Kamis, 06 Agustus 2015

MENYONGSONG KONGRES HMI KE XXIX DI PEKANBARU

MENYONGSONG KO
NGRES HMI KE XXIX DI PEKANBARU

“ kader-kader himpunan harus tetap optimis, kita telah melewati masa-masa dibawah titik nadir selama ini, kemudian bangkit dan terus berselancar diantara terjangan gelombang besar hingga kita survive dalam kemenangan yang gemilang.”

Islam sebagai sebuah cara pandang, merupakan konsep integral antara Tuhan, manusia dan alam. Pemahaman akan ketiga realitas itu menentukan perilaku manusia terhadapnya. Kerangka landasan tersebut menjadikan revolusi Islam bukan hanya dalam rangka perlawanan terhadap patung-patung berhala, penguasa yang lalim, para thoghut yang menindas rakyatnya, namun secara substansi pada perlawanan penghambaan manusia terhadap materi.
Spirit ke-Tauhid-an adalah ruh bagi umat Islam dalam kontekstualisasi Nilai nilai ke-Islaman. Nilai Nilai Dasar Perjuangan sebagai Basic Ideology organisasi seharusnya dapat tersematkan dalam jiwa kader – kader himpunan sebagai pijakan dalam rangka mewujudkan mission HMI. Dengan spirit ka-Tauhid-an, kader HMI harus segera take action turun tangan dalam rangka pembenahan kaderisasi sehingga mampu menjawab tantangan keumatan dan kebangsaan dan dunia global yang belum selesai. Kemerdekaan dan Kedaulatan bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 merupakan unsur dasar dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana tertuang dalam Kalimat terakhir Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Persatuan HMI DIPO dan HMI MPO Sebagai Impian Bersama
Sudah 67 tahun HMI ini didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya di Jogjakarta, tumbuh berkembang dan mewarnai NKRI, visi keumatan dan kebangsaan telah menjadi komitmen bersama untuk mensyiarkan islam dan menjaga kedaualat NKRI. Semangat perjuangan yang membara menjadi kekuatan tersendiri bagi pemuda Islam yang terhimpun dalam wadah himpunan.
Hingga tantangan begitu kentara pada tahun 1965, namun bendera HMI terus kokoh berdiri, Sulastomo telah mengambil peran kepemudaan saat itu, menjadi pelopor pemuda islam melawan komunisme yang telah mencakar-cakar keutuhan NKRI. Dan HMI pun survive, justru semakin kokoh berdiri.
Semangat perjuangan merubah polanya, dari perjuangan fisik, konsolidasi politik menjadi perjuangan pembaruan pemikiran Islam yang digerbongi oleh Cak Nur dan kawan-kawan. Begitu kentara dan menggetarkan pemikiran radikal mereka, hingga semua ternganga dengan pemikiran para pemuda Islam di tahun 70 –an, begitu menggebu-gebu untuk merubah paradigma berfikir masyarakat islam di indonesia yang begitu kolot dan HMI mampu survive membawa gerbong perubahan itu.
Dinamika mulai muncul, dan begitu krusial, ketika Soeharto memaksakan azas tunggalnya, pancasila. Semua harus tunduk patuh dengan sistem yang telah dibentuk oleh orde baru, namun pemuda Islam HMI tidaklah begitu saja menerimanya, bahkan tentangan terlalu keraspun dilayangkan. Disitulah konflik internal mulai muncul, antara yang pro dan kontra, hingga pada akhirnya HMI terpecah dua, HMI DIPO dan HMI MPO, dalam kondisi itu HMI terus mencoba berjalan walaupun tertatih, kerna dinamika semakin panas. Dan beban sejarah telah ditanggungkan semenjak pertengahan 80-an, dimana organisasi yang punya visi pemersatu umat ternyata telah terpecah hingga kini, dan sulit untuk disatukan.
Awal 90-an HMI (dipo) mencoba lebih akomodatif dengan pemerintah, hingga gerak perjuangan HMI mulai mewarnai kancah politik dinegeri ini, pemuda-pemuda Islam himpunan mulai berkecimpung dalam politik praktis dan birokrasi negara, disanalah akbar tanjung mulai membangun poros, dibarengi dengan beberapa mantan ketua umum dan para almuni HMI di Golkar dan PPP, hingga krisis moneter mulai menjangkiti pada semua aspek kehidupan negeri ini.
Tahun 1998 suharto turun dari kursi presiden dan naiklah BJ Habibie sebagai presiden yang baru, pada saat itulah HMI mendapatkan momentum yang baru, era reformasi telah terjadi, Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum mengambil langkah politik yang cukup strategis, hingga dia mampu mengawal masa transisi era orde baru ke era reformasi, dan munculah Anas Urbaningrum sebagai tokoh muda yang sangat disegani pada waktu itu.
Kini era reformasi telah berjalan hampir 16 tahun, namun kekacauan negeri ini terus terjadi, kemiskinan, kebodohan, ancaman disintegrasi, kerusakan lingkungan, pengurasan hasil alam oleh asing dan pribumi, pengangguran, korupsi semakin menjadi-jadi, namun selama kurun waktu itu pula HMI terus terjadi konflik dan terbelah dalam gerbong-gerbong politik, HMI telah mengalami konflik internal PBHMI mulai dari Kholis Malik VS Mukhlis Tapi Tapi, Hasanuddin VS Syahmud Ngabalim, Nur Fajriansyah vs Basri Dodo, dan hampir saja dalam periode Arif Rosyid ini mengalami dinamika internal yang tak kalah sengitnya.
Harus kita akui bahwa budaya yang telah terbangun di internal himpunan ini adalah budaya politik dan pragmatisme, hingga dinamika perpecahanpun dikarenakan persoalan jabatan struktural dan bagi-bagi kue saja, sungguh ironi, harusnya masa reformasi ini kita mulai mengencangkan ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju, malah terlalu sibuk dengan urusan konflik internal yang berkepanjangan.
Harapan untuk menyatukan kembali antara HMI DIPO dan MPO terus bergaung disetiap kongres, namun sampai detik ini belum mampu terwujud, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama, bagaimana secara organisasi menyatu menjadi utuh kembali, menguatkan barisan dan perjuangan bersama umat, HMI menjadi penggerak persatuan dan kemajuan umat Islam.

HMI Back to Perkaderan Sebagai Harapan Umat
HMI sebagai organisasi kader sangatlah bertumpu pada proses kaderisasi anggotanya, suatu proses yang harus ditempuh dengan kontinyu, berkesinambungan. baik dari mulai proses rekruitmen, pembinaan, hingga pengabdian.
Perjalanan proses perkaderan HMI sudah cukup lama, prkaderan HMI sudah melewati banyak fase dari mulai kemerdekaan NKRI, mulai dari fase perjuangan fisik, perjuangan ideologi, fase perjuangan politik, dan kedepan adalah fase perjuangan ekonomi, keilmuan dan teknologi, budaya, dan moralitas juga agama. dari mulai perjuangan melawan kebodohan dan kelaliman penguasa, perjuangan melawan penindas (kapitalis).
HMI sebagai organisasi kader yang mencetak generasi masa depan bangsa ini, sudah seharusnya memiliki sebuah guidance (pedoman) dasar perkaderan yang fleksibel dan mampu menjadi alat pencetak insan cendekia yang akan dibutuhkan dalam kehidupan bangsa ini. Sehingga pedoman perkaderan HMI harus mampu menjawab persoalan yang baru dan menjadi strategi pembinaan sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Globalisasi sebagai tema sentral kedepan harus mampu dibingkai dalam proses-proses training dan follow up nya, sehingga kader-kader HMI akan mampu menjadi garda depan, pelopor perubahan untuk mewujudkan masyarakat madani.
Oleh karena itu, sudah saatnya ada evaluasi dan revitalisasi perkaderan HMI, karena pedoman yang dibentuk disaat awal reformasi sudah tidak sesuai lagi dalam rangka untuk menjawab kebutuhan era globalisasi. sistem perkaderan harus dibenahi, dikonstruksi untuk menjadi pedoman yang ideal dimasa kini, sehingga out put-nya memenuhi standar kualitas internasional. Kedepan sudah era post-industri, dimana isu lingkungan, HAM, pendidikan, kesehatan, keamanan akan menjadi trend setter, oleh karena itu, perkaderan HMI kedepan sudah harus mamapu menjadi pijakan awal dalam membentuk insan-insan cendekia dalam rangka berkompetisi dikancan dunia internasional.
Selain peran intelektualitas, perkaderan HMI harus mampu mencetak kader-kader HMI yang memiliki spirit profesioanalitas  yang tinggi, kemandirian ekonomi yang kokoh, moralitas yang teguh, dan keimanan yang mendalam. sehingga HMI akan benar-benar mampu mengerakan pemuda yang akan menjadi motor perubahan, bukan hanya sekup nasional namun sudah internasional.
Mari kita merevitalisasi perkaderan HMI, perbaiki sistem perkaderan mulai dari maperca, LK I, LK II, LK III. Perkokoh lagi sistem follow up nya, HMI back to campus, gerakan kaderisasi instruktur HMI harus menjadi nyata, perbaharui segala infrastruktur perkaderan HMI, hingga pada akhirnya HMI berjaya, mampu menjadi pelopor dalam berkompetisi di era perdagangan bebas global.
Perkaderan HMI bukanlah buku kosong, atau konsep kosong, namun harus menyatu menjadi jiwa bagi para kader HMI, sistem penggerak perubahan. ruh HMI harus kita bangkitkan kembali, menata yang telah terserak, mengokohkan kembali perkaderan, berarti kita telah mencetak jutaan benteng atau garda depan perubahan dunia internasional dalam lillahi kalimatillah, syiar Islam dimuka bumi ini, karena tugas kenabian hari ini dan kedepan ada ditangan kita, generasi umat Islam, khusus kader HMI. Karena HMI adalah kawah condro dimuko untuk mencetak muslim kaffah dalam rangka membentuk masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.

Menyongsong kongres HMI Ke-XXIX Sebagai Ikhtiar Menuju Persatuan Umat Islam
Seruan untuk menyatukan umat Islam diseluruh dunia sudah harus digaungkan oleh HMI yang alumninya sudah malang melintang bukan hanya di Indonesia, tapi sudah ke seluruh penjuru dunia. HMI harus bisa mengambil hikmah dari Peperangan dan pertikaian yang terjadi di Timur Tengah, mulai dari Afganistan hingga Maroko, persoalan terorisme yaitu Al-Qaeda dan ISIS, HMI harus mulai menyerukan kembali persatuan umat Islam diseluruh dunia. HMI sebagai organisasi kader yang memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin harus tampil kedepan, karena HMI memiliki potensi besar, yaitu sebagai organisasi yang didalamnya berkumpulnya pemuda muslim dari berbagai macam latar belakang madzhab, faham ideology, suku dan budayanya telah lama tersemai benih persatuan umat dari berbagai macam perbedaan yang ada.
Mu’tamar NU dan Muhammadiyah telah berlalu dengan NU mengusung tema “Islam Nusantara” dan Muhammadiyah dengan tema “Islam Berkemajuan”, perbedaan sudut pandang dalam melihat relitas masyarakat dan tantangannya membuat dua organisasi ini berbeda dalam mengambil tema strategisnya, yang pasti dalam rangka menjawab tantangannya kedepan, NU dengan jama’ahnya yang lebih banyak menganut Islam Tradisional dan Muhammadiyah dengan jama’ahnya yang berfaham Islam Moderat.
Dengan ini HMI yang akan mengadakan kongres dibulan September-Oktober nanti harus jeli melihat dinamika umat Islam secara menyeluruh, karena HMI sangatlah majemuk didalamnya dan sangat pas memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin. Dan sudah saatnya dunia ada dalam genggaman umat Islam, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin harus kita wujudkan. Karena anggota HMI adalah Pemuda Islam dan Pemuda Islam adalah harapan, harapan untuk kemajuan dan ketinggian peradaban Islam dimuka bumi.

AHLAN EL-FAZ

Ketua Umum BPL PBHMI Periode 2013-2015