Minggu, 06 November 2016

Aksi Massa Islam

Aksi Massa Islam
oleh Andi Hakim

Terlepas dari berbagai bentuk pelecehan, pelucuan, atau pendiskreditan atas aksi massa Islam maka seperti pernah kita bahas bahwa politik Islam memang pada saatnya akan mengeluarkan bentuk-bentuk aktualisasinya.

Ratusan ribu massa dari berbagai provinsi ke Jakarta adalah bahasa paling praktis untuk mengatakan bahwa persoalan penistaan agama yang dilakukan Ahok benar-benar telah menjadi persoalan nasional.

Saiya tidak akan menanggapi omong-kosong bahwa peserta demo adalah orang tertipu, ditunggangi kepentingan, tolol, goblok, korban adu domba dll., ini karena setiap penilaian terhadap realitas bahwa satu kelompok besar massa telah terkumpul tidak dapat dijelaskan lagi dengan penyangkalan. Mau bicara apa saja, tetap saja orang-orang seperti Habieb Riziq memiliki bargaining yang lebih daripada pengeritiknya.

Ia bukan hanya membuat ribuan aparat menjadi sibuk, politisi dan pengamat menjadi sok pintar mendadak atau sebaliknya membuat ribuan pedagang kecil, gorengan, ketoprak, dan minuman ringan memperoleh berkah. Belum lagi jika kita jujur, maka udara Jakarta hari ini benar-benar wangi udara surga. Udara yang tiba-tiba bersih, dingin, yang membuat kita terharu bahwa pada akhirnya selain lebaran kita punya udara yang bebas dari neraka polusi kendaraan bermotor. Belum lagi mereka-mereka yang mengkritisi tetapi dengan senang hati menikmati potongan waktu kerja dan dengan demikian bisa bersantai dengan keluarga atau plesir ke luar kota lebih cepat satu hari.

Satu aksi massa mengutip sosiolog Dr. Syahganda Nainggolan, bergerak dengan logika massa nya sendiri. Terlepas ia dipengaruhi oleh elit atau tidak, massa aksi memiliki reasoning yang tidak dapat dijelaskan dengan satu sudut pandang teori sosial. Apalagi Ia tidak lagi dapat diminimalisir sebagai sekelompok bebek yang bergerak dengan pandir karena arahan gendang satu dua kelompok kepentingan.

Satu keluarga yang saiya temui di angkot mengatakan bahwa mereka ingin bergabung karena bosan di rumah dan ingin lihat-lihat Jakarta yang lengang. Sementara kelompok pelajar dengan pakaian jum'at mengatakan mereka akan bergabung karena hari ini sekolah pulang setengah hari saja. Jika kita kumpulkan alasan-alasan dari aksi massa terutama dari daerah tentu akan diperoleh pula alasan jika aksi hari ini dimanfaatkan untuk melihat Tugu Monas dan shalat di masjid Istiqlal

Tetapi jelas jika aksi massa Islam hari ini, adalah satu bentuk perlawanan yang mungkin saiya pribadi baru pernah merasakannya hampir dua puluh tahun silam. Ketika ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat bergabung menggulingkan Soeharto.

Sejujurnya aksi massa ini dengan logikanya yang cair ini tidak akan berhenti bergerak dan berakumulasi menjadi kekuatan-kekuatan yang lebih besar. Perihal penistaan agama hanyalah satu kanal saja dari kanal-kanal lain yang terhambat. Ketimpangan ekonomi, kesempatan yang jarang, dan pelemahan identitas-identitas sebagai warga kota yang karena satu kebijakan represif mencabut akar-akar komunitas dengan majlis-majlis taklimnya dari kampung-kampung kota.

Tidak ada gunanya kita menyindir dari aksi massa yang telah teraktualisasi, satu pemicu kecil saja, hal-hal mengenai perpindahan kekuasaan dan lain-lainnya mesti akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar