Selasa, 15 Desember 2015

Menyongsong Tahun 2016 Sebagai Tahun Perkaderan HMI

Menyongsong Tahun 2016 Sebagai Tahun Perkaderan HMI
Kongres telah usai, dan telah memilih sodara Mulyadi P. Tamsir sebagai Ketua Umum PBHMI periode 2015-2017, kongres yang berjalan hampir dua minggu itu telah banyak mewaranai pemberitaan lokal maupun nasional, antara gagasan baru dan persoalan budaya primitif juga persoalan kriminal para anggota HMI saat terlaksananya kongres. namun dalam kongres yang ke 29 ini juga, para delegasi kongres telah menyepakati perubahan pedoman perkaderan, dari pedoman perkaderan hasil lokakarya terakhir yaitu 2010 ke pedoman hasil lokakarya 2015. Dan Basic Demand Indonesia (BDI) sebagai teks yang melengkapi NDP dalam rangka mewujudkan visi keindonesiaan HMI.
Dalam pedoman 2015 banyak sekali perubahan, terutama pada persoalan MAPERCA yang bentuk dan polanya berubah, tidak lagi seperti training formal, tetapi menjadi agenda yang sangat aplikatif dengan kondisi kekinian. Pada kurikulum LK I hingga LK III -pun banyak perubahan, yaitu memasukkan materi terkait dengan studi peradan Islam dan wawasan ke-Indonesia-an. Dan terakhir adalan sistem evaluasi dan pelaporan hasil perkaderan yang harus dilakukan secara kontinyu oleh cabang ke PBHMI, dan dari hasil pelaporan itulah yang nantinya akan menjadi acuan kader untuk mengikuti jenjang training selanjutnya.
Perkaderan HMI Berbasis IT
Perubahan pola hidup mahasiswa hari ini sangatlah terasa, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan sangat cepatnya informasi masuk pada layar gedget kita. Hampir semua mahasiswa sekarang ini memiliki perangkat teknologi dengan fasilitas internetnya. dan semua hampir semua info bisa diakses, sistem belajar dan komunikasi berangsur-angsur berubah, diskusipun sekarang tidak harus berkumpul disatu tempat, namun cukup ada didepan layar gedjetnya masing-masing. buku tidak lagi harus beli ditoko buku, dengan biaya yang mahal dan tebal, namun cukup mendownload. Begitu juga informasi maupun training, bisa dilakukan dan didapat dengan cara online.
Mencermati dari perkembangan diatas, maka perkaderan HMI haruslah merespon dengan cepat agar tidak ditinggalkan oleh mahasiswa diperguruan tinggi, baik yang ada diperkotaan maupun yang ada didaerah. Perkaderan HMI kedepan harus dinamis, responsif dan efisien juga praktis, tidak lagi harus menggunakan metode konvensional semuanya, walaupun tetap harus ada beberapa training yang harus dilakukan dengan cara konvensional. Namun perkaderan HMI kedepan harus menggunakan metode dan sistem yang modern dan punya standart internasional.
Dengan terus berkembangnya cabang, sekarang ini sudah ada 212 cabang dan 20 badko yang tersebar diseluruh indonesia, dan kedepan akan terus kita dorong untuk membuka perwakilan cabang yang ada diluar negeri, maka sudah harus dari sekarang perangkat dan sistemnya kita benahi dan terus diperbaiki. Dengan harapan bahwa HMI mampu menjadi organisasi mahsiswa yang mampu menjawab tantangan dunia Islam yang terus dilanda perpecahan dan kemunduran, baik secara ekonomi maupun sumber daya manusianya.
2016 Sebagai Tahun Perkaderan HMI
Diawali dengan program maperca di awal perekerutan Mahasiswa Baru seperti yang dilakukan oleh HMI Cabang Jember dengan peserta lebih dari 1000 mahasiswa baru dan HMI Cabang Banjarmasin dengan peserta 800 lebih, maka sudah selayaknya kita mencanangkan mulai tahun 2016 nanti sebagi tahun perkaderan HMI. Semangat mengkader terus digelorakan oleh para instruktur senior HMI maupun intruktur muda HMI dibeberapa group diskusi dan dibeberapa kesempatan pertemuan, baik formal maupun informal, sehingga roadmap sudah harus dijalankan sesuai dari hasil lokakarya perkaderan yang diadakan pada bulan oktober 2015, yang kemudian disahkan dikongres ke 29 di Pekanbaru beberapa waktu yang lalu.
Selain meningkatkan Sumber daya pengelola (instruktur), kita juga harus memiliki semacam total quality sistem yang akan mengevaluasi secara keseluruhan proses perkaderan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berikutnya adalah menyiapkan financial dan fasilitas perkaderan. yaitu dengan mengadakan dana abadi perkaderan HMI dan gedung tarining centre baik ditingkat PBHMI hingga tingkat cabang.
Mudah-mudahan dengan semangat perkaderan yang terus kita digelorakan, pada gilirannya akan tercipta insan muslim intelegensia, yang profesional dan mandiri. insan paripurna yang akan mewujudkan masyarakat madani yang adil makmur dan diridloi Alloh SWT. Amien.

AHLAN EL-FAZ (KETUM BPL PBHMI)

Selasa, 08 Desember 2015

PAGI DIBULAN DESEMBER

pagi dibulan desember

jika waktu yang telah hilang itu tak bisa kita pungut kembali hey kasih
cukuplah kita menatap masa yang akan kita pijak
bumi teramat luas untuk kita lalui
seribu taman keindahan yang mulai bersemi
bersama hujan dan mentari pagi
hey kasih, hidup hanyalah melukis tentang kerinduan dan cinta
seperti gelombang dan ombak
dan angin pagi yang basah kerna embun yang mulai cemburu

kasih, betapa kuat kaki ini aku pijakkan
menjunjung tinggi segala cita dan asa
kerna cinta, cintaku pada pencipta semesta
dan bila jarak telah memisahkan jasad kasar kita
dan kita hanya bisa memeluk bayang-bayang cinta itu sendiri
janganlah kau teteskan air matamu
biarlah detik waktu akan berkisah jujur tentang kita
kisah cinta, kisah kerinduan anak manusia dimusim segala tumbuh
berseri dengan keindahan warna-warni tentang kehidupan
janganlah kau pejamkan mata kerna takut
namun teruslah melangkah, kerna segala cita dan harapan harus kita jemput
JS.15
Cempaka Putih..

Kamis, 06 Agustus 2015

MENYONGSONG KONGRES HMI KE XXIX DI PEKANBARU

MENYONGSONG KO
NGRES HMI KE XXIX DI PEKANBARU

“ kader-kader himpunan harus tetap optimis, kita telah melewati masa-masa dibawah titik nadir selama ini, kemudian bangkit dan terus berselancar diantara terjangan gelombang besar hingga kita survive dalam kemenangan yang gemilang.”

Islam sebagai sebuah cara pandang, merupakan konsep integral antara Tuhan, manusia dan alam. Pemahaman akan ketiga realitas itu menentukan perilaku manusia terhadapnya. Kerangka landasan tersebut menjadikan revolusi Islam bukan hanya dalam rangka perlawanan terhadap patung-patung berhala, penguasa yang lalim, para thoghut yang menindas rakyatnya, namun secara substansi pada perlawanan penghambaan manusia terhadap materi.
Spirit ke-Tauhid-an adalah ruh bagi umat Islam dalam kontekstualisasi Nilai nilai ke-Islaman. Nilai Nilai Dasar Perjuangan sebagai Basic Ideology organisasi seharusnya dapat tersematkan dalam jiwa kader – kader himpunan sebagai pijakan dalam rangka mewujudkan mission HMI. Dengan spirit ka-Tauhid-an, kader HMI harus segera take action turun tangan dalam rangka pembenahan kaderisasi sehingga mampu menjawab tantangan keumatan dan kebangsaan dan dunia global yang belum selesai. Kemerdekaan dan Kedaulatan bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 merupakan unsur dasar dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana tertuang dalam Kalimat terakhir Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Persatuan HMI DIPO dan HMI MPO Sebagai Impian Bersama
Sudah 67 tahun HMI ini didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya di Jogjakarta, tumbuh berkembang dan mewarnai NKRI, visi keumatan dan kebangsaan telah menjadi komitmen bersama untuk mensyiarkan islam dan menjaga kedaualat NKRI. Semangat perjuangan yang membara menjadi kekuatan tersendiri bagi pemuda Islam yang terhimpun dalam wadah himpunan.
Hingga tantangan begitu kentara pada tahun 1965, namun bendera HMI terus kokoh berdiri, Sulastomo telah mengambil peran kepemudaan saat itu, menjadi pelopor pemuda islam melawan komunisme yang telah mencakar-cakar keutuhan NKRI. Dan HMI pun survive, justru semakin kokoh berdiri.
Semangat perjuangan merubah polanya, dari perjuangan fisik, konsolidasi politik menjadi perjuangan pembaruan pemikiran Islam yang digerbongi oleh Cak Nur dan kawan-kawan. Begitu kentara dan menggetarkan pemikiran radikal mereka, hingga semua ternganga dengan pemikiran para pemuda Islam di tahun 70 –an, begitu menggebu-gebu untuk merubah paradigma berfikir masyarakat islam di indonesia yang begitu kolot dan HMI mampu survive membawa gerbong perubahan itu.
Dinamika mulai muncul, dan begitu krusial, ketika Soeharto memaksakan azas tunggalnya, pancasila. Semua harus tunduk patuh dengan sistem yang telah dibentuk oleh orde baru, namun pemuda Islam HMI tidaklah begitu saja menerimanya, bahkan tentangan terlalu keraspun dilayangkan. Disitulah konflik internal mulai muncul, antara yang pro dan kontra, hingga pada akhirnya HMI terpecah dua, HMI DIPO dan HMI MPO, dalam kondisi itu HMI terus mencoba berjalan walaupun tertatih, kerna dinamika semakin panas. Dan beban sejarah telah ditanggungkan semenjak pertengahan 80-an, dimana organisasi yang punya visi pemersatu umat ternyata telah terpecah hingga kini, dan sulit untuk disatukan.
Awal 90-an HMI (dipo) mencoba lebih akomodatif dengan pemerintah, hingga gerak perjuangan HMI mulai mewarnai kancah politik dinegeri ini, pemuda-pemuda Islam himpunan mulai berkecimpung dalam politik praktis dan birokrasi negara, disanalah akbar tanjung mulai membangun poros, dibarengi dengan beberapa mantan ketua umum dan para almuni HMI di Golkar dan PPP, hingga krisis moneter mulai menjangkiti pada semua aspek kehidupan negeri ini.
Tahun 1998 suharto turun dari kursi presiden dan naiklah BJ Habibie sebagai presiden yang baru, pada saat itulah HMI mendapatkan momentum yang baru, era reformasi telah terjadi, Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum mengambil langkah politik yang cukup strategis, hingga dia mampu mengawal masa transisi era orde baru ke era reformasi, dan munculah Anas Urbaningrum sebagai tokoh muda yang sangat disegani pada waktu itu.
Kini era reformasi telah berjalan hampir 16 tahun, namun kekacauan negeri ini terus terjadi, kemiskinan, kebodohan, ancaman disintegrasi, kerusakan lingkungan, pengurasan hasil alam oleh asing dan pribumi, pengangguran, korupsi semakin menjadi-jadi, namun selama kurun waktu itu pula HMI terus terjadi konflik dan terbelah dalam gerbong-gerbong politik, HMI telah mengalami konflik internal PBHMI mulai dari Kholis Malik VS Mukhlis Tapi Tapi, Hasanuddin VS Syahmud Ngabalim, Nur Fajriansyah vs Basri Dodo, dan hampir saja dalam periode Arif Rosyid ini mengalami dinamika internal yang tak kalah sengitnya.
Harus kita akui bahwa budaya yang telah terbangun di internal himpunan ini adalah budaya politik dan pragmatisme, hingga dinamika perpecahanpun dikarenakan persoalan jabatan struktural dan bagi-bagi kue saja, sungguh ironi, harusnya masa reformasi ini kita mulai mengencangkan ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju, malah terlalu sibuk dengan urusan konflik internal yang berkepanjangan.
Harapan untuk menyatukan kembali antara HMI DIPO dan MPO terus bergaung disetiap kongres, namun sampai detik ini belum mampu terwujud, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama, bagaimana secara organisasi menyatu menjadi utuh kembali, menguatkan barisan dan perjuangan bersama umat, HMI menjadi penggerak persatuan dan kemajuan umat Islam.

HMI Back to Perkaderan Sebagai Harapan Umat
HMI sebagai organisasi kader sangatlah bertumpu pada proses kaderisasi anggotanya, suatu proses yang harus ditempuh dengan kontinyu, berkesinambungan. baik dari mulai proses rekruitmen, pembinaan, hingga pengabdian.
Perjalanan proses perkaderan HMI sudah cukup lama, prkaderan HMI sudah melewati banyak fase dari mulai kemerdekaan NKRI, mulai dari fase perjuangan fisik, perjuangan ideologi, fase perjuangan politik, dan kedepan adalah fase perjuangan ekonomi, keilmuan dan teknologi, budaya, dan moralitas juga agama. dari mulai perjuangan melawan kebodohan dan kelaliman penguasa, perjuangan melawan penindas (kapitalis).
HMI sebagai organisasi kader yang mencetak generasi masa depan bangsa ini, sudah seharusnya memiliki sebuah guidance (pedoman) dasar perkaderan yang fleksibel dan mampu menjadi alat pencetak insan cendekia yang akan dibutuhkan dalam kehidupan bangsa ini. Sehingga pedoman perkaderan HMI harus mampu menjawab persoalan yang baru dan menjadi strategi pembinaan sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Globalisasi sebagai tema sentral kedepan harus mampu dibingkai dalam proses-proses training dan follow up nya, sehingga kader-kader HMI akan mampu menjadi garda depan, pelopor perubahan untuk mewujudkan masyarakat madani.
Oleh karena itu, sudah saatnya ada evaluasi dan revitalisasi perkaderan HMI, karena pedoman yang dibentuk disaat awal reformasi sudah tidak sesuai lagi dalam rangka untuk menjawab kebutuhan era globalisasi. sistem perkaderan harus dibenahi, dikonstruksi untuk menjadi pedoman yang ideal dimasa kini, sehingga out put-nya memenuhi standar kualitas internasional. Kedepan sudah era post-industri, dimana isu lingkungan, HAM, pendidikan, kesehatan, keamanan akan menjadi trend setter, oleh karena itu, perkaderan HMI kedepan sudah harus mamapu menjadi pijakan awal dalam membentuk insan-insan cendekia dalam rangka berkompetisi dikancan dunia internasional.
Selain peran intelektualitas, perkaderan HMI harus mampu mencetak kader-kader HMI yang memiliki spirit profesioanalitas  yang tinggi, kemandirian ekonomi yang kokoh, moralitas yang teguh, dan keimanan yang mendalam. sehingga HMI akan benar-benar mampu mengerakan pemuda yang akan menjadi motor perubahan, bukan hanya sekup nasional namun sudah internasional.
Mari kita merevitalisasi perkaderan HMI, perbaiki sistem perkaderan mulai dari maperca, LK I, LK II, LK III. Perkokoh lagi sistem follow up nya, HMI back to campus, gerakan kaderisasi instruktur HMI harus menjadi nyata, perbaharui segala infrastruktur perkaderan HMI, hingga pada akhirnya HMI berjaya, mampu menjadi pelopor dalam berkompetisi di era perdagangan bebas global.
Perkaderan HMI bukanlah buku kosong, atau konsep kosong, namun harus menyatu menjadi jiwa bagi para kader HMI, sistem penggerak perubahan. ruh HMI harus kita bangkitkan kembali, menata yang telah terserak, mengokohkan kembali perkaderan, berarti kita telah mencetak jutaan benteng atau garda depan perubahan dunia internasional dalam lillahi kalimatillah, syiar Islam dimuka bumi ini, karena tugas kenabian hari ini dan kedepan ada ditangan kita, generasi umat Islam, khusus kader HMI. Karena HMI adalah kawah condro dimuko untuk mencetak muslim kaffah dalam rangka membentuk masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.

Menyongsong kongres HMI Ke-XXIX Sebagai Ikhtiar Menuju Persatuan Umat Islam
Seruan untuk menyatukan umat Islam diseluruh dunia sudah harus digaungkan oleh HMI yang alumninya sudah malang melintang bukan hanya di Indonesia, tapi sudah ke seluruh penjuru dunia. HMI harus bisa mengambil hikmah dari Peperangan dan pertikaian yang terjadi di Timur Tengah, mulai dari Afganistan hingga Maroko, persoalan terorisme yaitu Al-Qaeda dan ISIS, HMI harus mulai menyerukan kembali persatuan umat Islam diseluruh dunia. HMI sebagai organisasi kader yang memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin harus tampil kedepan, karena HMI memiliki potensi besar, yaitu sebagai organisasi yang didalamnya berkumpulnya pemuda muslim dari berbagai macam latar belakang madzhab, faham ideology, suku dan budayanya telah lama tersemai benih persatuan umat dari berbagai macam perbedaan yang ada.
Mu’tamar NU dan Muhammadiyah telah berlalu dengan NU mengusung tema “Islam Nusantara” dan Muhammadiyah dengan tema “Islam Berkemajuan”, perbedaan sudut pandang dalam melihat relitas masyarakat dan tantangannya membuat dua organisasi ini berbeda dalam mengambil tema strategisnya, yang pasti dalam rangka menjawab tantangannya kedepan, NU dengan jama’ahnya yang lebih banyak menganut Islam Tradisional dan Muhammadiyah dengan jama’ahnya yang berfaham Islam Moderat.
Dengan ini HMI yang akan mengadakan kongres dibulan September-Oktober nanti harus jeli melihat dinamika umat Islam secara menyeluruh, karena HMI sangatlah majemuk didalamnya dan sangat pas memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin. Dan sudah saatnya dunia ada dalam genggaman umat Islam, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin harus kita wujudkan. Karena anggota HMI adalah Pemuda Islam dan Pemuda Islam adalah harapan, harapan untuk kemajuan dan ketinggian peradaban Islam dimuka bumi.

AHLAN EL-FAZ

Ketua Umum BPL PBHMI Periode 2013-2015

Rabu, 10 Juni 2015

KATA MEREKA TENTANG PERKADERAN HMI

KATA MEREKA TENTANG PERKADERAN HMI
(saduran)



perkaderan HMI hari ini menjadi sorotan banyak kalangan, baik internal maupun eksternal HMI, dalam catatan ini saya mencoba merangkai kegelisahan bahkan kekhawatiran terkait perkaderan HMI.
dalam catatan ini juga banyak sekali saran dan masukan tentang perkaderan HMI kedepan untuk lebih mutakhir dan mampu menjadi jawaban umat dan bangsa ini. selamat menyelami lautan ide dan gagasan para tokoh dibawah ini:

Pra Training
:

Realitas
:
M. Arbayanto
Problem kita hari ini ada pd infrstruktur perkaderan, dlm hal ini adl master/instruktur yg akan menjadi pelaksana pedoman perkaderan (out put lokakarya). Saya fikir, semutakhir apapun konsep perkaderan yg kita sepakati, kalau dilapangan tdk ada pelaksana dan pengawalan, maka tdk akan ada maknanya. master jg hrs berperan sbg suri tauladan dan inspirator.

Afni Achmad
1.    Kelemahan perkaderan HMI terletak pada konsistensi pelaksanaan  proses perkaderan dgn penerapan  pola perkaderan.
2.    Pada aktifitas paska training...ruang latih ..terlalu sempit..krn miskin kreatifitas padahal wilayah juang sangat luas...

Yuyon :
Kalau ukuran kemerosotan HMI ditunjukan oleh setidaknya 2 indikator : 1. Semakin sedikitnya jumlah rekruitmen kader (banyak komisariat yang bahkan mati tak berkelanjutan) dan 2. Rendahnya kualitas akademis kader-2 yang ada saat ini sebagaimana diceritakan oleh Bang Muchlis Loedin. Maka apakah penyempurnaan yang semata hanya terfokus pada aspek perkaderan formal dapat menjadi resep mujarab untuk mengobati kemerosotan tersebut? Menurut saya belum dan bahkan kontribusi dari penyempurnaan aspek tersebut kecil sekali tak lebih 20% dari jumlah yang dibutuhkan. Hal penting dan sangat strategis yng perlu beroleh perhatian besar untuk disempurnakan adalah pendekatan rekruitmen kader dan pembangunan/pengembangan ekosistem perkaderan yng kondusif di komisariat-2 sebagai level organisasi paling depan dan menjadi ujung tombak perkaderan HMI.
Belum lagi yg eksternal: sistem yg dibangun kelompok militan spt kammi dll yg "menemani" kader, juga perlu di adopt, meski dg model yg lebih fund dan kece sesuai ciri khas HMI, model membaca buku2 terkini, cafe untuk diskusi, peliputan median menulis kritis...menjadi penting



Tantangan
:
Hasanuddin
Beberapa hal yg perlu di perhatikan: Pertama, pada masa lampau organisasi ekstra jumlahnya terbatas, krn itu proses seleksi dlm rekrutmen maupun sirkulasi menuju elit pimpinan HMI relatif berlangsung baik, dgn segala keterbatasan nya. Dewasa ini, organisasi begitu byk, kegiatan2 pelatihan yg profesional berjubel, krn itu organisasilah yg diseleksi oleh calon anggota....krn itu performa organisasi juga hal penting yg harus selalu di perhatikan.  Kedua, faktor kecepatan dlm akses informasi, salah satu kata kunci di era saat ini, kurikulum yg bersifat terbuka, tp tetap dlm koridor identitas perjuangan HMI jd lbh utama. Ketiga, disebabkan pola relasi islam politik di belahan dunia lain, HMI semakin penting menegaskan positioning mereka dlm pergaulan. HMI sdh memilih untuk tdk meneguhkan satu mazhab tertentu, itu sdh bagus. Konsisten dgn itu, maka trainers HMI dituntut untuk memberikan keteladanan, dgn tdk memberi ruang menguatkan satu jenis mazhab tertentu dlm training HMI, apalagi sampai ke level rekrutmen calon anggota, jika itu terjadi, HMI sdg bergerak bunuh diri.

Chamad Chozin :
Anak anak hari ini besar di era digital, dunia mereka itu dunia digital. Karakternya adalah anak anak  terbuka, percaya diri. Kedua generasi yg hadir yg remaja saat ini adalah generasi yg dilahirkan dan tumbuh di alam demokrasi. Mereka lbh mrdeka lbh bebas dan lbh mandiri. Ketiga, generasi yg hadir saat ini adalh generasi yg secara gizi lbh baik. Mereka dibesarkan okeh orang tua yg masuk kategori kelas menengah. Jauh berbeda dg sebelumnya. Kelima generasi hari ini dibesarkan oleh pasar bukan blok ideologi perang dingin.ini menjadi pijakan untuk perumusan pola perkaderan baru

M. Arbayanto
Pertama, aspek konsepsional. Dibutuhkan penajaman dan penekenan tentang rencana perubahan kurikulum perkaderan. Mengingat perubahan situasi kekinian, di mana kader HMI harus mampu menjawab tantangan zaman dg cara membentuk cita ideal sbg individu yg dibutuhkan dan memenuhi syarat sbg personal dg segala kelengkapan yg dibutuhkan dunia di era modern. HMI harus mampu memiliki kurikulum yg sesuai dg kebutuhan zaman tsb.
Kedua, aspek praktikal. Secara praktis sistem perkaderan HMI tengah mengalami degradasi kusntitatif maupun kualitatif pd personalia pelaku perkaderan (dlm hal ini adl master/instruktur). Diperlukan usaha keras untk mengembalikan infrastruktur perkaderan penting tsb. Ibarat teknologi komputer, kebutuhan HMI untk upgrade sistem adl nyata, shg kita membutuhkan softwere yg bagus dan mutakhir. Namun demikian softwere yg bagus tdk akan operasional bhkan gagal install jika banyak komponen komputer kita yg rusak, hilang atau sdh berfungsi lagi.

Aminudin Syam :
 Yg perlu digali dari mahasiswa adalah kebutuhan primernya, sekunder dan tertier dalam hal pengembangan dirinya. Yg banyak luntur pada kader HMI adalah keistiqamahannya. ada akumulasi permasalahan pada input, proses, metode dan kurikulum pengkaderan,. Diperparah dengan semakin tumbuh suburnya "materialisme" pada aspek kehidupan masyakat kita.
Idealnya, pasca LK1 adik2 adh harus lancar membaca Al Qur'an. Kita tdk bisa membiarkan ada fungsionaris HMI yg tdk bisa baca Qur'an apalagi yg mau menjadi Ketum. Kalau perlu calon Ketum komisariat, cabang, badko dan PB wajib bisa baca khutbah.

Niniek Rahayu Maksoem:
 Sistem pengkaderan mungkin perlu diterjemahkan dalam kebutuhan sesuai konteks saat ini (sinergi kebutuhan global, perspektif yg lebih luas tentang martabat kemanusiaan, inklusifitas menurut saya penting. Tdk sekedar terjebak diskusi pada hasil evaluasi semata.Dengan begitu, upaya menyiapkan kader handal, mampu menjawab berbagai persoalan, termasuk tantangan individual (korupsi,keberagaman, narkoba, dll) yg sekarang sdh jamak dilakukan, bahkan sulit membedakan kader HMI atau bukan menjadi terwujud.
Rakhmat Hidayat

Chumaidi Syarif Romash
1.    Tantangan HMI hrs bisa dibaca oleh setiap kader. Merumuskan tantangan hrs lahir dari kemampuan leader krn fungsi leadership adalah mampu mempengaruhi fikiran dan gerakan organisa si dan kader dg membangun stock of knowledge atau maindset kader dan anggota sehingga tidakan/policy HMI tidak mengalami sentrifugalisme, disorientasi, moral disorder, konflik2 intetnal baik vertikal maupun horizontal.Bahkan yg lebih fatal klo leader tidak mampu membangun problema dsn dan tantangan tsb. Akibatnya orgsnisasi hsnya dikenal organisasinya tapi tidak difahami fighting spiritnya baik oleh anggota msupun publik kita. Ironisnya HMI akan menciptskan kapling2 ideokogis,kepentingan perorangan, bshkan petpechan demi perpechan krn HMI gak punya perekat sosial yg kuat . TANTANGAN BAGI SY MERUPAKAN ENERGI UTK MENCIPTAKAN DEMAM AKUT BGI SELURUH ANGGOTA TERUTAMA KADER YG MEMBANGKITKAN PERJUANGAN HMI.  KLO TIDAK ,HMI MATI SURI. NAUZUBILLAH.
2.    Tantangan ideologi global yg merasuk ke NKRI benar2 hrs menjadi perhitungan yg serius krn nilai2 global identik dg westernisasi bangsa  Indonesia bukan negara BARAT yg etosnya PROTESTANTISME/individualismr-kapitalism-liberalism yg dibingkai dg penyeragaman human right dari Barat.Sistem sosbud-keberagamaan adalah komunalistik (Weber) dg sistem keberagamaanya sbg Organic system(Durkeim). Dalam sistem ini keberagaamaan bertali kelindan dg realitas sosbudpolek,tidak mengenal pemisahan agama dg realitas tsb.Pancasila sbg bagian nilai2  dlm Muqodimah AD/ART HMI mrnggambarkan perekat kuat keislaman dan kendonesiaan kita yg tidak sekularkstik.Realitasnya HMI telah terpolusi oleh westernisasi oleh etos di atas.Akibatnya rasa tanggung jawab sosbudpolek cenderung tergerus oleh etos tsb bahkan musyawarah di forum konggres dll sbg arena global market system berupa transaksional/kapitslisazi forum bukan wa syawirhum wa amruhum syuro bsinahum. Musyarah=tidak mrngharapkan materi/nstura tetapi berharap kemaslaha tan bersama(social responsible)..dlm Hmi. Tantangan menjadi energi utk pembebasan ala liberation theology di Latin America.



Rekrutmen
:
Marbawi A. Katon:
 Kaderisasi HMI tidak bisa lagi dimulai dari mahasiswa, tapi harus sudah mulai orang tua/rumah tangga dan seterusnya hingga kuliah. Persoalan terbesar yang harus dijawab oleh HMI hari ini adalah: perebutan sumber (potensi) kader. Rekruitmen Harus di mulai sejak parenting. Anak2 Tarbiyah membuat tipologi mahasiswa seperti ini: Kupu-kupu (kuliah-pulang), Kunang-kunang (kuliah-nangkring/nongkrong), Kura-kura (kuliah-rapat), dan Kuda (kuliah-dakwah). HMI biasanya disebut kura-kura. Generasi internet, perlu strategi baru untuk arahkan mereka. Pedoman perkaderan HMI lahir di zaman radio dan televisi. Sekarang periode "bonus demografi". Secara eksistensial, tipe ideal kader adalah seorang Muslim (M besar), yang kaffah mulai iman-islam-ihsan/akhak. Secara rasional, kader adalah seorang Inteligensia (I besar), memaksimalkan daya pikirnya utk membangun peradaban, dan terakhir secara praktikal kader adalah seorang profesional (P besar), dengan titik tekan etos kerja profesional dalam melakukan kerja-kerja individual maupun kemasyarakatan

Aan Hasanah :
Justru pengkaderan yg hebat adalah ketika inputnya biasa biasa diproses dlm proses yg luar biasa menghasilkan output yg unggul, maka itu indikator bahwa pengkaderan itu hebat.👍
Klw input terpilih pasti hrs dipilih yg mahasiswa dan Islam, tetapi klw terpilihnya krna hrs yg pinter2 dan dari perguruan tinggi yg hebat2 berarti kita sdh diskriminatif.. Jd bukan siapa inputnya, tapi bagaimana input ini di proses..

Yahya Zaini :
 input-proses-output mrpkn satu kesatuan dlm meningkatkan kualitas kader..demikian mnrt david easton yg mengembangkan teori sistem tsb. Untuk mndptkn input yg bgs diprlkn strategi " marketing" yg jitu...jika diperlukan menjangkau smp SMA...strategi ini skrg dipakai KAMMI/PKS...

Prajoko Ludiro:
Sekedat catatan: 1. Tentu sgt baik bila masa dpn HMI yg kt idealkan bs kt rancang sjk dini (mulai soal memilih cln pasangan, anak2 yg bakal dilhrkan, ... ). Faktanya bnyk anak2 alumni enggan msk HMI. 2. Sy percaya pd teori IPO. Tp, kt bcr ttg manusia. Analogi garbage dan baja, tampaknya krg pas, krn itu memerosotkan harkat manusia. Kader, meminjam istilah Bregson, adalah ikhtiar menerus mnjdi manusia (being human), bkn kualitas final yg sekali jadi. Mk, instrumen dan keseharian petkaderan sgt pnting bg kekaderan. 3) HMI adalah unik. Terlalu bnyak kader HMI yg dunia tradisionalnya " abangan" tp toh jd kader yg tangguh. 4) Sy menaruh hrpan revitalisasi HMI melalui pendekatan yg realistis: perkaderan yg kontektual dg dinamika dewasa ini. Praksis demokrasi liberal dan politik pembngunan desa, tampaknya bs dijadikan titik msk revitalisasi perkaderan HMI.
Setiap mendengar kt perkaderan, yg terlintas dlm benak sy adlah totalitas aksi ber-HMI. Pelatihan yg mendpt penekanan pd Latihan Kader adlah bag dr perkaderan. Penugasan (internal dan eksternal), proses dan dinamika mengrlola organisasi,dll, adlah bag pokok dr perkaderan.  Rentang ckpan perkaderan: sosialisasi, rrkrutmen, LK, dan padka LK. Smua itu mesti ditata scr clear dlm pedoman perkaderan, baik krgka pikir strategis, substansi, maupun kesesuaian dokumennya (pedoman, panduan, modul lthan) shg jls arah orientasinya dan mudah ditindakkan oleh Kader. Bobot kontribusi penyempurnaan pedoman itu mungkin hanya 20% spt kalkulasi adinda Yuyon. Tp, dgn pedoman  yg ada skrg, yg bgt rancu itu.. kiranya perkaderan jg sgt rancu penindakkannya
5 kualtas Insan Cita itu umumnya sdh dianggap clear. Namun ada baiknya kt membngun modus pembatinannya scr koheren. Spt ktk kt memahami Pancasila, dmn sila 1 menjiwai dan mengikat sila2 lainnya. Sy setuju dg para pemikir sblmnya yg menyatakan perlunya menurunkan @ kualitas itu pd tingkat pernyataan operatifnya, shg terukur, baik dr sisi penindakkannya maupun deliverynya dlm proses perkaderan.
route unt mengembalikan HMI pd kesejatiannya: 1. Normalisasi (dlm jangka pendek) agr Kongres, Konfercab, dan RAK tdk berlarut2. Dewasa ini kgtn2 itu berlangsung sgt aneh. RAK sebln gak slsai. Konfercab bs 2 bln. 2) Revitalisasi. Sbgmna kt diskusikan di Grup ini.

Hadi Mulyo :
 Saya koq terfikir justru perlu lembaga, forum, jaringan perkaderan pasca-HMI. Kalau kita kenal Lemhanas (saya tdk pernah ikut),  yg dibiayai negara/APBN, saya bermimpi Kahmi punya semacam itu.
Samsul Munir :
 Yayasan atau kahmi buat Basic Training Fund u (1) membiayai basic training. Termasuk membiayai promosi dan komunikasi serta kampanye basic training ke kampus2 PT. (2) membiayai operasional pengenalan rekruitmen ke Sekolah2 SMA, organisisasi pelajar termasuk remaja masjid dan PII. (3) infiltrasi kepengurusan ke organisasi yg berkaitan dgn sumber2 recruitment kader HMI yad

Jana Sulaiman
Berkaitan dg input kader, terdapat dua pendapat.. 1. Input kader harus terpilih.. 2. Input kader boleh siapa saja yg penting mahasiswa..
Berkaitan dg input kader terpilih, sekurang kurangnya ada dua pendapat.. 1. Dipilih selektif setelah mereka menjadi mahasiswa.. 2. Dipilih sebelum mereka menjadi mahasiswa.. Berkaitan dg Dipilih sebelum mereka menjadi mahasiswa sekurang kurangnya ada dua pendapat... 1. Sewaktu di jenjang SMA.. 2. Kalau diperlukan turun sampai ke tingkat lebih bawah, SMP, SD, TK.. Mohon koreksinya kalau ada kekurangan atas pemetaan diskusi kita mengenai input kader.
Profil
:
Hasanudin
Profil kader itu sdh jelas dlm tujuan HMI, kader itu insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, brrtanggungjawab. Di kenal dgn 5 kualitas insan cita. Derivasi atas  ke 5 kualitas itu,  bisa disesuaikan dgn tantangan yg sdg di hadapi tiap2 generasi kader

Afny
Insan cita HMI

Chumaidi Syarif Romas
Sebagai pengabdi/pejuang sejati bukan sekedar secarik kertas sertifikat.Keterlibatan,kepedulian, faham perjuangan,loyalitas nilai perjuangan dan organisatoris.
Penjelasan Profil : INSAN AKADEMIK PENCIPTA PENGABDI BERNAFASKAN ISLAM=Insan yg memiliki tanggung jawab sosial/ horizontal seraya bertanggu ng jawab secara vertikal/kpd Allah dlm ibadah kpNYA dg kualitas akademiknya(secara mikro) serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yg di ridloi Allah SWT(secara makro).Secara mikro insan bertahid harus menyerahkan secara total kpd Allah tetapi memiliki tanggung jawab sosial secara makro. Insan yg bertanggung bermakna manusia bukan yg bukan berorientasi pribadi tetapi sbg makhluk sosial bernafas islam. Artinya dlm dirinya ada kesadaran kolektif yg wajib membangun kewajiban societism di dunia guna mencapai keadilan dan kemakmuran yg diridloi Allah SWT. Societisme vs individualism!

Aman Romansyah
Aman Romansjach: Mungkin bisa juga Rumusan kualitas operasional (kualitas indikator) yang relevan dengan tuntutan masa depan yang perlu dirumuskan dan terukur s. Sementara 5 kualitas Insan Cita Hmi bisa saja tetap baik karena rasanya rumusan kualitasnya bersifat universal dan relevan  setiap zaman maupun alasan histoRis yang menyambung antar generasi.

Pradjoko Ludiro
Kristalisadi profil td. adlh: Nilai (Muslim), Teori (Ilmu, intlktual), dan tindakan (profesional). Jd, Kesatuan Nilai, Teori, dan Tindakan/laku itulah perspektif Latihan Kader

Aan Hasanah
Proyeksi kader ke depan (2045 indonesia emas) adalah insan yg kreatif inovatif dan berkarakter unggul yg bernafaskan Islam...
3 kualitas tadi... Kreatif, inovatif dan berkarakter unggul. Krna kompetisi global semakin nyata, hanya orang2 yg memiliki 3 kualutas tadi yg bisa menggerakan peradaban unggul...
Yg penting kader hmi itu punya ketauhidan yg mantap, integritas dan ktrampilan sosial yg bagus... Maka klw anggota hmi dg kualifikasi td dan Dr...Dr yg msh muda dibidangnya. Maka terbayang dlm 10-20 th kedepan kualitas SDM indonesia luar biasa

Fahmi Idris
Pekerjaan seorang kader....yg kreatif, innovatif n memiliki wawasan hari depan yg imajinatif... InshaAllah kita memungkinkan memiliki kader yg demikian dlm bentuk n versi kebutuhan zaman yg berkembang...asalkan kita dpt membangun konsep n lingkungan. Yg memungkinkan kader yg demikian dpt exist dilingkungan kita... pekerjaan tidak mudah tp mungkin...

Proses

Hasanuddin
1.    Training untuk peningkatan kapasitas seperti up grading kepengurusan, instruktur, dan spesifikasi keahlian yg juga perlu lebih dipikirkan pendekatan dan metoda nya yg lebih tepat seperti apa
2.    Yang bisa intens mengelola perkaderen itu, hny mrk yg menggandrungi NDP, karena NDP itulah inti dari proses perubahan kognitif, afektip maupun psikomorik kader yg paling kuat membentuk karakter mereka. : Lemah dlm membaca gejala perubahan dan kepeduliannya kurang, individualisme tinggi, dan cenderung egois.
3.    Untuk peningkatan kapasitas dan keahlian harus lebih dimaksimalkan untuk mendorong peran lembaga lembaga seperti lembaga hukum, lembaga kesehatan, lembaga tekhnik, dll. Lembaga hukum misalnya, perlu lbh intens melakukan pelatihan kepengacaraan, lembaga kesehatan mngkin bicara soal pelatihan managemen rumah sakit dll. Demikian halnya dgn lembaga lembaga keahlian lainnya, seperti lembaga bahasa, seni, yg selama ini sdh terbentuk, tp tdk kedengaran kegiatannya apa
4.    Perlu pula, sy pikir HMI memiliki satu pusat study keagamaan, agar andil HMI dlm mendorong wacana Islam yg rahmatan lilalamiin, menjawab isu isu radikalisme disatu sisi, serta isu isu lain dalam hubungan antar pemeluk umat beragama. Sy kira yg utama yg harus di jaga adalah masalah Tauhidnya. Seperti pesan Luqmanul Hakiem kpd putra putrinya dlm al Qur,an. Semua peradaban besar bisa terjaga keberlabgsungannya jika masalah Tauhid ini dijaga, dan hancur disaat masalah Tauhid ini diabaikan, dan berganti dgn toghut.....
5.    ada pergerakan metodologi, dari full paedagogie, ke semi andragogie di lk 1, Lk 2 baru mulai full andragogie.
Sy membayangkan model LK 1 yg baru itu, di awali dgn pemutaran film sejarah perjuangan HMI, filmnya dibuat khusus dgn durasi 45 menit : Materi nya tentu seputar Ke islaman, keindonesiasn, ke HMI, dan kemahasiswaan dan ke organisasian
[16/5 10.30 AM] - Hasanudin: Di kemas dlm metode pembelajaran yg lbh baik, model2 terbaru

6. Setuju dgn nomenclatur, Basic Training, Intermediate Training dan Advance Training. Soal limit waktu, sangat erat kaitannya dengan target yang ingin di capai, targetlah yang menentukan materi apa yg akan diberikan, dan target pulalah yang menentukan model dan pendekatan seperti apa yg diterapkan.


Fajar Zulkarnain
Pengkaderan hmi jangan dibikin terlalu berat, Utk waktu klo perlu lk 1 itu satu dua hari aja, setelah lk tentukan mentor nya 1 mentor 5 kader lk 1. Mentor orang2 yg lebih senior 1 angkatan diatasnya. Tugas mentor yg nanti mulai ngajarin ngaji sampai menjelaskan misi hmi dll.

Arbayanto
Unsur utama penajaman ideologi ada pd pendampingan (sistem mentoring). Di HMI kita mengenal Master. Seharusnya konsep master itu dimulai dari jenjang training hingga pasca training dlm kehidupan berorganisasi kader. Sederhananya era para senior HMI sebelum dibakukannya sistem perkaderan, sebetulnya sdh menerapkan metode tsb.
Proses perkaderan di HMI adalah satu rangkaian sistem yg utuh. Kita punya formal training, informal training dan perkaderan non-formal. Formal training diorientasikan pd penyemaian dan penguatan nilai2 ke-HMI-an, sehingga prosesnya berjenjang (LK 1, 2 dan 3). Shg formal training dipakai jg sbg standar resmi ukuran kelayakan kader utk memimpin pd setiap jenjang struktur kepemimpinan HMI. Tidak jarang akhirnya dinamika politik turut mewarnai proses penegakan aturan pedoman perkaderan akibat intervensi senior utk meluluskan fulan bin fulan dlm LK 2 atau LK 3 akibat ybs mau maju pencalonan. Berbeda dg informal training yg titik tekannya pada kewajiban HMI utk memberikan model pendidikan keahlian diri secara spesifik bagi kader. Informal training berupa training kepemimpinan, kewirausahaan, penelitian, jurnalistik dsb. Krn tdk terikat secara konstitusional, seringkali informal training dianggap tidak wajib dilaksanakan oleh banyak pimpinan HMI hampir di setiap tingkatan. Tidak jarang pimpinan HMI yg tuna-perkaderan mencampuradukkan kurikulum informal training dg formal training. Formal training yg seharusnya padat dg materi2 utama ke-HMI-an dan harus diisi oleh alumni yg kompeten dlm materi tsb, dimasuki oleh materi2 informal training dan diisi oleh pemateri non-HMI. Sementara budaya intelektual dlm model perkaderan non-formal training dlm bentuk Seminar, FGD dsb, yg diorientasikan pd pembahasan masalah keumatan secara serius dan ber-nas, sdh mulai ditinggalkan. Berganti dg forum diskusi isue2 politik day to day (bukan issue2 politik strategis). Model gerakan HMI seharusnya berdimensi perkaderan, tdk semata2 pd model2 pengerahan massa. Model gerakan berdimensi perkaderan dicirikan dg sinergitas kader HMI utk membentuk model pelatihan, strategi opini publik melalui tulisan di media dan variasi2 aksi lainnya. Saya fikir proses perkaderan dlm perspektif luas tsb yg idealnya dibangun HMI. Namun saya fikir kondisi nyata saat ini, bukan semata kesalahan satu generasi. Degradasi sistem perkaderan tsb barangkali disebabkan banyak hal. Tapi disfungsi perkaderan tsb blm cukup emergency jika blm menyentuh aspek mental dan infrastruktur perkaderan.
Pertama, saya sepakat dg usulan perbaikan aspek konseptual. Kurikulum perkaderan harus disesuaikan dg tuntutan zaman. Namun sy termasuk yg tdk sepakat jika materi non ke-HMI-an masuk dlm formal training.  Materi2 yg berkaitan dg penajaman softskill harus dikategorikan sbg informal training. Kita harus merumuskan standar baku kurikulum informal training. Katakanlah harus ada 10 jenis kurikulum informal training yg kita tetapkan sbg training wajib dilaksanakan oleh komisariat dan cabang. Selain itu PB HMI dan/cabang harus menetapkan issue2 gerakan strategis dan membentuk kurikulum pelatihannya (masuk jg sbg jenis informal training). Khusus informal training dlm kategori pembentukan trainer2 materi formal training dari LK 1, 2 dan 3 diorientasikan utk mensertifikasi pemateri LK. Termasuk perbaikan kurikulum institusi IT (dulu SC) guna up-grading master dan instruktur. Termasuk juga paket kebijakan2 yg harus dikeluarkan oleh PB HMI utk mengendalikan perkaderan demi ketertiban. Harus ada standar resmi pelatihan mulai dari jumlah ideal peserta latihan dlm satu kelas, persyaratan pemateri hingga standar minimal komisariat utk memilih 5 dari 10 jenis i formal training yg wajib diselenggarakan. Sertifikat kelulusan bahkan hingga sah atau tidaknya pelatihan digelar dari aspek idealitas penyelenggaraan versi pedoman harus diserahkan kpd BPL dg alasan profesionalitas kerja BPL sbg lembaga yg kompeten utk melaksanakan dan menilai pelatihan di HMI.
Tahap kedua, program penting dan darurat setelah aspek konseptual adl aspek praktikal. Kita harus gelar program wajib dari tingkat PB HMI hingga tingkat komisariat utk mengelar training IT dg target pemenuhan rasio kecukupan jumlah mentor/master thd jumlah kader. Program ini penting jika kita ingin serius menangani proses pembinaan perkaderan hingga tingkat akar rumput dg baik. Kita membutuhkan data riil jumlah kader dan data riil jumlah master secara detil di setiap komisariat. Data tsb penting bagi PB HMI utk membentuk rencana strategis revitalisasi program perkaderan.
Tahap ketiga adl kontrol dan perbaikan sistem selama setidaknya satu tahun evaluasi implementasi paket kebijakan perkaderan PB HMI. Selama satu tahun implementasi, mknitoring dan evaluasi harus secara ketat kita lakukan. Jadi mulai dari tahap perencanaan hingga monev, paket terapi lerkaderan organisasi HMI ini, baru 6 bulan kemudian baru ada vonis HMI baru bisa dinyatakan sembuh.

Afni Achmad
1.    Pembaharuaan methode, peningkatan kwalitas master dan instrukturnya, sistem pendataan dan sitem evaluasi.
2.    Training di desa, di pesantren, di sekolah2di desa, nginap lah dirumah rumah warga desa
3.    Kemah Kerja
4.    Sy pikir utk membangun karakter dan militansi kader...sy pikir LK 1 se baiknya di pedesaan..di pesantren dan madrasah2. PB HMI perlu sowan dan membangun kerjasama dgn PP MUHAMMADIYAH..PB NU..PP AL IRSYAD..PP PERSIS..DEWAN DA'WAH dll.
5.    Setelah selesai LK1, lulusannya buat group WA yang dipimpin oleh masternya dan diikuti pula oleh pengurus komisariat dan pengurus korkom. Dengan WA ini akan terjalin arus komunikasi paska training yg memungkinkan pendalaman materi diantara ex LK1 dgn seniornya atau diantara sesama ex peserta murah dan ekffektif
6.    sukses tidaknya proses perkaderan...ditentukan oleh "tercerahkan"  tidaknya peserta.... setelah mengikuti proses perkaderan...gimana ukurannya...spt apa kurikulumnya..bagaimana methodenya...siapa yg melakukannya...itu yg kita cari jawabnya....soal kelemahan HMI hari ini...tidak melulu salah HMI dan alumni...ada faktor external yg juga ikut memberi kontribusi...terutama sejak daud yousuf mempraktekan NKK dan BKK  dikampus

Sujana Sulaiman :
 Acara dimulai pk 04. Shalat Subuh berjamaah, demikian juga shalat2 lainnya. Pk 12-15 istirahat. Dimulai lagi setelah shalat Ashar berjamaah. 18 sd 19.30 istirahat. Mulai lagi pk 19.30 - 22.00 selanjutnya istirahat. Mulai lagi pk 04.00.
Kesan saya, 5 kualitas insan cita menjadi "ultimate goal" sedangkan Profil yg kita rumuskan adalah turunan dari 5 kualitas insan cita yg disesuaikan dg kebutuhan kini dan antisipasi thdp kebutuhan 5-10 tahun ke depan bahkan 10-20 tahun. Kalau kita membaca cerita2 ttg majelis2 Rasulullah saw, kita bisa menandainya dg bbrp ciri, antara lain.. selalu memberi pencerahan, memperkuat iman, menginspirasi orang untuk semakin taat dalam beragama, setiap ada masalah/pertanyaan diselesaikan secara tuntas, tidak ada sinisme dll..
Sedangkan Pusdiklat minimal 2 minggu agar sbg pemimpin lebih matang. Sebagian materi adalah studi2 kasus. Termasuk kunjungan2. Jadi 2 minggu adalah waktu yg singkat.. PB HMI wajib menyelenggarakan Pusdiklat satu semester sekali. Kalau tdk, maka akan terjadi "putus" generasi. Badko juga demikian, minimal satu semester satu kali LK 3. Jadi selama menjabat ada 4 kali Pusdiklat di PB dan 4 kali LK 3 di Badko. Durasi perkaderan formal ini tdk bisa kita serahkan kpd selera pengurus. Kalau dibiarkan lepas, bisa2 terjadi "putus" generasi dalam artian mereka yg memimpin HMI tdk "terlatih" dan "terdidik" dg baik
Kalau mengikuti Pedoman 75, LK 1 lebih bersifat doktriner, penyamaan sikap dan cara berpikir. Cukup sampai disitu saja.. transfer keilmuan didapat dalam aktifitas..
Untuk Pengurus ada up grading pengurus... untuk instruktur ada up grading instruktur, untuk pengelola training ada up grading pengelola.. jadi masing2 sdh ada jurusannya.
bayangan saya Pengurus Besar HMI, usia maksimumnya 26-27 tahun
Proses Perkaderan di HMI terdiri dari 3, formal, informal dan non formal.. Sekecil apa pun yg bisa diperoleh dalam training 2, 4, 6 hari dan 2 minggu atau 1 bulan. Itulah yg harus dioptimalkan..
(Catatan Kecil)- 1. Perihal nomenklatur, kita gunakan bahasa Indonesia. Jadi nama untuk latihan berjenjang adalah Latihan Kader 1 sd 3.. 2. Mengenai penjenjangan terdapat dua pendapat. Pertama, seperti yg ada sekarang, yaitu Latihan Kader 1, 2 dan 3, kemudian ada Pusdiklat untuk para pimpinan HMI dan up grading untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang2 tertentu. Kesekretariatan/keorganisasian, pengelola latiha., instruktur dll.. Pendapat Kedua, ada training dasar sbg syarat sbg anggota, selanjutnya para kader dilatih sesuai dg kebutuhan organisasi maupun kebutuhan sang kader dalam pelatihan2 khusus termasuk upgrading. (pendapat kedua, seperti mengingatkan kpd model "Maperca" dulu. 3. Perihal jumlah peserta dalam LK 1 sd 3 yg diusulkan sebanyak maksimal 30 orang, belum cukup mendapat tanggapan. Bisa jadi terlewatkan atau sdh dianggap baik dan setuju. 4. Rekrutmen anggota baru HMI sebagaimana pendapat kedua di atas, diusulkan dalam model tertentu sehingga lebih menarik bagi para calon anggota. (saya sendiri ingin mengusulkan hal ini dilakukan tersendiri agar sesama kader satu cabang, bisa saling kenal dan bersilaturahmi...) 5. Perihal waktu training, khususnya mengenai LK 1 terdapat 2 pendapat. Pertama cukup 3 hari (2,5 hari, dimulai Jumat malam diakhiri Ahad malam). Kedua, selama seminggu (6-7 hari). Sedangkan untuk waktu LK 2 selama 4-5 hari dan LK 3 selama 6-7 hari serta Pusdiklat selama 2-4 minggu, belum cukup mendapat tanggapan atau pembahasan. 6. Perihal tempat training, selain seperti yg sdh berjalan selama ini, diusulkan untuk diadakan di desa2 atau pesantren2 atau tempat2 yg dimiliki ormas Islam. Hal ini dimaksudkan untuk membuat peserta lebih paham tantangan yg dihadapi umat Islam. 7. Disamping itu, diusulkan agar tempat menginap peserta training dalam sebuah tempat yg memungkinkan semua peserta dpt bercampur sedemikian rupa sehingga timbul rasa kebersamaan, tanggung jawab dan keperdulian. 8. Perihal materi2 latihan, diusulkan dilakukan "semacam" standarisasi dan menggunakan media film dan lebih jauh media berbasis ICT. Salah satu yg diusulkan adalah materi Sejarah HMI dibuat dalam bentuk film dg durasi 30-60 menit. 9. Model pelatihan, diusulkan lebih variatif dg tujuan agar lebih menarik tetapi tetap mampu membangun "semangat" atau "ghirah" perjuangan setiap kader HMI dg landasan Tauhid yg kuat, ilmu yg mumpuni serta perilaku yg bersesuain dg nilai2 Islam. 10. Proses training diusulkan dalam suasana yg bersahabat, ramah dan kritis. 11. Sekedar catatan tambahan, HMI mesti tetap konsisten untuk melaksanakan training. LK 1 oleh Komisariat, LK 2 oleh Cabang, LK 3 oleh Badko, Pusdiklat oleh PB HMI. Hal hal lain yg agak berat2 mohon masing2 menyiapkan Paper yg akan dibahas dalam FGD. Dalam hal training dihubungkan dg masa keanggotaan HMI, saya usulkan anggota HMI dibatasi maksimal 7 tahun saja sejak yg bersangkutan masuk/diterima menjadi anggota HMI. Mereka diberi kartu anggota dg masa berlakunya. Semua tercatat di Cabang dan PB HMI. Untuk itu kita gunakan teknologi informasi. Dg demikian, total anggota HMI setiap tahunnya bisa diketahui dan pelaksanaan LK 1 di seluruh Indonesia dpt terpantau oleh PB HMI..

Sujana Sulaeman: LK 1/BT 2 hari maksudnya agar lebih banyak yg bisa dilakukan dan dpt dilaksanakan pada Sabtu Minggu saj sehingga tdk mengganggu waktu kuliah mahasiswa..

Sedangkan Pusdiklat minimal 2 minggu agar sbg pemimpin lebih matang. Sebagian materi adalah studi2 kasus. Termasuk kunjungan2. Jadi 2 minggu adalah waktu yg singkat.. 😊

LK 1 oleh Komisariat, LK 2 oleh Cabang, LK 3 oleh Badko dan Pusdiklat oleh PB HMI..

PB HMI wajib menyelenggarakan Pusdiklat satu semester sekali. Kalau tdk, maka akan terjadi "putus" generasi..

Badko juga demikian, minimal satu semw

Badko juga demikian, minimal satu semester satu kali LK 3. Jadi selama menjabat ada 4 kali Pusdiklat di PB dan 4 kali LK 3 di Badko..

Durasi perkaderan formal ini tdk bisa kita serahkan kpd selera pengurus. Kalau dibiarkan lepas, bisa2 terjadi "putus" generasi dalam artian mereka yg memimpin HMI tdk "terlatih" dan "terdidik" dg baik.. 😊

Muchlis R. Luddin:
Sy saran dan usul: Kita mulai dg "merumuskan profil kader HMI masa depan" mis Kader HMI seperti apa pada tahun 2045. Kalau sdh clear, baru kita beranjak pd (1) kemampuan dan keterampilan apa yg dibutuhkan untuk itu. (2) kurikulum seperti apa yg hrs didisain untuk memenuhi kebutuhan tsb, (3) materi apa saja yg hrs diberikan dan dikuasai oleh anggota HMI di semua jenjang pendidikan. (4) bagaimana disain pembelajarannya. (5) berapa lama latihan yg diperlukan untuk memenuhi tuntutan itu. (6) brp minimum dan maksimum class-size nya. (7) bagaimana kita melakukan evaluasinya. (8) merumuskan profil kebutuhan akan keahlian dan keterampilan minimal yg hrs dikuasi oleh para instrukturnya. (9) bagaimana struktur organisasi pembelajarannya, dst. Ini semua hrs clear dan terstandar!!

Muchlish R. Ludin
10 isu kluster besar yg harus kita tuntaskan atau rumuskan untuk meletakan HMI sbg organisasi pengkaderan: (1) kluster input/intake calon anggota HMI, (2) kluster training: prosedure-proses-metoda, (3) kluster kurikulum-GBPP, (4) teknologi pengkaderan, (5)   Learning outcome-output lulusan, (6) sistem penempatan lulusan/kader, (7) sistem pembinaan kader pasca training, (8) sistem dukungan logistik dlm perkaderan, (9) rekturmen dan pembinaan instruktur/master of training, (10) pembangunan networking: kader-kampus/rayon-alumni!! Kalau dipersingkat bisa sy katakan bahwa yg diperlukan skrg adalah membangun SRPPPTK/SRP3TK (Sistem Rekrutmen, Pendidikan, Pembinaan, Penempatan Tenaga Kader HMI)

Gefrina Johan
Metodologinya yg memang harus diperbaharui...saya coba check lapangan di kader2 muda mereka sdh sangat jenuh dgn metode ceramah....mungkin perlu dipelajari dari model2 pelatihan seperti yg dikembangkan oleh JHU atau kampus2  lain yang memang mengembangkan itu

Rosdaneli: Akhlak... Akhlak....Akhlak...Jangan lupakan itu, karena akhlak adalah dasar kehidupan sebagai refleksi dari kekuatan Tauhid. Itulah misi Rasullullah Muhammad SAW. Tauhid mendasari akhlak, akhlak mendasari peningkatan kualitas2, kualitas2  memberi dampak Rahmatan lil 'alamin. Apapun rumusan profil kader HMI seyogyanya mengacu kesana. Semoga hal ini memberi inspirasi bagi pemaknAan kembali rumusan Tujuan HMI dan implikasinya thdp kaji ulang realitas dan sistem perkaderan HMI selama ini serta proyeksinya ke depan.
Misi utama perkaderan HMI adalah perkuatan Tauhid dan Akhlak serta meletakkan kerangka dasar Kepemimpinan dan Kemampuan Manajerial. Di atas itu perkaderan HMI hanya menstimulasi rasa ingin tahu para kader dan mengasah ketrampilan utk mengakses dan memanfaatkan secara positip dan optimal sumber2 belajar yg tersedia di lingkungannya....Ingatkah prinsip "Alam Takambang Jadi Guru" ?

Chumaidi Syarif Romas
Perkaderan adalah cara membangun kesadaran potensi sdm menjadi kekuatan yg riil yg menggerakkan seluruh sistem dan struktur organisasi/HMI. Jadi kader digambarkan oleh William James  , seperti manusia yg mengalami "accute of fever" yakni kesdaran jiwanya/spirit hidupnya laksana demam akut dlm dirinya. Dirinya merasa mampu mengaktualisasi diri,jiwa panas,menggerakkan tubuh/organ yg mendasarkan pd motivasi keagamaan(NDP). Motif fundamental kader diletakkan pada PENGABDIAN KPD YG MAHA BENAR.(ibadah/pengabdian lillahi taala). Jiwa kader dibakar dg energi Tauhid yg sungguh2 sbgmn tercermin pd baiat kader HMI diseluruh sendi2 kehidupan HMI. Melalui sistem perkaderan mampu menempatkan kader2 ke seluruh wilayah kegiatan baik dalam struktur organisasi mapun non struktural.(mereka menjadi pengabdi ilahi). Makna pengabdian kader harus dalam kesadaran kolektif/organisatoris bukan motif individualistik atau jiwa idealis-klo perlu altruistik(seperti biara/biksu) dlm anggapan perjuangan itu adalah pengorbanan diri/ nafsu pribadi terkendali oleh tanggung jawab kpd agama/Allah SWT.Nafsu itu cenderung jahat dlm kehidupan manusia tapi ruh/spirit milik Allah semata.Ruh perjuangan HMI adalah citra yg hrs melekat kpd kebenar an ilahi/musliman hanifan. Kesimpulan singkatnya kader HMI adalah manusia imago dei/manusia bersibghotulloh atau dpt celupan Allah. Ciri2 dasarnya ialah ikhlas/kemerdekaan yg bertanggung jawab kpd Allah, pengorbanan nafs wal amwal(jiwa dan harta)..serta taklif/bertanggung jawab secara vertikal dan horizontal. Dengan sistem ini akan melahirkan elit2 organisasi baik dlm struktur tertinggi HMI hingga akar rumput yg berpusat pd roll model/uswah khasanah. Mereka itulah leader2 HMI yg memiliki pengaruh nilai2 kejuangan pengabdian yg ditiru seluruh anggota. Renungkan dg hati dan iman perjuangan kita.
Forum LK sebaikny dijadikan sbg universitasnya HMI hrs dibebaskan dari panggung kegiatan poltik apalagi saat pilkada dan pileg/pilpres bukan berarti poltik kebang saan dan kenegaraan(bukan parpolis) biza dibicarakan sbg pencerdasan kader di jauhkan dlm rangka penegakan keadilan dan krbrnaran. Bersihkan anasir partai poltik bicara di lk lk kecuali mungkin diPUSDIKLAT ,dari semua kekuatan parpol . Tujuannya utk menjaga independensi HMI
Civilisasi dlm pergaulan dan perjuangan HMI baik secara hirarkis vertikal dan horisontal maupun hmiwan dan hmiwati perlu dibangun dg akhlakul karimah/tahallaku bi akhlaqillah . Akhlak Allohlah yg maha kasih tak pilih kasih ,yg dpt memuliakan sesamanya dalam menghadapi perbedaan/ikhtilaf antara pimpinan dg anggotanya ,yg lelaki dg perempuan dan yg senior thp yunior. Diseluruh forum perjuangan HMI sbg roll model kader bangsa hendaknya memiliki motto perjuangan :SAHABATKU TERBAIK ADALAH LAWAN  BERFIKIRKU. Berbeda dlm pemikiran sesama kita adalah rahmat( al ikhtilafu rakhmah).Harus disadari dlm menciptakan kader yg beradab/nafas islam ini,perbedaan itu hrs dirasakan sbg kasih sayang sesama utk saling mencerdaskan asah asih asuh (smiling management), bukan kemarahan  dan kekerasan yg merupakan budaya jahiliah/primitif. Kader HMI hrs menjadi civilized human bukan barbarian/bila adab. Camkan seluruh kader dan anggota utk melakukan pembebasan dari praktek2 jahiliyah-liberalism dan hedonism!
Sertifikasi training lebih banyak digunaksn sbg sekedar steping point utk menyalurkan nafsu kuasa utk duduk dlm jabatan,semestinya semua jenjang training merupakan gambaran kualifikasi kader
Menurut sy,ada 2 tawaran untuk mengakomodir hal tsb.(1)persyaratan training NDP hrs sdh dimiliki oleh kader-kader yg ingin mengikuti training instruktur (SC,Senior Course).Syarat utama SC :sdh LK2 dan sdh ikut training NDP.Jika diantara salah satu syarat tsb blm terpenuhi kader tsb tak eligible ikut SC, (2)mekanisme dengan mewajibkan setiap peserta SC untuk membuat materi sindikat wajib yaitu NDP dan materi Sindikat pilihan sesuai dgn minat.Selama ini,kl tak salah,setiap peserta SC hanya menyusun satu sindikat.Koreksi jk sy salah.Sy lbh prefer mekanisme kedua.Kader akan lbh mantap dlm penguasaan substansi maupun metodologi penyampaian materi NDP maupun sindikat pilihannya kpd peserta training.Dgn cara ini sbnrnya,kita secara sistemik dan kelembagaan sdg memperbaiki praktik perkaderan kita.menyiapkan kader2 yg militan,komit dan berjuang dlm jalur perkaderan.
Yg lebih prnting ialah proses trsiningnya bersahabat,ramah/basyiron wa naziron, melatih memahami ada tantangan sbg muslim,mengenali brlenggu yg menguasai mentalitas diri peserta dan dg psradigma Tauhid yg mrmbebaskan pribadi dan sosial yg membelemggu kehidupan kita aksn krbdnaran ds kesdilan
Madter of training di LK bukan betfungsi sbg protokoler tetapi senior ug memahami darah daging dan nafas islam HMI. Dia arsitektur kepribadian HMI yg mampu mengubah mindset mhs menjadi kader HMI.
Seorang Instruktur LK adalah sosok yg melihat adik2nya/peserta LK berkewajiban menanamksn Tauhid secara militan(bandingkan dg LMD) tapi bukan utk truth claim dlm beragama tetapi utk membangun energi perjuangan/amal ibadah di ladang Indonesia via pengalaman akademiknya. Semangst pembebasan dlm praxis perjuangan hrs mampu menghilangkan kultur feodalisme/kapitalism sehimgga menciptakan senioritas kompleks meski akhlak terjaga dg bsik dlm pergaulan.instruktur juga hrs cair dlm pergaulan yg jiwanya parentalistik bukan psternalistik dlm membentuk persaudaraan sejati di lingkungan HMI. Kecongkaan senioritas, kecongkaan akademik, dan superioritas apapun hrs difahami sbg musuh keadilan dan kemanusiaan kita. Harmoni dlm perbedaan apapun hrs dipelihara dlm modul perjuangan HMI bukan kepentingan pribadi atau kelompok apapun di luar frame work HMI
Training bissanya ada dua bentuk.Pertama sbg trainimg formal yg terdapat penjenjangan ,yg kedua disebut training informal atau traing tanpa jenjang utk kepentingan khusus. Trn formal berjenjang LK1/oleh komisariat(basic training(,LK 2oleh peng.cabang(interme diate trn) ,LK 3 dilaksanaksn oleh Badko dan PUSDIKLAT oleh PB HMI. Sedang Trn informal atau training khusus berupa: up grading/peningkatsn sekretsriat,kendaharian,kohati dan keperluan khusus yg lain.CATATAN: SEKARANG ADA LKK(KOHATI) seharus nya tidak diperlukan krn kader hmi itu tidak mengenal pemishan sex agar kader tetap dlm keasatuan kualitas kader gak perlu dibelah. Kohati bisa dilakukan sbg kebutuhan khusus , gak di pisah.Hal ini disebabkan ada kecenderungan pengaruh yg latah thp ideologi gender di HMI bisa di baca di aturan dasar kohati bahwa kohati punya tujuan sendiri yakni membentuk SARJANA MUSLIMAH . yg memisah dg tujuan HMI. Kasus ini gak boleh dibiarkan nsnti ada dichotomi tujuan HMI sesuai pembedaan sex. Berbahaya buat kader HMI

Yunda Tati
Kemampuan setiap kader pada aktualisasi diri yg dibingkai oleh refleksi dari 4  kecerdasan ( kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan religiusitas serta kecerdasan partisipatoris), walaupun tenth masalah ini tdk baku krn sangan tergantung pada proses pembinaan dan pengembangan melalui mentoring dst. Inti pembelajaran itu kan terletak pada 4 hal: content, tujuan, metode/ strategi, dan evaluasi
Mungkin yg perlu dipikirkan, apapun bentuknya materi, metode dst, untuk dua jenis  kader itu hrs diakomodir berbagai hal yg memungkinkan bisa terjadi sinergitas dan pergumulan pemikiran yg harmonis tatkala melakukan upaya penguatan warga dan bangsa bercirikan Kader HMI yg berbasis pada 5 insan cita, terutama no 5 ... adil makmur yg bgmn yg diharapkan ?


Aan Hasanah
Di lk 1 cukup materi NDP dan pengenalan hmi yg meliputi sejarah, visi, misi. Dan itu pun ssequece nya disimpan di tengah atw akhir. Yg lainnya perkuat keislamannya dan ketrampilan berfikirnya ( creatif thingking) yg itu tdk didapat di kampus..(klw ada hanya sedikit dan pd jurusan tertentu)... Klw itu bisa kita sajikan secara menarik, maka hmi akan dicari oleh mhswa dimanapun.
Sy melihat lk1 lebih pd pembentukan awal kader.oleh krnanya pndekatanya pd proses pengajaran, pembiasaan, pemotivasian, penegakan aturan dan peneladanan seniornya.
Klw pendekatan, strategi dan metode unt LK tentu hrs disesuaikan dg situasi hr ini.  Mhswa skarang tdk suka ceramah panjang2 dg kalimat yg panjang2. Cenderung to de point. Krna keseharian nya hidup bersama gadget.. Sms, twiter, Facebook, wA menggunakan kalimat pendek2. Itu yg mempengaruhi cara belajar mhswa sekarang
: Sebenarnya bukan penceramah/senior/instruktur yg membuat peserta cerdas. Tapi dirinya sendiri yg membuat dia cerdas. Para ibstruktur/penceramah memfasilitasi, membantu saja. Jadi hmi jangan terlalu ingin membentuk mereka sesuai dg pikiran kita... Mereka adalah anak-anak zamannya.  "diatas bukit pengetahuan ada langit kesadaran". Kita hanya membantu anggota hmi unt mencapai sebuah kesadaran..melalui pelatihan kader....
ada dua bagian yg hrs saling menguatkan yakni otonomi sbgai proses internalisasi individu terhadap nilai moral dan bagian kedua aspek heteronomi sbgai usaha di luar pendidikan... Yg tadi diusulkan oleh bang Aminudin ttg panutan alumni  dan Mas Hasanudin ttg disiplin penegakan aturan merupakan dua hal yg termasuk proses internalisasi nilai, tapi tdk cukup dg 2 tadi, tetap hrs ada aspek pengetahuan kognitif melalui materi pengkaderan, penciptaan lingkungan pengkaderan melalui pembiasaan....(waduh kepanjangan)


Prajoko Ludiro
 Latihan Kader. Artinya, "Kader" sbg paradigmanya, shg smua aspek Latihan dirancang scr sadar unt membentuk/menguatkan ke-kader-an. KADER sbg prdigma latihan hrs konsisten dan menurunkan scr koheren profil Kader: kataksnlah Pribadi Muslim, Intrlektual Progesional. Mk, hrs dibangun perspektif latuhan yg tepat.
Perdpektif itu didaratkan pd aspek/ranah latihan. Unt Lathan Kader, khususnys LK I, ditekankan pd aspek: berpikir kritis dan aspek emotif.(gugus aspek afektif). Skil/psikomotorik  unt LK I jg hrs disesuaikan (behavior dan personal attributes).
Dgn demikian, bs diittpkan metode yg tepat, spt uladan teh Tati kmrn: dialog ktitis, debat,...
Pemilahan Latihan Kader perlu dikaji ulang. Sejauh yg sy tahu, LK I adlh Lathan Dsr- Wajib bg setiap cln anggota. Stlh itu mestinya Latihan Kepemimpinan, khusus bg pengurus HMI atau kader yg ditgskan sbg pengutus di lmbga intra kampus. Bg kader yg bkn kategori itu, disediakan Latihan Pemgembngan sesuai preferensinya. Isu atau ketrmplan trtentu didlmi melalui Lathan Penguatan (up grading)
Soal durasi, spkt Lthn dsr-wajib (LK I) 3 hr ckp.
Materi Latihan tentu hrs berdsar pd Kerangka Pikir dan Alur Logis Latihan. Pedoman yg ada skrg, tdk mnjukkan hal itu. Krngka pkir dan alur logis itu: 1) ke-Mhs-an (hkikat,fungsi,peran). 2)  ke-Ind-an (kndosi.dnmka,tantangan). Ke-HMI-an (sjrah, konstitusi, NDP,...), dan 4) ke-Kader-an (hkikat, tgjwb, tgas kader, dan Missio HMI).
Bs sj dibolak-balik, yg penting Logis alur dan krgka pikirnya.
Membangun Pelatihan, Merancang Latihan, dan Meyusun Modul Modul Latihan adlh 3 hal yg berbeda
Hal penting dlm mrnyusun Modul.Latihan mntapkan scr tepat ranah/aspek dan degree-nya. Itulah yg mnjdi acuan smua hal teknis proses pembljaran. Dlm hal itu, Pedoman yg ada sgt tdk clear.
Pelatihan dg Latihan apa bkn 2 hal yg berbeda? Pemilahannya mnrut sy: 1. Latihan Dasar-Wajib (bg setiap cln anggota). 2. Lthan Kepemimpinan, dijenjangkan: 1,2,dan3 (bg pengurus HMI sesuai levelnya, jg bg kader yg ditgskan sbg pengurus lmbga intra kampus). 3. Lthan Pengembangan (unt meningkatkan skill, ini disesuaikan dg kebutuhan kader). 4. Lthan Penguatan unt mendalami su-isu tertentu, lazim.disebut up grading.
Pribadi Muslim Intelektual Profesional, Kesatuan Nilai, Teori, da Tindakan adlah platform dan perspektif semua Latihan  Kader HMI. Stlh mengikuti Latihan Dasar-Wajib, anggota yg memilih jalur menjadi pengurus dilatih melalui Latihan Kepemimpinan yg dijenjangkan sesuai level organisasi (Komisariat, Cabang, ..) shg tdk terjadi lulusan LK 2 tdk bernafsu jg pengurus, smntra pengurus Cabang tdk/blm LK 2.  Kader yg lbh berminat pd tulis menulis, penelitian ilmiah, ... ya, diberikan Latihan yg sesuai (Latihan Pengembangan). Kader, siapapun, blh mengikuti Latihan Penguatan (up grading) ttg isu-isu tertentu ( NDP, Mnjmen dan keorganisasian, dll)

Rakhmat Hidayat
Waktu pelaksanaan LK1 tdk bs diseragamkan jumlah harinya krn di setiap cabang berbeda kondisi cabang (sumber daya instruktur,geografis cabang dll).Di Lampung,misalnya,LK 1 itu pelaksanaannya 1 minggu.Cabang2 lain biasanya 3 hari (jum'at s/d minggu).Cabang2 di Jkt dan sekitarnya hrs bersyukur bs LK1 di GIC yg bs full fasilitas.Komisariat2 di cabang daerah hrs cari lokasi di desa2/pesantren yg hrs mikirin nasi bungkus,dll.Hrs bersyukur kader2 cabang di Jkt yg langganan LK di GIC.

Aman Romansjach:
Mungkin perlu dipikirkan kembali model training : basic yang menekankan semangat komitmen ke Islaman dan ke Hmi an. Ssedang intermediate karena unt pengurus Organisasi Hmi maka ditekankan pada kemampuan Organisasi, problem solving dan kemampuan strategis taktis. Yng mungkin perlu ditambah adalah kemampuan seleksi informasi dan teknologi informasi sebagai media informasi dan pengetahuan. Sementara. Advance menyiapkan kader yang bisa menyumbangkan gagasan secara konseptual sehingga kemampuan konseptual dan metodologis menjadi bahan perkaderan. Metoda seminar sering digunakan.Mungkin bisa ditambah kemampuan menuanygkan gagasan  di jurnal ilmiah. Kalau tdk salah begitu waktu dulu. Hari ini concern perguruan tinggi salah satunya lulusannya bisa menulis di jurnal ilmiah/internasional (menjadi sYarat kelulusan). Termasuk para dosen dalam memenuhi persyaratan sertifikasi dosen

Hadi Mulyo
pelatihan kader HMI, perlu mempertimbangan perlu persaingan dan kerjasama dengan mereka2 itu, spt yg telah dirintis oleh Kelompok Cipayung. Indonesia terlalu besar hanya diurusi oleh satu komponen anak bangsa saja
Aminudin Syam:
Perlu ada eviden based utk merumuskan materi suplemen selain materi wajib, metode dan durasinya, kurang sempurna kalau kita hanya mengedepankan asumsi. Eviden based yg paling mudah adalah hasil survai sederhana yg isi terkait dgn materi suplemen yg diminati mahasiswa, metode yg menarik mereka dan waktu yg yg dibutuhkan sehingga materi bisa tuntas tapi tdk menjenuhkan. Pengakaderan utk LK1 saat ini okeh sebagian besar cabang sdh dilaksanakan selama 3 hari: pembukaan jum'at sore dan penutupan ahad malam. Tp hasilnya spt yg kita saksikan sekarang.

Fahmi Idris
Yg perlu dilakukan secara seksama n benar adalah suatu  penelitian n kajian yg mendalam, sebelum tiba pd konsep n pola operasionalisasi yg proper....tentang bagaimana bagaimana para kader HMI dr masa ke masa yg dihasilkan oleh mesin kaderisasi yg kita miliki selama ini...apa lebihnya apa kurangnya.. apa perannya n apa pencapaiannya n apa yg tidak dpt n tidak mampu dilakukannya.... Dan kemudian, konsep tentang perspektif kader masa depan yg harus dimiliki HMI n bangsa Indonesia...