpatisan yang datang dari berbagai kalangan umat beragama untuk ikut berpartisipasi mendukung kegiatan dimaksud menunjukkan bahwa sebenarnya Islam di Indonesia dapat menjadi contoh dari apa yang disebut dengan demokrasi dengan basis kekuatan publik yang sebenarnya.

Saiya menyaksikan aksi besar tersebut di tengah-tengah acara High Level Meeting 2 tentang Kemitraan Global untuk Efektivitas Kerjasama Internasional di Nairobi Kenya. Pada saat komitment pendanaan bagi kegiatan pembangunan di negara-negara berkembang sedang diperbincangkan serius.

Setelah beberapa pertemuan di Shanghai, Cancun Meksiko, Busan dan kini High Level Meeting 2 di Naroibi, tentang masa depan kerjasama pembangunan global maka hal yang selalu muncul ke muka adalah keinginan dari semua orang untuk memajukan kepentingan nasionalnya di atas segala-galanya. Di satu sisi negara berkembang (developed) yang kaya tetap menginginkan diri mereka sebagai pemberi bantuan keuangan internasional dengan sistem bunga-riba yang tinggi dan tentu saja mengikat. Di sisi lainnya, negara-negara berkembang yang memiliki potensi kekayaan sumber daya alam dan manusia yang penting bagi terus bergeraknya kapital internasional tetap menjadi kelompok miskin yang tergantung pada uang bantuan negara lain.

Kontur kepentingan membangun dan kebutuhan memperoleh dana pembangunan tadi memaksa kita untuk terlibat untuk ikut merumuskan bentuk-bentuk negosiasi yang penuh intrik dan manipulasi yang dimainkan donor tradisional.

Terbukti dengan diulur-ulurnya program investasi di Indonesia telah memaksa pemerintahan memutar kepala menerapkan kebijakan ambil duit rakyat via program-program seperti pemotongan anggaran di pusat dan daerah. Penerapan tax amnesti, dan kemudian pajak-pajak lainnya demi menarik uang publik bagi kepentingan pembangunan yang tidak kunjung jadi.

Di sinilah kemudian saiya melihat bahwa sebenarnya aksi damai umat Islam 2 Desember lalu yang menarik simpati luas sebenarnya dapat dimaksimalkan menjadi modal masyarakat bangsa Indonesia.

Saiya membayangkan seandainya ada dana yang dapat diakumulasikan dari kehadiran 7,2 juta umat islam dengan model crown funding, satu orang seribu rupiah per hari atau per bulan. Maka tidak dapat dihindari aksi kemarin akan menjadi satu bentuk solidaritas kapital luar biasa untuk memulai kemandirian bangsa.

Melepaskan ketergantungan akut bangsa ini dari dana-dana bantuan asing yang diplot dengan bunga tinggi dan kesimpangsiuran program yang membuka jalan bagi terjadinya praktik korupsi antara pemilik modal dan penguasa. Kasus-kasus reklamasi pantai untuk properti mahal, perambahan hutan, penguasaan lahan tempat tinggal di perkotaan dengan cara menggusur orang miskin dan memenangkan modal pengusaha adalah beberapa contoh dari buruknya praktik akumulasi kapital pada segelintir orang.

Ini hanya dapat dilawan dengan memaksimalkan peran-peran swadaya masyarakat dalam organisasi modal bersama yang cakap. Kegiatan aksi damai 7,2 juta orang yang melibatkan dana, perhatian, dan tenaga kemarin sebenarnya dapat menjadi langkah awal bagi dibentuknya satu kekuatan ekonomi tandingan oleh umat Islam Indonesia bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Foto group negosiator Nairobi. Prof. Stephan, Marthen, dll dari Jerman dan Prof. Jose, Prof, Li Xianyuo, Prof. Lie Wuein, Prof Nessan, Dr. Murrad Ali, Pak Andi dll dari grup Think-thank Selatan-selatan: Tema Toward aid: Seeking convergence, effort and effectiveness for global partnership for international development cooperation...

Sabtu, 03 Desember 2016

PASCA AKSI 212: HABIB RIZIEK SEBAGAI PEMIMPIN ISLAM POLITIK INDONESIA?

PASCA-AKSI 212: HABIB RIZIEQ SEBAGAI PEMIMPIN ISLAM POLITIK INDONESIA?

Gelar aksi demo yang diberi nama "Super Damai" di kawasan Monas pada Jum'at 2 Desember 2016 barangkali layak disebut sebagai sebuah babak baru dalam konstelasi perpolitikan Indonesia pasca-reformasi. Yaitu munculnya Habib Rizieq Syihab (HRS) sebagai representasi kekuatan Islam politik yg fenomenal dan harus diperhitungkan secara serius oleh Pemerintah Presiden Jokowi (PJ) dan masyarakat Indonesia serta pihak-pihak di luar negeri ini. Kehadiran PJ dalam acara tersebut, mengikuti sholat Jum'at, mendengarkan Khotbah HRS yg sangat jelas menyampaikan tausiah/ pesan-pesan politik kepada PJ, pidato singkat sang Presiden di panggung bersama HRS dan para petinggi Kabinet, dan, last but not the least, konsistensi tuntutan agar Ahok ditangkap, dan kesuksesan acara sampai selesai tanpa ada kericuhan sedikitpun, semuanya merupakan fakta-fakta yg dapat ditafsirkan bahwa HRS lah yang menjadi tokoh utama alias "man of the hour" dalam event tsb.

Bukan hanya itu saja. Pasca-212, suka atau tidak suka, HRS adalah pemimpin yang tak dapat diragukan lagi (undisputed leader) dari kekuatan Islam politik Indonesia, dan PJ adalah salah satu pihak yg ikut mengukuhkan posisi tsb! Para perjabat negara boleh dan sah sah saja mengatakan bahwa PJ sudah menunjukkan kepemimpinannya dengan tampil di dalam acara tsb; bahkan ada yg bilang PJ telah menang tanpa harus mengalahkan (menang tanpo ngasorake) lawan, dll pujian seperti itu. Namun secara politis, hemat saya, PJ menang hanya secara taktis, tetapi HRS lah yang mendapat keuntungan secara strategis. Jika PJ bisa disebut meraih keuntungan politik dalam jangka pendek, tetapi pengaruh HRS dan Islam politik di negeri bsa saja akan meluas dalam jangka panjang.

Implikasi politik jangka pendek yg paling nyata adalah thd kasus Ahok akan bergulir. Prediksi saya, tekanan dari kelompok anti-Ahok akan makin besar bukan saja agar Gubernur DKI non-aktif tsb ditahan, tetapi juga sampai ujung proses dengan vonis dinyatakan sebagai pihak yg bersalah. Kehadiran PJ di Monas akan dikapitalisasi secara politik oleh kubu ini untuk terus meningkatkan tekanan agar "hukum ditegakkan" dan "keadilan dijunjung tinggi" dalam proses peradilan yag akan datang. Pengaruhnya thd kampanye Pilkada pasangan Ahok-Djarot (Badja), tampaknya akan semakin negatif dan merugikan pemulihan elektabilitasnya. Jika survei-2 yg dilakukan sebelum 212 saja hasilnya sudah cenderung "sepakat" bahwa elektabilitas Badja mengalami penurunan akibat status tersangka Ahok, apalagi setelah ini. Pihak anti Ahok akan semakin agressif dalam kampanye mereka utk memarginalisasi sang petahana. Paslon Badja mesti kerja "super keras" agar tidak mengalami penurunan drastis lebih lanjut!.

Diamnya parpol-parpol pendukung Badja pasca kehadiran PJ ke Monas, bagi saya, adalah juga pertanda kurang baik bagi paslon ini. Elite PDIP, Nasdem, dan Hanura seperti sedang "kebingungan" dan akhirnya memilih "diam" dengan keputusan PJ yang konon dibuat mendadak utk bergabung dalam acara di Monas tsb. Demikian pula respon senyap dari tim sukses Badja terkait dengan dinamika politik seperti itu menunjukkan bahwa mereka pun mengalami semacam kekagetan yg serius. Ini berbanding terbalik dg persistensi kelompok anti-Ahok dalam kampanye mereka sangat nyata, seperti kita lihat dalam bermunculannya meme-meme baru di sosmed yg bertema desakan agar Ahok ditahan. Upaya pemulihan elektabilitas paslon Badja jelas semakin dipersulit oleh keputusan PJ hadir di Monas tsb. Setidaknya peluru baru bagi kampanye lawan bertambah lagi, sementara paslon Badja tidak siap dengan counternya..

Bukan hanya pihak paslon Badja saja yg terimbas implikasi politik dari langkah PJ kemarin. Hemat saya, ormas-ormas besar Islam yang selama ini berusaha membantu PJ agar eskalasi demo dapat dibatasi, bisa jadi juga sama kagetnya. Sampai sehari setelah demo 212 berakhir, saya belum menemukan reaksi resmi dari NU dan Muhammadiyah, atau tokoh-tokoh Islam terkemuka yang sebelumnya ikut mengerem ummat agar tidak berpartisipasi di dalam gelar aksi tsb. Ini tentu sangat menarik utk dicermati. Bisa jadi merekapun sedang berusaha memahami dan mencermati dinamika ini. Setidaknya mereka mesti mengevaluasi utk apa anjuran-2 mereka kepada ummat agar tidak ikut hadir dalam aksi 212 jika kemudian PJ sendiri justru hadir di sana? Bukankah ini merupakan sebuah pengakuan dan endorsement politik terhadap keberadaan HRS dan para pendukungnya sebagai sebuah kekuatan nyata dalam konstelasi perpolitikan nasional? Wallahua'lam..

Sebuah fenomena politik baru pasca-reformasi di Indonesia sedang bergulir, yakni muncul dan berkembangnya kekuatan Islam politik dalam panggung demokrasi, bukan melalui pintu politik elektoral (electoral politics), tetapi melalui pintu politik massa (mass politics). Apakah PJ menyadari sepenuhnya bahwa kini kepemimpinan HRS dan Islam politik kian mantap kehadiran dan pengaruhnya dalam panggung perpolitikan negeri ini? Silakan para sahabat utk memperbincangkannya.

Simak tautan ini:

1. https://news.detik.com/berita/d-3360947/habib-rizieq-kita-apresiasi-kehadiran-pak-jokowi
2.http://nasional.sindonews.com/read/1159953/15/keputusan-jokowi-salat-jumat-di-monas-bersifat-mendadak-1480665010
3.https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/12/01/106713/jika-ahok-tak-ditahan-pasca-212-aksi-bela-islam-bisa-digelar-lagi.html
4. https://nasional.tempo.co/read/news/2016/12/02/078824948/menteri-agama-berharap-tak-ada-lagi-demo-setelah-aksi-212

Dahsyatnya Energi Al-Maidah : 51

Catatan KH Achmad Musta'in Syafi'i (Tebuireng Jombang) terkait Aksi 212 untuk Para Pemimpin PBNU...

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH:51

Sekian lama KYAI toleransi sengaja "menyembunyikan-mu", wahai al-Maidah:51. Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-Nya sendiri Dia bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar. Kita petik hikmahnya :

1. Aksi 411 and 212 adlh bukti bhw Allah SWT itu ada dan kehendakNya tdk bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah trpaksa harus mengalah, pdhal sblumnya Jokowi sdh pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi doa. Ternyata malah punya daya tarik yg luar biasa. Sluruh negeri menyambut dg nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.

Negara jg trpaksa mengeluarkan dana sangt besar utk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan trpaksa harus menyesuaikan diri dg menggunakan simbol-simbol islam.
Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala. Lucu (?).
Mungkin Tuhan sdng menjewer telinga kita, agar slalu "putih" dlm mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bhw negeri ini lebih banyak didirikan oleh teriakan "Allah Akbar" ketimbang "Haliluya". Umat islam yg selama ini diam, kini sbgian kecil berani menunjukkan jati dirinya scra alamiah dan sangat militan. Inilah yg disebut "silent majority". Maka jangan coba-coba mengusik "air tenang" jika tidak ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa : tasamuh, tawazun, tawassut yg dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yg tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sdh mulai tdk sudi dan meninggalkan gaya PBNU yg tk jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih" RAHMATAN LIL 'ALAMIN" tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN".

Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, memaaf. Jika agama dinista, beliau marah besar. Bbrpa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, " asyidda' 'ala al-kuffar, ruhama' bainahum" (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, "asyidda' 'ala al-mukminin, ruhama' bain al-kuffar". (?)

4. Gus Mus yg membid'ahkan shalat jum'ah di jalan raya dan kiai Sa'id yg menghukumi tdk sah skrang diam soal shalat jum'ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?.

Begitulah bila fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqih utk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yg ketepatan lewat. Stelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat islam pd umumnya. Maslahah inilah yg tdk beliau lihat. Lagian, tradisi kita sdh biasa menutup jalan utk majlis dzikir, istighatsah, trmasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.
Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid'ahkan, tapi sekarang ganti membid'ahkan sesama muslim, "bid'ah besar". *Ternyata, amunisi bid'ah yg ditembakkan Gus Mus ini lbh besar dibanding bid'ah yg ditembakkan non-nahdliyin.*

Skedar mmbaca sejarah, bhw zaman Umar ibn al-Khattab, tentara islam shalat jum'ah di jalan sblum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum'ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmniyah berdiri. Sekali lagi, orang 'alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat "bid'ah" sesaat.
Mengagumkan, fatwa dan puisi Gus Mus begitu manusiawi, tawadlu', filosufis dan sufistik sehingga mengesankan derajat beliau telah mencapai hakekat keagamaan.

*Tiba-tiba (Gus Mus) tega merendahkan ilmu kiai-kiai MUI dengan mengatakan ilmu Syafi'i Ma'arif lebih tinggi.*
Sungguh ini membuat penulis tercengang. Ya, karena penulis pernah kuliah di Jogya dan sedikit tahu.

Merendahkan ilmu kiai-kiai MUI sama saja dg merendahkan ilmu ketua Syuriah NU, KH. Ma'ruf Amin.

Begitu cerdiknya Gus Mus, "sekali dayung dua kepala kena pentung". Penulis membatin, "Kog bisa, orang sekelas ketua Syuriah NU tega merendahkan sesama ketua Syuriah. Ini fenomena apa?".

Hadana Allah. Terpujilah kiai Makruf tdk meladeni. Meski demikian, akan lebih elegan bila kiai Ma'ruf Amin tdk merangkap jabatan. Mohon maaf kiai.

Mungkin Bisa Jadi Renungan

Mungkin bisa jadi renungan...

Seorang tokoh islam senior  mengatakan kpd sy bhw suka tdk suka, defacto, tokoh umat islam sekarang ini adalah Habib Riziek. Sy jawab itu karena Hb Riziek konsisten, tdk mau disuap dan tidak mengejar jabatan utk pribadinya. Sukses ABI 3 (Aksi Bela Islam 3) dimana aman damai tertib bersih dan bahkan indah membuat banyak pihak yg ingin klaim ikut berjasa. Sukses ABI3 ini juga semoga bisa menjadikan introspeksi diri tokoh2 islam yg sblmnya sinis dan bahkan ada yg nyinyir thdp pribadi Hb Riziek dan ABI3/sholat jumatan di jalanan. Doa dan harapan kami dimasa masa yad insha Allah tokoh2 terpandang spt Prof.Syafii Maarif, Gus Mus, KH Said Aqil Siraj dll lbh sensitip lagi thdp aspirasi umat islam yg sdng menuntut keadilan atas penistaan agamanya. Dan ormas2 islam besar jg perlu introspeksi diri karena ketika seruannya tdk aspiratip dg umatnya, tetapi lbh akomodatip thdp kemauan YG KUAT ternyata "seruannya" tdk di dengar umat. Sedangkan para penguasa yg silaturahim atau "sowan" kesana kemari ternyata salah alamat. Yg terbukti dan efektip berjalan dilapangan adalah Kesepakatan Kapolri dg GNPF-MUI/Hb Riziek dkk sehingga ABI3 sukses bagi semua pihak dan menakjubkan dunia. Saran penutup saya adalah berhentilah mengadakan "demo2" tandingan sebab tdk ngefek apa2 dan hanya buang2 duit. Toh tdk akan bisa sebanding dg ABI yg lahir karena panggilan yg genuine,  bukan panggilan rekayasa atau komersil. Semoga pandangan ini bermanfaat dan difahami positip semua pihak sbg pembelajaran.  Fuad Bawazier.

Kamis, 01 Desember 2016

20 Tips Aksi Bela Islam III dan Strategi Melawan Tim Cyber Bayaran!

20 TIP Aksi Bela Islam III dan Strategi Melawan Tim Cyber Bayaran!

_Bismillahirrahmanirrahim_

Salam Perjuangan! Salam Indonesia!

Saudaraku, mungkin sebentar lagi kalian sibuk datang ke Jakarta untuk ikut Aksi Bela Islam III atau Aksi Super Damai 212.

Di bawah ini, ada tips kecil untuk kalian dalam aksi nanti (termasuk kalian yang tidak ikut aksi). Setidaknya yang tidak ikut aksi, juga ikut andil dan ikut tercatat dalam perjuangan, Insya Allah.

*Aksi Super Damai III* ini pasti akan dibelokkan oleh mereka-mereka yang sejak awal menggembosi, menghalang-halangi –bahkan—memfitnah dengan dalil-dalil agama. Tidak apa-apa, memang inilah era baru akhir zaman.

Sudah lama umat Islam sengaja dipermainkan, ditipu media massa. Tapi kita tidak bisa menyalahkan. Kita tidak bisa memaksa wartawan, redaktur, pimpinan redaksinya bahkan direkturnya. Karena mereka sama dengan kita. Mereka manusia biasa, mereka kuli. Mereka kehilangan nasionalisme dan _izzah_ agama karena mereka bukan pemilik media. Mungkin tidak semuanya seperti itu. Faktanya, mereka lebih merdeka dari kita untuk membela Islam dan agama kita.

_Alla kulli hal_, takdir menentukan lain. Lihatlah betapa dasyatnya energy Al Maidah.

Hanya satu ayat (Al Maidah 51) saja, ada banyak yang kepanasan. Lahirlah rekayasa, tekanan, intimidasi, ancaman, pembelokan informasi, fitnah. Bahkan pelakunya sama dengan kita, sama-sama berkopiyah, berjilbab, namanya pakai nama nabi kita. Sama semua. Yang membedakan ada dalam hati kita. Kita bergerak karena Allah, mereka bergerak karena ‘faktor lainnya’.

Jika satu ayat saja bisa melahirkan ‘goncangan’ dan gerakan, bagaimana jika semua Surat Al Maidah kita baca, kita yakini dan kita amalkan? Pasti guncangan besar seluruh alam akan terjadi.

Salah satu penggembosan dan penyesatan dalam aksi kali ini dengan mengatakan, aksi ini hanyalah aksi “Ibadah” dan “Doa Bersama”.  Berhati-hatilah terhadap ‘tikungan politik’ seperti ini. Memang aksi kita adalah “doa dan shalat Jumat terpanjang dan terbesar dalam sejarah di dunia”. Tetapi jangan keliru, doa ini diperuntukkan:
(1). Kedamaian Indonesia serta agar penegak hukum (Polisi, Hakim, Jaksa dll (agar adil,  mandiri dan jangan mau dipermainkan segelintir pemilik modal yang menguasai Indonesia.
(2). Penjarakan Sang Penista.

Di bawah ini tips *memenangkan perang opini* (Tanpa Media Massa terutama Tanpa Televisi) Indonesia;

1. Jangan lupa bawa peralatan lengkap (pakaian putih, sajadah, bawa 2 bekal minuman untuk minum dan berwudhu)

2. Ingat! Siapkan *Spanduk, Poster, Fliyer* terbaik dengan dua tuntutan yang jelas ( *Hukum Harus Adil* dan *Penjarakan Sang Penista*). Jika tidak ada poster, media hanya membesarkan shalat kita, bukan tuntutan kita! Inga inga, Ya!

3. Pastikan di tempat acara (Monas) dalam keadaan suci dan pencernaan tidak terganggu.

4. Siapkan kamera, cadangan baterei (jika perlu kosongkan file-file di HP).

5. Rekam dan abadikan foto/video menarik dalam aksi.

6. Terus update status berita-berita terbaik Aksi Super Damai melalui medsos (FB, Twitter, Youtube dll) yang bermuatan positif.

7. Saling *LIKE,* komen, dan Share sesama kita agar terus beredar di time line atas. Komen jangan panjang, karena bikin malas orang lain baca sehingga pesan gagal sampai.

8. Jangan komen postingan provokatif musuh, karena semakin banyak yang komen, justru membuat berita mereka berada di time line dan _trending topic._

9. Jangan share berita apapun dari versi mereka kalau kita tidak cukup mampu menjelaskan hal yang sebenarnya. Dengan memberi komen, justru jadi promosi gratis postingan mereka.

10. Jangan BAPER. Bila ada komen para pecundang biarkan saja jangan dikomen serius. Sesekali ditanggapi becanda gak masalah.. Bila tidak sopan langsung hapus dan blokir. Sebab mereka butuh komen sakit hati kita untuk di crop dan diposting di medsos lalu dilaporkan ke *Cyber Crime.*. 

11. Ubah _privacy status_ menjadi public, biar jangkauannya lebih luas.

12. Banyak istighfar. karena kita sedang berperang di era *“informasi dajjal”*.

13. Jangan mengotori tempat umum, jangan merusak tanaman, jangan mencaci-maki, karena di sana banyak _cyber troop_ “bayaran” yang tugasnya menunggu kesalahan Anda!.

14. Di sana juga sudah menunggu media TV dan media Online yang “KHUSUS hanya *fokus  memantau Rusaknya Taman dan Sampah* itu saja. 

15. Jika menemui hal menarik; (maaf ada orang cacat, warga Tionghoa, Non Muslim) ikut acara ini, segera abadikan. Untuk menunjukkan aksi ini didukung semua kelompok, semua golongan.

16. Sebaliknya, jika taman & jalan bersih, kegiatan para petugas kebersihan & kesehatan. Keakraban sesama peserta, segera abadikan jangan hilang.

17. Nikmati _perang cyber/_Perang Informasi ini sebagai ladang ibadah membela Agama dan al-Quran.

18. Bantu sesama agar publik tahu indahnya persaudaraan dalam Islam. Semata agar tidak ada celah musuh memfitnah kita.

19. Tebarkan senyum dan salam. Ucapkan Bismillah dan niatkan semua hanya karena Allah semata. Insya Allah  senyum dan gerakan Anda akan menggetarkan musuh-musuh kita. Aamiin

20. Sebagaimana Perang Badar, semua Komando ada pada ulama (dalam hal ini di GNPF-MUI). Ingat, aksi di luar komando mengakibatkan dampak yang panjang, sebagaimana kekeliruan saat *Perang Uhud.*

_Ya Allah bentangkan pada kami dari barakah-Mu, rahmat-Mu, kelebihan-Mu dan rizki-Mu._"

_Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang kekal yang tidak berlalu dan tidak pula hilang. Ya Allah saya memohon kepada-Mu kenikmatan pada saat kefakiran, dan keamanan pada saat ketakutan_.

_Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang telah Engkau berikan, dan dari kejelekan apa saja yang telah Engkau tahan._

_Ya Allah, cintakan pada diri kami keimanan dan hiaskanlah pada hati-hati kami. dan bencikan diri kami terhadap kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan. Jadikan kami di antara orang-orang yang berpetunjuk._

_Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan Islam, hidupkan kami dalam keadaan Islam dan sertakan kami bersama dengan orang orang sholeh yang tidak hina dan tidak pula terfitnah._

_Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan merintangi jalan-Mu, dan berikan mereka siksa-Mu dan adzab-Mu._

_Ya Allah, perangilah orang orang kafir yang telah diberi kitab, ya Allah Ilah (Tuhan) kebenaran.”_ _ (HR: Ahmad – 14945).”

*Ayo Sebarkan* sebanyak-banyaknya pesan positif ini. Dan mulai menyampaikan kebenaran Islam tanpa lagi perlu media massa atau Telivisi Indonesia !

Jumat dan Taipan Mengancam?

JUMAT dan TAIPAN MENGANCAM?

Oleh : Iwan Piliang

Mungkin kekuatan hati ini tidak dicamkan oleh konglomerat dan taipan belum lama ini saya baca di media, mengancam akan menarik investasinya di Indonesia. Entah ancamannya serius atau tidak, karena belum tentu juga akurat - - lagi-lagi harus saya tulis begini demi UU ITE yang baru, karena saya belum konfirmasi ke sang taipan.

Jika saja kalimat sang taipan akurat, saya hanya ingin bilang: pasar ente di Indonesia utamanya, usaha berawal dari Indonesia, hingga kini mengkonglomerasi.

Saya kebetulan mengikuti perkembangan kalian, apalagi pada penghujung 1980-an pernah menjadi wartawan ekonomi. Saya beberapa kali memandu diskusi terbatas perbankan rutin bulanan di Executive Lounge, Hilton, dimana sosok seperti Kamardi Arif, Widarsadipraja, Omar Abdalla, Kukuh Basuki dan direksi bank pemerintah lain selalu hadir di kiri dan kanan saya.

Kenyataan itu membuat saya mendapat cerita dari tangan pertama bagaimana kredit tambun dicurahkan ke kalian. Pemerintah mendukung agar ada namanya trickle down effect.

Kemudian apa yang terjadi.

Ketika kebijakan Pakto 1988, beberapa dari kalian dapat mendirikan bank swasta hanya dengan modal Rp 10 miliar. Modalnya dominan juga dari nama-nama saya sebut di atas. Mereka "dewa" bank pemerintah pemberi kredit tambun.

Kemudian apa yang terjadi?

Kalian langgar legal lending limit, batasan kredit ke grup sendiri. Kalian tabrak capital adequacy ratio, perbandingan modal dan aset. Belum puas "pesta" dana untuk investasi melabrak dua hal tadi, agar lebih oke, kalian lobby lagi pemerintah agar batasan mendirikan bank swasta hanya boleh dengan modal Rp 50 miliar. Sehingga kalian-kalian sajalah pemainnya. Maka awal 1990 ke luarlah peraturan itu

Apa yang terjadi?

Pelanggaran dua hal di atas angkanya juga makin naik. Seiring dengan itu, kalian memanfaatkan pasar modal, restrukturisasi modal dengan dana murah di bursa. Kalian makin jaya. Namun kelakuan pembiayaan terindikasi tajam disalah arah, dana jangka pendek digunakan investasi jangka panjang, maka ekonomi kepanasan, sampai harus ada BPPN, hingga harus ada dana rakyat untuk kalian berupa BLBI, belum lagi skala menengah meminta hair cut.

Apa yang terjadi?

Memang beberapa aset kalian harus masuk BPPN. Tetapi berikutnya dari negara tax heaven country, kalian "pesta" lagi dengan membeli aset itu kembali hanya di kisaran 20% saja dari nilai aset. Kalian kian hebat berglobalisasi. Dalam telaah saya, kalian juga jagoan melakukan transfer pricing, akal-akalan pajak. Kata OECD, hampir 65% transaksi perdagangan Indonesia terindikasi transfer pricing. Angkanya kini sudah lebih Rp 2000 triliun setahun.

Apa yang terjadi?

Paparan di atas memang pemainnya kelas kakap. Mereka semula kita tahu bersama berawal dari mana dan dalam posisi kekayaan apa. Panjang secara data dan akurasi dapat saya tuliskan di sini, mungkin kalau katanya ada dialog nasional saya siap memaparkannya.

Lantas apa yang terjadi?

Pindah saja ke era kekinian. Kalian juga dapat kemudahan tax amnesty, bukannya transfer pricing kalian dikejar, maka saya mengistilahkan rakyat kebanyakan dihisap darah, dikikir tulang lalu ditimpuk kepala, berdarah, ditetesi cuka, begitulah nasib rakyat kebanyakan menyimak kalian.

Apa yang terjadi?

Politik kalian mainkan. Beberapa dari kalian punya partai politik. Bahkan taipan di Singapura, tidak pulang-pulang ikut membiayai partai baru. Karena di tengah situasi oligarli fulus mulus, uang segalanya. Partai kereta kekuasaan.

Apa yang terjadi?

TVRI pun kalian kebiri dengan tameng Undang-Undang. Mana ada teve negara di dunia nasibnya diseperti-TVRI-kan???

Sebaliknya frekuensi ada ranah publik kalian "rampok" hak dasarnya dengan seakan menjadikan televisi mu itu negaramu sendiri.

Lantas apa yang terjadi?

Seperti hari ini. Rasa keadilan, kebenaran seakan milik satu dua orang, satu dua kelompok. Padahal mayoritas warga di Indonesia orang berbudi baik. Orang-orang bekerja dan beramal. Mereka beribadah, mereka mayoritas tahu menjaga toleransi. Mereka dominan paham mati hanya berbungkus kafan.

Sulit bagi kalain untuk membulli saya. Mungkin ada menuding rasis. O, oooo, tunggu dulu, beberapa perjalanan waktu, saya terdepan meng-advokasi David yang dibunuh di NTU, memverifikasi 17 orang hilang dari Serui ke Mamberamo, separuh keturunan Cina - - dalam perjalanan ini saja beberapa kali kami makan malam dengan kawan keturunan.

Hingga hari ini saya masih berkutat mencari seorang anak gadis keturunan raib di Australia. Belum lagi bentuk pertemanan dan persahabatan lain terus berjalan dalam skala usaha, jauh dari urusan pri dan non pri. Tak ada urusan dengan perbedaan kulit. Keindonesiaan kita dengan kebhinekaan sudah selesai. Agar kalian lebih mafhum, untuk ranah kemanusiaan, contoh kasus David, penggalangan dana di Facebook, lebih 80% penyumbang Melayu. Salah satu contoh tak ada urusan dengan perbedaan.

Apa yang terjadi?

Hanya beberapa gelintir dari yang dibesarkan negara itu kini telah ingin lebih dari negara, menguasai negara. Termasuk memaksakan kehendak menempatkan boneka demi menyetir negara dan bangsa. Tak perduli boneka itu orang psikopat, orang cacad dan atau memang sosok brilian. Premis utama harus bisa disetir, demi bisnis dan politik. Ini kan yang kian mau?

Di sinilah menjadi tak pas.

Inilah menjadi lucu. Kalian berkopiah ke masjid, bertemu tokoh ulama, berkopiah-kopiah. Tahu tidak kalian kopiah terbaik salah satunya tetap buatan Sarbini, Sumbar.smile emoticon

Lucu dan sangat lucu.

Pepatah Minang bilang di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kok kalian seakan di mana kalian ada terindikasi tajam kini ingin menguasainya? Ingin sekehendak hati kalian? Termasuk menginjak hukum dan keadilan? Belum pernah dalam sejarah republik, lembaga seperti BPK direndahkan derajadnya sehingga tampak hina oleh oknum boneka kalian pelihara.

Nah sampai di sini, saya hanya ingin mengatakan kalian datang dengan ide rembuk dan dialog nasional? Jika kalian mau mendengar, saya siap hidangkan. Jangan takut, saya dulu 1990 pernah bantu kok go public salah satu konglomerasi dari kalian. Tapi saya juga tahu sosok vital di perusahaan kalian itu mundur, karena kalian sangat rakus menghalkan segala cara, terlalu takzim seakan uang tak mengenal negara alpa akan Merah Putih.
Jika orang Medan bilang ini Medan Bung. Saya mau tulis ini Indonesia laupan!

Saya tak membenci kalian. Secara personal saya terdepan membela kalian yang dizalimi. Tetapi ada persoalan berbangsa dan bernegara kita harus dibenahi: jawabnya segera, kudu.

Sehingga Jumat tanggal 2 pekan ini, bukan hendak menguliti siapapun saya sangat setuju. Allah SWT bila berkehendak, menggerakkan hati-hati suci tak akan ada bisa membendung-Nya. Mari beribadah dengan senyum dan tawa, dengan riang dan gembira.

Mungkin inilah momen visualisasi kesucian hati.

Karenanya tanggal 2 nanti mari umat, ibadah jangan sampai ada yang mengotori.

Ruh komunikasi massa: hati nurani, akal, budi sudah dapat kita simak: ada teve minta diamankan, untuk tanggal 2 itu, harusnya tanya ke lubuk hati pemilik, pengelola, warga yang ngawur atau dirimu sangat ngaco?

Sampai di sini dulu kawan, maaf, kepanjangan. Doa selalu agar hati kita bersih. Semoga. Aamiin.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10154664756408376&id=799408375

Esensi Aksi Bela Islam 3

Esensi Aksi Bela Islam 3

Oleh Bachtiar Nasir,
Ketua GNPF-MUI

Panggilan Aksi Bela Islam 3, Jumat, 2 Desember 2016 tak terbendung. Sejak aksi ini dideklarasikan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI),  penghadangan secara sistematis, terstruktur, dan masif dilancarkan oleh mereka yang tidak ingin Ummat Islam bersatu menyuarakan Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum. Mulai dari tudingan politisasi hingga isu makar.

Semua tuduhan itu hanya isapan jempol belaka. Ummat Islam tidak percaya lagi dengan propaganda dan _agenda setting_ semacam itu. Sebaliknya, ummat Islam semakin menguatkan ketaatan dan keterikatan kepada ulama dalam bingkai syariat. Itu terlihat pada aksi Bela Islam 2 dan berlanjut pada Aksi Bela Islam 3.

Melihat gejala Aksi Bela Islam 3 pada tanggal 2 Desember 2016  hakekatnya adalah gerakan ideologi _soft Muslim People Power_ dalam bentuk aksi Super Damai yang digerakkan oleh kesamaan rasa akibat penistaan agama dan Kitab Suci Ummat Islam. Penistaan itu dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, khususnya atas Surat Al-Maidah 51. 

Namun, ini hanya gunung es. Gerakan Bela Islam yang mirip apel gabungan ummat Islam Nasional bahkan Internasional merupakan akumulasi berbagai kasus Ketidakadilan Sosial Indonesia, terutama ummat Islam sebagai pihak yang sering tersudutkan dan ideologinya dinistakan.

Mereka sering tertuduh sebagai pihak yang tidak Nasionalis, Anti Pancasila, tidak pro pada Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Ironisnya, hak-haknya sebagai rakyat kecil terpinggirkan demi kepentingan Pemodal Asing dan Aseng.

Karena itu, Aksi Bela Islam adalah gerakan murni akibat keraguan ummat Islam terhadap penegakan supremasi hukum oleh rezim saat ini. Hal itu terbukti dalam kasus penistaan agama oleh BTP, andai tidak ada Aksi Bela Islam 1 masyarakat pesimis Ahok akan diproses hukum, dan andai tidak ada Aksi Bela Islam 2 masyarakat juga pesimis Ahok akan diproses dengan tegas, cepat dan transparan.

Atas dasar lumpuhnya Keadilan Hukum dan Keadilan Sosial inilah maka Aksi Bela Islam 3 disambut secara heroik oleh masyarakat muslim khususnya.

Aksi Bela Islam bukan tanpa target. Selain menguatkan rasa dan barisan *Ukhuwah Islamiyah* (Persaudaraan Islam) dan *Ukhuwah Wathaniyah* (Persaudaraan Nasionalisme), aksi ini bertujuan untuk mengokohkan Persatuan Ummat Islam yang membawa pada Persatuan Indonesia, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai-nilai UUD 1945 yang asli.

Yang tak kalah pentingnya juga, aksi ini menuntut Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum bagi seluruh rakyat Indonesia serta melawan kekuatan Oligarki yang telah membuat Indonesia terjajah secara politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Penjarakan Penista Agama secepatnya!

Konsep acara Aksi Bela Islam 3 adalah unjuk rasa Islami dan Syar’i, walau ada pihak yang berusaha menggembosi bahwa ini bukan unjuk rasa tapi Majelis Zikir dan Doa, namun *TUNTUTAN PENJARAKAN PENISTA AGAMA ADALAH TUJUAN UTAMA*.

Walau ada upaya pengaburan yang ingin berujung pada pengaburan tujuan utama aksi Super Damai 212, konsep acara 212 adalah konsep Super Damai yang sangat agung dan suci dimana ummat Islam mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dalam bentuk zikir, doa, tausiah, dan shalat Jumat secara bersama-sama sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial dan tumpulnya keadilan hukum bagi Pribumi dan terkesan menganakemaskan kaum pemodal Aseng dan Asing yang telah menyuap kaum oligarki elite politik Indonesia .

MERDEKA!!!
Jakarta 1 Des 2016.

Poin Poin Pemikiran Cak Nun Tentang Islam Pasca Kasus Ahok

Poin-Poin Pemikiran Cak Nun Tentang Islam pasca Kasus Ahok

1. Kepemimpinan Ummat Islam
Ummat Islam masih bingung/terpecah dalam memilih kepemimpinan antara model imamah atau model yang lain. Jika memilih imamah, kenapa tidak semua bersatu dan satu pemimpin? Maka, Cak Nun mengusulkan adanya Presidium yang berasal dari berbagai organisasi seperti NU, Muhammadiyah, FPI, LDII dan yang lain. Mereka bergabung membentuk satu Presidium yang dapat mewakili masing masing ormas Islam
2. Demo di Jakarta 212
Awalnya, berbagai ormas minta sholat di jalan raya. Tetapi sekarang pindah ke monas. Dalam kacamata polisi, jika keinginan sholat di jalan raya dibiarkan, maka akan menjadi contoh kelompok lain melakukan tindakan yang sama. Misalnya orang kebatinan melakukan upacara kebatinan di bundaran HI yang akan menimbulkan kemacetan dan atau masalah sosial yang lain.
3. Tingkat Akurasi yang Rendah
Masalahnya bukan sholat di jalan boleh atau tidak, Tapi menimbulkan kemudhorotan lain atau tidak. Mengambil rujukan ilmu dasar Maiyah bahwa ada segitiga baik, benar dan indah
4. Aksi Ummat Islam tidak bisa direm
Keinginan ummat slam yang demo adalah: penjarakan Ahok, turunkan Jokowi, kembalikan UUD ke UUD 1945 dst, yang tidak bisa ditawar.
5. Kelakuan orang Indonesia
Salah satu keburukan orang sekarang adalah bergembira melihat orang lain salah dan menikmati kesalahan orang tersebut. Jadi 'karepe Ahok digiring diarak nang penjara trus dijenguk bendino dan diejek bahkan diidoni' (maunya Ahok digiring, diarak ke penjara lantas dijenguk setiap hari dan diejek bahkan diludahi).
Pertanyaan
6. Tentang Gondelan klambine Kanjeng Nabi
Intinya adalah orang sekarang tidak ada yang 'dicintai' oleh Allah sehingga tidak ada pertolongan yang datang secara langsung. Jadi, kita sebaiknya berharap/ berpegang kepada pertolongan Rosulullah.
7. Tentang Berjuang ke Jakarta
Intinya tidak perlu ke Jakarta, cukup hanya beberapa orang kalau orang Islam Indonesia ke jkt semua (250 jt), maka Jakarta kebek (tidak akan sanggup menampung). Dalam kesempatan lain Cak Nun mengutarakan bahwa dalam peperangan, tidak semua pasukan harus berada di dalam barisan. Ada yang di luar barisan. Bahkan ada yang tersembunyi. Seperti Maiyah, Maiyah ini darah bagi perjuangan ini. Jadi pasti tidak akan nampak atau dikonangi media. Anda akan sia-sia kalau berharap perjuangan Maiyah (Cak Nun) akan diliput media.
8. Menjadikan kejadian ini pelajaran
Sebaiknya tolong dipelajari peristiwa seperti ini, yang merupakan trigger dari Tuhan kepada bangsa Indonesia, supaya dapat belajar. Karena kemukinan, ada kejadian yang lebih parah dari ini di masa depan
9. China benteng dan daratan
China Benteng adalah China yang nasionalis, para perantau yang iku berjuang dalam perjuangan sebuah Negara/daerah. Sedangkan China Daratan/china toko adalah China yg merupakan tangan panjang China di negaranya yang intinya dia akan mencari laba sebesar besarnya tanpa memikirkan kondisi sekitar yang dia tempati.
Dan sepertinya china mulai mengekspor para penduduknya untuk menjadi  China toko di berbagai macam Negara.
10. Wong Jowo Garek Separo, Chino-Londo Garek Sakjodo
Hal yang dikhawatirkan adalah orang jawa yang tinggal separuh badan. Apakah bagian tubuh atas saja, atau bagian tubuh bawah saja. Chino-Londo gari sakjodo artinya akan ada perjodohan atau saling melengkapi. Tidak harus perjodohan antar manusia. Tapi bisa antar pekerjaan, antar mahluk, penggembala dan gembalaannya dst.
(Disarikan dari Kultum Cak Nun di Masjid Al Hikmah Universitas Negeri Malang, 29 November 2016 bada dhuhur oleh Yudha Satya)

Geliat Jurus Naga Komunis Tiongkok Mematuk Indonesia, Bersiaplah!

Geliat jurus naga komunis tiongkok mematuk Indonesia, bersiaplah!

salam revolusi! imperialis Amerika kemungkinan besar tak akan menginvasi secara militer ke Indonesia, krn taktik gerilya Indonesia sangat ampuh utk menaklukan militer Amerika.

Terbukti taktik gerilya Indonesia dicontoh oleh vietcong dalam perang Vietnam, dan Amerika akhirnya kalah perang. Itu akan membuat Amerika pikir-pikir, sebagaimana Amerika juga gemetar utk menginvasi Iran.

justru imperialis komunis Tiongkok memiliki ikatan emosional historis dg bangsa indonesia, mengingat dua kali kebangkitan pki di madiun dan peristiwa gestok, pki dipecundangi oleh kekuatan TNI dan rakyat, terutamanya umat Islam.

inilah alasan mengapa negeri komunis Tiongkok ingin come back. mereka jelas penasaran dan bernafsu ingin menjajah Indonesia. bahkan, kini Tiongkok sdh merancang blueprint siasat dan strategi utk melakukan invasi militer besar-besaran ke Indonesia.

Mari kita cermati. siasat yg dilancarkan oleh tiongkok antara lain: fase pertama berupa Psy-war  dg cara memasok narkoba dalam jumlah masif utk melumpuhkan kaum muda bangsa.

fase kedua, menyiapkan prasarana dan sarana utk memfasilitasi pergerakan pasukan yg akan menyusup.

terkait ini, makanya pihak komunis Tiongkok melalui kaki-tangan atau antek-anteknya yakni gerombolan taipan Tionghoa bernafsu melancarkan megaproyek apartemen eksklusif di pesisir reklamasi teluk Jakarta. Apartemen super mahal itu merupakan trick hunian utk para top eksekutif komunis Tiongkok berkantor dan tinggal di sana.

megaproyek ini akhirnya mangkrak krn tekanan banyak pihak yg memasalahkan keberlangsungan yg tampak ngotot dipaksakan. terlebih lg Ahok keburu diperkarakan dalam kasus penistaan. Kini gerombolan taipan hanya bisa wait and see, tapi mereka akan berusaha mati-matian agar megaproyek itu berjalan, berapa pun biaya investasinya. Krn megaproyek reklamasi ini adalah ikon bagi komunis Tiongkok utk menjajah Indonesia secara politik dan ekonomi.

fase ketiga, mengapa komunis Tiongkok berambisi mengontrol atau menjajah indonesia, yg dimulai bentuk uji coba penjajahannya dg merongrong teritorial pulau Natuna atau dg mengibarkan bendera komunis Tiongkok di Maluku Utara?

alasan strategis jangka panjangnya adalah imperium komunis Tiongkok ingin menghidupkan kembali legenda perniagaan di masa silam yg amat jaya dan masyhur yaitu: jalur sutera, peta jalan perniagaan dari Asia ke Eropa. Inilah supremasi ekonomi dan politik global yg hendak dicapai oleh imperium komunis tiongkok pada abad 21 ini.

dg diwujudkan impian jalur sutera di bawah kendali Tiongkok inilah, otomatis Tiongkok menjadi "penguasa dunia" dan dapat menghancurkan konsep ekonomi pasar bebas yg digagas dan dipelopori oleh blok negara kapitalis barat.