Senin, 05 Desember 2016

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH 51

Catatan KH Musta'in Syafi'i (Pakar Tafsir Tebuireng) terkait Aksi 212, Khususnya Untuk Nahdliyin

[Catatan KH Achmad Musta'in Syafi'i (Pakar Tafsir Pesantren Tebuireng Jombang) terkait Aksi 212 untuk Para Pemimpin PBNU]

"DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH 51"

Sekian lama KYAI toleransi sengaja "menyembunyikan mu", wahai al-Maidah 51 (menyembunyikan, tidak mau mendakwahkan bahwa haram memilih pemimpin kafir padahal sudah jadi Keputusan Muktamar XXX NU Lirboyo 1999 -red). Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-NYA sendiri DIA bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar.

Kita petik hikmahnya:

1. Aksi 411 dan 212 adalah bukti bahwa Allah SWT itu ada dan kehendakNya tidak bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah terpaksa harus mengalah, padahal sebelumnya Jokowi sudah pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi Doa. Ternyata malah punya daya tarik yang luar biasa. Seluruh negeri menyambut dengan nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.

Negara juga terpaksa mengeluarkan dana sangat besar untuk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan terpaksa harus menyesuaikan diri dg menggunakan simbol-simbol Islam.

Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, Polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala.

Mungkin Tuhan sedang menjewer telinga kita, agar selalu "putih" dalam mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih banyak didirikan oleh teriakan "Allah Akbar" ketimbang "Haleluya". Umat Islam yang selama ini diam, kini sebagian kecil berani menunjukkan jati dirinya secara alamiah dan sangat militan. Inilah yang disebut "silent majority". Maka jangan coba-coba mengusik "air tenang" jika tidak

ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa: tasamuh, tawazun, tawassut yang dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yang tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yang tak jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih "RAHMATAN LIL 'ALAMIN" tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN" (Lemahnya Iman -red).

Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, beliau memaafkan.. tapi jika agama dinista, beliau marah besar.. Beberapa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat.. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, "asyidda' 'ala al-kuffar, ruhama' bainahum" (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, "asyidda' 'ala al-mukminin, ruhama' bain al-kuffar".

4. Gus Mus yang membid'ahkan shalat jum'ah di jalan raya dan Kyai Sa'id yang menghukumi tidak sah sekarang diam soal shalat jum'ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?

Begitulah bila Fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqihuntuk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yang ketepatan lewat. Setelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat Islam pada umumnya. Maslahah inilah yang tidak beliau lihat. Lagian, tradisi kita sudah biasa menutup jalan untuk majlis dzikir, istighatsah, termasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.

Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid'ahkan, tapi sekarang ganti membid'ahkan sesama muslim, "bid'ah besar". Ternyata, amunisi bid'ah yg ditembakkan Gus Mus ini lebih besar dibanding bid'ah yg ditembakkan non-nahdliyin.

Sekedar membaca sejarah, bahwa zaman Umar ibn al-Khattab, tentara Islam shalat jum'ah di jalan sebelum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum'ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmaniyah berdiri. Sekali lagi, orang 'alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat "bid'ah" sesaat.

Hadana Allah.

Minggu, 04 Desember 2016

Kekuatan Umat Islam Indonesia Sebagai Modal Masyarakat

- Kekuatan umat Islam Indonesia sebagai modal masyarakat-
Mungkinkah dari aksi 2 Desember terbangun kekuatan modal-

Yang membuat saiya kagum pada aksi 2 Desember lalu adalah munculnya swa-organisasi yang rapi, tertib, dari massa umat islam melanjutkan aksi penistaan agama sebelumnya. Aksi yang mendatangkan hampir 7,2 juta orang secara serentak di seluruh tanah air dengan yang menguras uang, perhatian, dan tenaga ditolak atau diterima telah menjadi fakta sejarah bahwa seandainya diorganisir dengan baik dan diikat dengan emosi yang terkontrol oleh akal sehat serta kesadaran ilahiah maka umat islam di Indonesia dapat menjadi modal masyarakat untuk memperkuat bangsa Indonesia.

Tidak dapat ditolak bahwa gerakan besar tetapi lembut dan cantik untuk mengawal proses hukum dengan cara menjunjung tinggi  demokrasi, sikap berkewarganegaraan, dan supremasi hukum ini telah menarik simpati masyarakat luas baik dalam dan luar negeri. Bagaimana dengan swadaya, swadana, swalayan, dan swa lainnya umat islkam mengorkestrakan satu gerakan nasional yang masif dan mengundang simpati luar biasa.

Aneka pujian dari mulai kebersihan, ketertiban, keindahan, keteraturan, sampai motivasi tulus baik peserta maupun simpatisan yang datang dari berbagai kalangan umat beragama untuk ikut berpartisipasi mendukung kegiatan dimaksud menunjukkan bahwa sebenarnya Islam di Indonesia dapat menjadi contoh dari apa yang disebut dengan demokrasi dengan basis kekuatan publik yang sebenarnya.

Saiya menyaksikan aksi besar tersebut di tengah-tengah acara High Level Meeting 2 tentang Kemitraan Global untuk Efektivitas Kerjasama Internasional di Nairobi Kenya. Pada saat komitment pendanaan bagi kegiatan pembangunan di negara-negara berkembang sedang diperbincangkan serius.

Setelah beberapa pertemuan di Shanghai, Cancun Meksiko, Busan dan kini High Level Meeting 2 di Naroibi, tentang masa depan kerjasama pembangunan global maka hal yang selalu muncul ke muka adalah keinginan dari semua orang untuk memajukan kepentingan nasionalnya di atas segala-galanya. Di satu sisi negara berkembang (developed) yang kaya tetap menginginkan diri mereka sebagai pemberi bantuan keuangan internasional dengan sistem bunga-riba yang tinggi dan tentu saja mengikat. Di sisi lainnya, negara-negara berkembang yang memiliki potensi kekayaan sumber daya alam dan manusia yang penting bagi terus bergeraknya kapital internasional tetap menjadi kelompok miskin yang tergantung pada uang bantuan negara lain.

Kontur kepentingan membangun dan kebutuhan memperoleh dana pembangunan tadi memaksa kita untuk terlibat untuk ikut merumuskan bentuk-bentuk negosiasi yang penuh intrik dan manipulasi yang dimainkan donor tradisional.

Terbukti dengan diulur-ulurnya program investasi di Indonesia telah memaksa pemerintahan memutar kepala menerapkan kebijakan ambil duit rakyat via program-program seperti pemotongan anggaran di pusat dan daerah. Penerapan tax amnesti, dan kemudian pajak-pajak lainnya demi menarik uang publik bagi kepentingan pembangunan yang tidak kunjung jadi.

Di sinilah kemudian saiya melihat bahwa sebenarnya aksi damai umat Islam 2 Desember lalu yang menarik simpati luas sebenarnya dapat dimaksimalkan menjadi modal masyarakat bangsa Indonesia.

Saiya membayangkan seandainya ada dana yang dapat diakumulasikan dari kehadiran 7,2 juta umat islam dengan model crown funding, satu orang seribu rupiah per hari atau per bulan. Maka tidak dapat dihindari aksi kemarin akan menjadi satu bentuk solidaritas kapital luar biasa untuk memulai kemandirian bangsa.

Melepaskan ketergantungan akut bangsa ini dari dana-dana bantuan asing yang diplot dengan bunga tinggi dan kesimpangsiuran program yang membuka jalan bagi terjadinya praktik korupsi antara pemilik modal dan penguasa. Kasus-kasus reklamasi pantai untuk properti mahal, perambahan hutan, penguasaan lahan tempat tinggal di perkotaan dengan cara menggusur orang miskin dan memenangkan modal pengusaha adalah beberapa contoh dari buruknya praktik akumulasi kapital pada segelintir orang.

Ini hanya dapat dilawan dengan memaksimalkan peran-peran swadaya masyarakat dalam organisasi modal bersama yang cakap. Kegiatan aksi damai 7,2 juta orang yang melibatkan dana, perhatian, dan tenaga kemarin sebenarnya dapat menjadi langkah awal bagi dibentuknya satu kekuatan ekonomi tandingan oleh umat Islam Indonesia bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Foto group negosiator Nairobi. Prof. Stephan, Marthen, dll dari Jerman dan Prof. Jose, Prof, Li Xianyuo, Prof. Lie Wuein, Prof Nessan, Dr. Murrad Ali, Pak Andi dll dari grup Think-thank Selatan-selatan: Tema Toward aid: Seeking convergence, effort and effectiveness for global partnership for international development cooperation...

Sabtu, 03 Desember 2016

PASCA AKSI 212: HABIB RIZIEK SEBAGAI PEMIMPIN ISLAM POLITIK INDONESIA?

PASCA-AKSI 212: HABIB RIZIEQ SEBAGAI PEMIMPIN ISLAM POLITIK INDONESIA?

Gelar aksi demo yang diberi nama "Super Damai" di kawasan Monas pada Jum'at 2 Desember 2016 barangkali layak disebut sebagai sebuah babak baru dalam konstelasi perpolitikan Indonesia pasca-reformasi. Yaitu munculnya Habib Rizieq Syihab (HRS) sebagai representasi kekuatan Islam politik yg fenomenal dan harus diperhitungkan secara serius oleh Pemerintah Presiden Jokowi (PJ) dan masyarakat Indonesia serta pihak-pihak di luar negeri ini. Kehadiran PJ dalam acara tersebut, mengikuti sholat Jum'at, mendengarkan Khotbah HRS yg sangat jelas menyampaikan tausiah/ pesan-pesan politik kepada PJ, pidato singkat sang Presiden di panggung bersama HRS dan para petinggi Kabinet, dan, last but not the least, konsistensi tuntutan agar Ahok ditangkap, dan kesuksesan acara sampai selesai tanpa ada kericuhan sedikitpun, semuanya merupakan fakta-fakta yg dapat ditafsirkan bahwa HRS lah yang menjadi tokoh utama alias "man of the hour" dalam event tsb.

Bukan hanya itu saja. Pasca-212, suka atau tidak suka, HRS adalah pemimpin yang tak dapat diragukan lagi (undisputed leader) dari kekuatan Islam politik Indonesia, dan PJ adalah salah satu pihak yg ikut mengukuhkan posisi tsb! Para perjabat negara boleh dan sah sah saja mengatakan bahwa PJ sudah menunjukkan kepemimpinannya dengan tampil di dalam acara tsb; bahkan ada yg bilang PJ telah menang tanpa harus mengalahkan (menang tanpo ngasorake) lawan, dll pujian seperti itu. Namun secara politis, hemat saya, PJ menang hanya secara taktis, tetapi HRS lah yang mendapat keuntungan secara strategis. Jika PJ bisa disebut meraih keuntungan politik dalam jangka pendek, tetapi pengaruh HRS dan Islam politik di negeri bsa saja akan meluas dalam jangka panjang.

Implikasi politik jangka pendek yg paling nyata adalah thd kasus Ahok akan bergulir. Prediksi saya, tekanan dari kelompok anti-Ahok akan makin besar bukan saja agar Gubernur DKI non-aktif tsb ditahan, tetapi juga sampai ujung proses dengan vonis dinyatakan sebagai pihak yg bersalah. Kehadiran PJ di Monas akan dikapitalisasi secara politik oleh kubu ini untuk terus meningkatkan tekanan agar "hukum ditegakkan" dan "keadilan dijunjung tinggi" dalam proses peradilan yag akan datang. Pengaruhnya thd kampanye Pilkada pasangan Ahok-Djarot (Badja), tampaknya akan semakin negatif dan merugikan pemulihan elektabilitasnya. Jika survei-2 yg dilakukan sebelum 212 saja hasilnya sudah cenderung "sepakat" bahwa elektabilitas Badja mengalami penurunan akibat status tersangka Ahok, apalagi setelah ini. Pihak anti Ahok akan semakin agressif dalam kampanye mereka utk memarginalisasi sang petahana. Paslon Badja mesti kerja "super keras" agar tidak mengalami penurunan drastis lebih lanjut!.

Diamnya parpol-parpol pendukung Badja pasca kehadiran PJ ke Monas, bagi saya, adalah juga pertanda kurang baik bagi paslon ini. Elite PDIP, Nasdem, dan Hanura seperti sedang "kebingungan" dan akhirnya memilih "diam" dengan keputusan PJ yang konon dibuat mendadak utk bergabung dalam acara di Monas tsb. Demikian pula respon senyap dari tim sukses Badja terkait dengan dinamika politik seperti itu menunjukkan bahwa mereka pun mengalami semacam kekagetan yg serius. Ini berbanding terbalik dg persistensi kelompok anti-Ahok dalam kampanye mereka sangat nyata, seperti kita lihat dalam bermunculannya meme-meme baru di sosmed yg bertema desakan agar Ahok ditahan. Upaya pemulihan elektabilitas paslon Badja jelas semakin dipersulit oleh keputusan PJ hadir di Monas tsb. Setidaknya peluru baru bagi kampanye lawan bertambah lagi, sementara paslon Badja tidak siap dengan counternya..

Bukan hanya pihak paslon Badja saja yg terimbas implikasi politik dari langkah PJ kemarin. Hemat saya, ormas-ormas besar Islam yang selama ini berusaha membantu PJ agar eskalasi demo dapat dibatasi, bisa jadi juga sama kagetnya. Sampai sehari setelah demo 212 berakhir, saya belum menemukan reaksi resmi dari NU dan Muhammadiyah, atau tokoh-tokoh Islam terkemuka yang sebelumnya ikut mengerem ummat agar tidak berpartisipasi di dalam gelar aksi tsb. Ini tentu sangat menarik utk dicermati. Bisa jadi merekapun sedang berusaha memahami dan mencermati dinamika ini. Setidaknya mereka mesti mengevaluasi utk apa anjuran-2 mereka kepada ummat agar tidak ikut hadir dalam aksi 212 jika kemudian PJ sendiri justru hadir di sana? Bukankah ini merupakan sebuah pengakuan dan endorsement politik terhadap keberadaan HRS dan para pendukungnya sebagai sebuah kekuatan nyata dalam konstelasi perpolitikan nasional? Wallahua'lam..

Sebuah fenomena politik baru pasca-reformasi di Indonesia sedang bergulir, yakni muncul dan berkembangnya kekuatan Islam politik dalam panggung demokrasi, bukan melalui pintu politik elektoral (electoral politics), tetapi melalui pintu politik massa (mass politics). Apakah PJ menyadari sepenuhnya bahwa kini kepemimpinan HRS dan Islam politik kian mantap kehadiran dan pengaruhnya dalam panggung perpolitikan negeri ini? Silakan para sahabat utk memperbincangkannya.

Simak tautan ini:

1. https://news.detik.com/berita/d-3360947/habib-rizieq-kita-apresiasi-kehadiran-pak-jokowi
2.http://nasional.sindonews.com/read/1159953/15/keputusan-jokowi-salat-jumat-di-monas-bersifat-mendadak-1480665010
3.https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2016/12/01/106713/jika-ahok-tak-ditahan-pasca-212-aksi-bela-islam-bisa-digelar-lagi.html
4. https://nasional.tempo.co/read/news/2016/12/02/078824948/menteri-agama-berharap-tak-ada-lagi-demo-setelah-aksi-212

Dahsyatnya Energi Al-Maidah : 51

Catatan KH Achmad Musta'in Syafi'i (Tebuireng Jombang) terkait Aksi 212 untuk Para Pemimpin PBNU...

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH:51

Sekian lama KYAI toleransi sengaja "menyembunyikan-mu", wahai al-Maidah:51. Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-Nya sendiri Dia bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar. Kita petik hikmahnya :

1. Aksi 411 and 212 adlh bukti bhw Allah SWT itu ada dan kehendakNya tdk bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah trpaksa harus mengalah, pdhal sblumnya Jokowi sdh pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi doa. Ternyata malah punya daya tarik yg luar biasa. Sluruh negeri menyambut dg nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.

Negara jg trpaksa mengeluarkan dana sangt besar utk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan trpaksa harus menyesuaikan diri dg menggunakan simbol-simbol islam.
Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala. Lucu (?).
Mungkin Tuhan sdng menjewer telinga kita, agar slalu "putih" dlm mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bhw negeri ini lebih banyak didirikan oleh teriakan "Allah Akbar" ketimbang "Haliluya". Umat islam yg selama ini diam, kini sbgian kecil berani menunjukkan jati dirinya scra alamiah dan sangat militan. Inilah yg disebut "silent majority". Maka jangan coba-coba mengusik "air tenang" jika tidak ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa : tasamuh, tawazun, tawassut yg dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yg tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sdh mulai tdk sudi dan meninggalkan gaya PBNU yg tk jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih" RAHMATAN LIL 'ALAMIN" tapi sejatinya "ADL'AFUL IMAN".

Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, memaaf. Jika agama dinista, beliau marah besar. Bbrpa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, " asyidda' 'ala al-kuffar, ruhama' bainahum" (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, "asyidda' 'ala al-mukminin, ruhama' bain al-kuffar". (?)

4. Gus Mus yg membid'ahkan shalat jum'ah di jalan raya dan kiai Sa'id yg menghukumi tdk sah skrang diam soal shalat jum'ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?.

Begitulah bila fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqih utk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yg ketepatan lewat. Stelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat islam pd umumnya. Maslahah inilah yg tdk beliau lihat. Lagian, tradisi kita sdh biasa menutup jalan utk majlis dzikir, istighatsah, trmasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.
Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid'ahkan, tapi sekarang ganti membid'ahkan sesama muslim, "bid'ah besar". *Ternyata, amunisi bid'ah yg ditembakkan Gus Mus ini lbh besar dibanding bid'ah yg ditembakkan non-nahdliyin.*

Skedar mmbaca sejarah, bhw zaman Umar ibn al-Khattab, tentara islam shalat jum'ah di jalan sblum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum'ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmniyah berdiri. Sekali lagi, orang 'alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat "bid'ah" sesaat.
Mengagumkan, fatwa dan puisi Gus Mus begitu manusiawi, tawadlu', filosufis dan sufistik sehingga mengesankan derajat beliau telah mencapai hakekat keagamaan.

*Tiba-tiba (Gus Mus) tega merendahkan ilmu kiai-kiai MUI dengan mengatakan ilmu Syafi'i Ma'arif lebih tinggi.*
Sungguh ini membuat penulis tercengang. Ya, karena penulis pernah kuliah di Jogya dan sedikit tahu.

Merendahkan ilmu kiai-kiai MUI sama saja dg merendahkan ilmu ketua Syuriah NU, KH. Ma'ruf Amin.

Begitu cerdiknya Gus Mus, "sekali dayung dua kepala kena pentung". Penulis membatin, "Kog bisa, orang sekelas ketua Syuriah NU tega merendahkan sesama ketua Syuriah. Ini fenomena apa?".

Hadana Allah. Terpujilah kiai Makruf tdk meladeni. Meski demikian, akan lebih elegan bila kiai Ma'ruf Amin tdk merangkap jabatan. Mohon maaf kiai.

Mungkin Bisa Jadi Renungan

Mungkin bisa jadi renungan...

Seorang tokoh islam senior  mengatakan kpd sy bhw suka tdk suka, defacto, tokoh umat islam sekarang ini adalah Habib Riziek. Sy jawab itu karena Hb Riziek konsisten, tdk mau disuap dan tidak mengejar jabatan utk pribadinya. Sukses ABI 3 (Aksi Bela Islam 3) dimana aman damai tertib bersih dan bahkan indah membuat banyak pihak yg ingin klaim ikut berjasa. Sukses ABI3 ini juga semoga bisa menjadikan introspeksi diri tokoh2 islam yg sblmnya sinis dan bahkan ada yg nyinyir thdp pribadi Hb Riziek dan ABI3/sholat jumatan di jalanan. Doa dan harapan kami dimasa masa yad insha Allah tokoh2 terpandang spt Prof.Syafii Maarif, Gus Mus, KH Said Aqil Siraj dll lbh sensitip lagi thdp aspirasi umat islam yg sdng menuntut keadilan atas penistaan agamanya. Dan ormas2 islam besar jg perlu introspeksi diri karena ketika seruannya tdk aspiratip dg umatnya, tetapi lbh akomodatip thdp kemauan YG KUAT ternyata "seruannya" tdk di dengar umat. Sedangkan para penguasa yg silaturahim atau "sowan" kesana kemari ternyata salah alamat. Yg terbukti dan efektip berjalan dilapangan adalah Kesepakatan Kapolri dg GNPF-MUI/Hb Riziek dkk sehingga ABI3 sukses bagi semua pihak dan menakjubkan dunia. Saran penutup saya adalah berhentilah mengadakan "demo2" tandingan sebab tdk ngefek apa2 dan hanya buang2 duit. Toh tdk akan bisa sebanding dg ABI yg lahir karena panggilan yg genuine,  bukan panggilan rekayasa atau komersil. Semoga pandangan ini bermanfaat dan difahami positip semua pihak sbg pembelajaran.  Fuad Bawazier.

Kamis, 01 Desember 2016

20 Tips Aksi Bela Islam III dan Strategi Melawan Tim Cyber Bayaran!

20 TIP Aksi Bela Islam III dan Strategi Melawan Tim Cyber Bayaran!

_Bismillahirrahmanirrahim_

Salam Perjuangan! Salam Indonesia!

Saudaraku, mungkin sebentar lagi kalian sibuk datang ke Jakarta untuk ikut Aksi Bela Islam III atau Aksi Super Damai 212.

Di bawah ini, ada tips kecil untuk kalian dalam aksi nanti (termasuk kalian yang tidak ikut aksi). Setidaknya yang tidak ikut aksi, juga ikut andil dan ikut tercatat dalam perjuangan, Insya Allah.

*Aksi Super Damai III* ini pasti akan dibelokkan oleh mereka-mereka yang sejak awal menggembosi, menghalang-halangi –bahkan—memfitnah dengan dalil-dalil agama. Tidak apa-apa, memang inilah era baru akhir zaman.

Sudah lama umat Islam sengaja dipermainkan, ditipu media massa. Tapi kita tidak bisa menyalahkan. Kita tidak bisa memaksa wartawan, redaktur, pimpinan redaksinya bahkan direkturnya. Karena mereka sama dengan kita. Mereka manusia biasa, mereka kuli. Mereka kehilangan nasionalisme dan _izzah_ agama karena mereka bukan pemilik media. Mungkin tidak semuanya seperti itu. Faktanya, mereka lebih merdeka dari kita untuk membela Islam dan agama kita.

_Alla kulli hal_, takdir menentukan lain. Lihatlah betapa dasyatnya energy Al Maidah.

Hanya satu ayat (Al Maidah 51) saja, ada banyak yang kepanasan. Lahirlah rekayasa, tekanan, intimidasi, ancaman, pembelokan informasi, fitnah. Bahkan pelakunya sama dengan kita, sama-sama berkopiyah, berjilbab, namanya pakai nama nabi kita. Sama semua. Yang membedakan ada dalam hati kita. Kita bergerak karena Allah, mereka bergerak karena ‘faktor lainnya’.

Jika satu ayat saja bisa melahirkan ‘goncangan’ dan gerakan, bagaimana jika semua Surat Al Maidah kita baca, kita yakini dan kita amalkan? Pasti guncangan besar seluruh alam akan terjadi.

Salah satu penggembosan dan penyesatan dalam aksi kali ini dengan mengatakan, aksi ini hanyalah aksi “Ibadah” dan “Doa Bersama”.  Berhati-hatilah terhadap ‘tikungan politik’ seperti ini. Memang aksi kita adalah “doa dan shalat Jumat terpanjang dan terbesar dalam sejarah di dunia”. Tetapi jangan keliru, doa ini diperuntukkan:
(1). Kedamaian Indonesia serta agar penegak hukum (Polisi, Hakim, Jaksa dll (agar adil,  mandiri dan jangan mau dipermainkan segelintir pemilik modal yang menguasai Indonesia.
(2). Penjarakan Sang Penista.

Di bawah ini tips *memenangkan perang opini* (Tanpa Media Massa terutama Tanpa Televisi) Indonesia;

1. Jangan lupa bawa peralatan lengkap (pakaian putih, sajadah, bawa 2 bekal minuman untuk minum dan berwudhu)

2. Ingat! Siapkan *Spanduk, Poster, Fliyer* terbaik dengan dua tuntutan yang jelas ( *Hukum Harus Adil* dan *Penjarakan Sang Penista*). Jika tidak ada poster, media hanya membesarkan shalat kita, bukan tuntutan kita! Inga inga, Ya!

3. Pastikan di tempat acara (Monas) dalam keadaan suci dan pencernaan tidak terganggu.

4. Siapkan kamera, cadangan baterei (jika perlu kosongkan file-file di HP).

5. Rekam dan abadikan foto/video menarik dalam aksi.

6. Terus update status berita-berita terbaik Aksi Super Damai melalui medsos (FB, Twitter, Youtube dll) yang bermuatan positif.

7. Saling *LIKE,* komen, dan Share sesama kita agar terus beredar di time line atas. Komen jangan panjang, karena bikin malas orang lain baca sehingga pesan gagal sampai.

8. Jangan komen postingan provokatif musuh, karena semakin banyak yang komen, justru membuat berita mereka berada di time line dan _trending topic._

9. Jangan share berita apapun dari versi mereka kalau kita tidak cukup mampu menjelaskan hal yang sebenarnya. Dengan memberi komen, justru jadi promosi gratis postingan mereka.

10. Jangan BAPER. Bila ada komen para pecundang biarkan saja jangan dikomen serius. Sesekali ditanggapi becanda gak masalah.. Bila tidak sopan langsung hapus dan blokir. Sebab mereka butuh komen sakit hati kita untuk di crop dan diposting di medsos lalu dilaporkan ke *Cyber Crime.*. 

11. Ubah _privacy status_ menjadi public, biar jangkauannya lebih luas.

12. Banyak istighfar. karena kita sedang berperang di era *“informasi dajjal”*.

13. Jangan mengotori tempat umum, jangan merusak tanaman, jangan mencaci-maki, karena di sana banyak _cyber troop_ “bayaran” yang tugasnya menunggu kesalahan Anda!.

14. Di sana juga sudah menunggu media TV dan media Online yang “KHUSUS hanya *fokus  memantau Rusaknya Taman dan Sampah* itu saja. 

15. Jika menemui hal menarik; (maaf ada orang cacat, warga Tionghoa, Non Muslim) ikut acara ini, segera abadikan. Untuk menunjukkan aksi ini didukung semua kelompok, semua golongan.

16. Sebaliknya, jika taman & jalan bersih, kegiatan para petugas kebersihan & kesehatan. Keakraban sesama peserta, segera abadikan jangan hilang.

17. Nikmati _perang cyber/_Perang Informasi ini sebagai ladang ibadah membela Agama dan al-Quran.

18. Bantu sesama agar publik tahu indahnya persaudaraan dalam Islam. Semata agar tidak ada celah musuh memfitnah kita.

19. Tebarkan senyum dan salam. Ucapkan Bismillah dan niatkan semua hanya karena Allah semata. Insya Allah  senyum dan gerakan Anda akan menggetarkan musuh-musuh kita. Aamiin

20. Sebagaimana Perang Badar, semua Komando ada pada ulama (dalam hal ini di GNPF-MUI). Ingat, aksi di luar komando mengakibatkan dampak yang panjang, sebagaimana kekeliruan saat *Perang Uhud.*

_Ya Allah bentangkan pada kami dari barakah-Mu, rahmat-Mu, kelebihan-Mu dan rizki-Mu._"

_Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang kekal yang tidak berlalu dan tidak pula hilang. Ya Allah saya memohon kepada-Mu kenikmatan pada saat kefakiran, dan keamanan pada saat ketakutan_.

_Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang telah Engkau berikan, dan dari kejelekan apa saja yang telah Engkau tahan._

_Ya Allah, cintakan pada diri kami keimanan dan hiaskanlah pada hati-hati kami. dan bencikan diri kami terhadap kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan. Jadikan kami di antara orang-orang yang berpetunjuk._

_Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan Islam, hidupkan kami dalam keadaan Islam dan sertakan kami bersama dengan orang orang sholeh yang tidak hina dan tidak pula terfitnah._

_Ya Allah, perangilah orang-orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan merintangi jalan-Mu, dan berikan mereka siksa-Mu dan adzab-Mu._

_Ya Allah, perangilah orang orang kafir yang telah diberi kitab, ya Allah Ilah (Tuhan) kebenaran.”_ _ (HR: Ahmad – 14945).”

*Ayo Sebarkan* sebanyak-banyaknya pesan positif ini. Dan mulai menyampaikan kebenaran Islam tanpa lagi perlu media massa atau Telivisi Indonesia !

Jumat dan Taipan Mengancam?

JUMAT dan TAIPAN MENGANCAM?

Oleh : Iwan Piliang

Mungkin kekuatan hati ini tidak dicamkan oleh konglomerat dan taipan belum lama ini saya baca di media, mengancam akan menarik investasinya di Indonesia. Entah ancamannya serius atau tidak, karena belum tentu juga akurat - - lagi-lagi harus saya tulis begini demi UU ITE yang baru, karena saya belum konfirmasi ke sang taipan.

Jika saja kalimat sang taipan akurat, saya hanya ingin bilang: pasar ente di Indonesia utamanya, usaha berawal dari Indonesia, hingga kini mengkonglomerasi.

Saya kebetulan mengikuti perkembangan kalian, apalagi pada penghujung 1980-an pernah menjadi wartawan ekonomi. Saya beberapa kali memandu diskusi terbatas perbankan rutin bulanan di Executive Lounge, Hilton, dimana sosok seperti Kamardi Arif, Widarsadipraja, Omar Abdalla, Kukuh Basuki dan direksi bank pemerintah lain selalu hadir di kiri dan kanan saya.

Kenyataan itu membuat saya mendapat cerita dari tangan pertama bagaimana kredit tambun dicurahkan ke kalian. Pemerintah mendukung agar ada namanya trickle down effect.

Kemudian apa yang terjadi.

Ketika kebijakan Pakto 1988, beberapa dari kalian dapat mendirikan bank swasta hanya dengan modal Rp 10 miliar. Modalnya dominan juga dari nama-nama saya sebut di atas. Mereka "dewa" bank pemerintah pemberi kredit tambun.

Kemudian apa yang terjadi?

Kalian langgar legal lending limit, batasan kredit ke grup sendiri. Kalian tabrak capital adequacy ratio, perbandingan modal dan aset. Belum puas "pesta" dana untuk investasi melabrak dua hal tadi, agar lebih oke, kalian lobby lagi pemerintah agar batasan mendirikan bank swasta hanya boleh dengan modal Rp 50 miliar. Sehingga kalian-kalian sajalah pemainnya. Maka awal 1990 ke luarlah peraturan itu

Apa yang terjadi?

Pelanggaran dua hal di atas angkanya juga makin naik. Seiring dengan itu, kalian memanfaatkan pasar modal, restrukturisasi modal dengan dana murah di bursa. Kalian makin jaya. Namun kelakuan pembiayaan terindikasi tajam disalah arah, dana jangka pendek digunakan investasi jangka panjang, maka ekonomi kepanasan, sampai harus ada BPPN, hingga harus ada dana rakyat untuk kalian berupa BLBI, belum lagi skala menengah meminta hair cut.

Apa yang terjadi?

Memang beberapa aset kalian harus masuk BPPN. Tetapi berikutnya dari negara tax heaven country, kalian "pesta" lagi dengan membeli aset itu kembali hanya di kisaran 20% saja dari nilai aset. Kalian kian hebat berglobalisasi. Dalam telaah saya, kalian juga jagoan melakukan transfer pricing, akal-akalan pajak. Kata OECD, hampir 65% transaksi perdagangan Indonesia terindikasi transfer pricing. Angkanya kini sudah lebih Rp 2000 triliun setahun.

Apa yang terjadi?

Paparan di atas memang pemainnya kelas kakap. Mereka semula kita tahu bersama berawal dari mana dan dalam posisi kekayaan apa. Panjang secara data dan akurasi dapat saya tuliskan di sini, mungkin kalau katanya ada dialog nasional saya siap memaparkannya.

Lantas apa yang terjadi?

Pindah saja ke era kekinian. Kalian juga dapat kemudahan tax amnesty, bukannya transfer pricing kalian dikejar, maka saya mengistilahkan rakyat kebanyakan dihisap darah, dikikir tulang lalu ditimpuk kepala, berdarah, ditetesi cuka, begitulah nasib rakyat kebanyakan menyimak kalian.

Apa yang terjadi?

Politik kalian mainkan. Beberapa dari kalian punya partai politik. Bahkan taipan di Singapura, tidak pulang-pulang ikut membiayai partai baru. Karena di tengah situasi oligarli fulus mulus, uang segalanya. Partai kereta kekuasaan.

Apa yang terjadi?

TVRI pun kalian kebiri dengan tameng Undang-Undang. Mana ada teve negara di dunia nasibnya diseperti-TVRI-kan???

Sebaliknya frekuensi ada ranah publik kalian "rampok" hak dasarnya dengan seakan menjadikan televisi mu itu negaramu sendiri.

Lantas apa yang terjadi?

Seperti hari ini. Rasa keadilan, kebenaran seakan milik satu dua orang, satu dua kelompok. Padahal mayoritas warga di Indonesia orang berbudi baik. Orang-orang bekerja dan beramal. Mereka beribadah, mereka mayoritas tahu menjaga toleransi. Mereka dominan paham mati hanya berbungkus kafan.

Sulit bagi kalain untuk membulli saya. Mungkin ada menuding rasis. O, oooo, tunggu dulu, beberapa perjalanan waktu, saya terdepan meng-advokasi David yang dibunuh di NTU, memverifikasi 17 orang hilang dari Serui ke Mamberamo, separuh keturunan Cina - - dalam perjalanan ini saja beberapa kali kami makan malam dengan kawan keturunan.

Hingga hari ini saya masih berkutat mencari seorang anak gadis keturunan raib di Australia. Belum lagi bentuk pertemanan dan persahabatan lain terus berjalan dalam skala usaha, jauh dari urusan pri dan non pri. Tak ada urusan dengan perbedaan kulit. Keindonesiaan kita dengan kebhinekaan sudah selesai. Agar kalian lebih mafhum, untuk ranah kemanusiaan, contoh kasus David, penggalangan dana di Facebook, lebih 80% penyumbang Melayu. Salah satu contoh tak ada urusan dengan perbedaan.

Apa yang terjadi?

Hanya beberapa gelintir dari yang dibesarkan negara itu kini telah ingin lebih dari negara, menguasai negara. Termasuk memaksakan kehendak menempatkan boneka demi menyetir negara dan bangsa. Tak perduli boneka itu orang psikopat, orang cacad dan atau memang sosok brilian. Premis utama harus bisa disetir, demi bisnis dan politik. Ini kan yang kian mau?

Di sinilah menjadi tak pas.

Inilah menjadi lucu. Kalian berkopiah ke masjid, bertemu tokoh ulama, berkopiah-kopiah. Tahu tidak kalian kopiah terbaik salah satunya tetap buatan Sarbini, Sumbar.smile emoticon

Lucu dan sangat lucu.

Pepatah Minang bilang di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kok kalian seakan di mana kalian ada terindikasi tajam kini ingin menguasainya? Ingin sekehendak hati kalian? Termasuk menginjak hukum dan keadilan? Belum pernah dalam sejarah republik, lembaga seperti BPK direndahkan derajadnya sehingga tampak hina oleh oknum boneka kalian pelihara.

Nah sampai di sini, saya hanya ingin mengatakan kalian datang dengan ide rembuk dan dialog nasional? Jika kalian mau mendengar, saya siap hidangkan. Jangan takut, saya dulu 1990 pernah bantu kok go public salah satu konglomerasi dari kalian. Tapi saya juga tahu sosok vital di perusahaan kalian itu mundur, karena kalian sangat rakus menghalkan segala cara, terlalu takzim seakan uang tak mengenal negara alpa akan Merah Putih.
Jika orang Medan bilang ini Medan Bung. Saya mau tulis ini Indonesia laupan!

Saya tak membenci kalian. Secara personal saya terdepan membela kalian yang dizalimi. Tetapi ada persoalan berbangsa dan bernegara kita harus dibenahi: jawabnya segera, kudu.

Sehingga Jumat tanggal 2 pekan ini, bukan hendak menguliti siapapun saya sangat setuju. Allah SWT bila berkehendak, menggerakkan hati-hati suci tak akan ada bisa membendung-Nya. Mari beribadah dengan senyum dan tawa, dengan riang dan gembira.

Mungkin inilah momen visualisasi kesucian hati.

Karenanya tanggal 2 nanti mari umat, ibadah jangan sampai ada yang mengotori.

Ruh komunikasi massa: hati nurani, akal, budi sudah dapat kita simak: ada teve minta diamankan, untuk tanggal 2 itu, harusnya tanya ke lubuk hati pemilik, pengelola, warga yang ngawur atau dirimu sangat ngaco?

Sampai di sini dulu kawan, maaf, kepanjangan. Doa selalu agar hati kita bersih. Semoga. Aamiin.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10154664756408376&id=799408375

Esensi Aksi Bela Islam 3

Esensi Aksi Bela Islam 3

Oleh Bachtiar Nasir,
Ketua GNPF-MUI

Panggilan Aksi Bela Islam 3, Jumat, 2 Desember 2016 tak terbendung. Sejak aksi ini dideklarasikan oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI),  penghadangan secara sistematis, terstruktur, dan masif dilancarkan oleh mereka yang tidak ingin Ummat Islam bersatu menyuarakan Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum. Mulai dari tudingan politisasi hingga isu makar.

Semua tuduhan itu hanya isapan jempol belaka. Ummat Islam tidak percaya lagi dengan propaganda dan _agenda setting_ semacam itu. Sebaliknya, ummat Islam semakin menguatkan ketaatan dan keterikatan kepada ulama dalam bingkai syariat. Itu terlihat pada aksi Bela Islam 2 dan berlanjut pada Aksi Bela Islam 3.

Melihat gejala Aksi Bela Islam 3 pada tanggal 2 Desember 2016  hakekatnya adalah gerakan ideologi _soft Muslim People Power_ dalam bentuk aksi Super Damai yang digerakkan oleh kesamaan rasa akibat penistaan agama dan Kitab Suci Ummat Islam. Penistaan itu dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, khususnya atas Surat Al-Maidah 51. 

Namun, ini hanya gunung es. Gerakan Bela Islam yang mirip apel gabungan ummat Islam Nasional bahkan Internasional merupakan akumulasi berbagai kasus Ketidakadilan Sosial Indonesia, terutama ummat Islam sebagai pihak yang sering tersudutkan dan ideologinya dinistakan.

Mereka sering tertuduh sebagai pihak yang tidak Nasionalis, Anti Pancasila, tidak pro pada Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Ironisnya, hak-haknya sebagai rakyat kecil terpinggirkan demi kepentingan Pemodal Asing dan Aseng.

Karena itu, Aksi Bela Islam adalah gerakan murni akibat keraguan ummat Islam terhadap penegakan supremasi hukum oleh rezim saat ini. Hal itu terbukti dalam kasus penistaan agama oleh BTP, andai tidak ada Aksi Bela Islam 1 masyarakat pesimis Ahok akan diproses hukum, dan andai tidak ada Aksi Bela Islam 2 masyarakat juga pesimis Ahok akan diproses dengan tegas, cepat dan transparan.

Atas dasar lumpuhnya Keadilan Hukum dan Keadilan Sosial inilah maka Aksi Bela Islam 3 disambut secara heroik oleh masyarakat muslim khususnya.

Aksi Bela Islam bukan tanpa target. Selain menguatkan rasa dan barisan *Ukhuwah Islamiyah* (Persaudaraan Islam) dan *Ukhuwah Wathaniyah* (Persaudaraan Nasionalisme), aksi ini bertujuan untuk mengokohkan Persatuan Ummat Islam yang membawa pada Persatuan Indonesia, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai-nilai UUD 1945 yang asli.

Yang tak kalah pentingnya juga, aksi ini menuntut Keadilan Sosial dan Keadilan Hukum bagi seluruh rakyat Indonesia serta melawan kekuatan Oligarki yang telah membuat Indonesia terjajah secara politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Penjarakan Penista Agama secepatnya!

Konsep acara Aksi Bela Islam 3 adalah unjuk rasa Islami dan Syar’i, walau ada pihak yang berusaha menggembosi bahwa ini bukan unjuk rasa tapi Majelis Zikir dan Doa, namun *TUNTUTAN PENJARAKAN PENISTA AGAMA ADALAH TUJUAN UTAMA*.

Walau ada upaya pengaburan yang ingin berujung pada pengaburan tujuan utama aksi Super Damai 212, konsep acara 212 adalah konsep Super Damai yang sangat agung dan suci dimana ummat Islam mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dalam bentuk zikir, doa, tausiah, dan shalat Jumat secara bersama-sama sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial dan tumpulnya keadilan hukum bagi Pribumi dan terkesan menganakemaskan kaum pemodal Aseng dan Asing yang telah menyuap kaum oligarki elite politik Indonesia .

MERDEKA!!!
Jakarta 1 Des 2016.

Poin Poin Pemikiran Cak Nun Tentang Islam Pasca Kasus Ahok

Poin-Poin Pemikiran Cak Nun Tentang Islam pasca Kasus Ahok

1. Kepemimpinan Ummat Islam
Ummat Islam masih bingung/terpecah dalam memilih kepemimpinan antara model imamah atau model yang lain. Jika memilih imamah, kenapa tidak semua bersatu dan satu pemimpin? Maka, Cak Nun mengusulkan adanya Presidium yang berasal dari berbagai organisasi seperti NU, Muhammadiyah, FPI, LDII dan yang lain. Mereka bergabung membentuk satu Presidium yang dapat mewakili masing masing ormas Islam
2. Demo di Jakarta 212
Awalnya, berbagai ormas minta sholat di jalan raya. Tetapi sekarang pindah ke monas. Dalam kacamata polisi, jika keinginan sholat di jalan raya dibiarkan, maka akan menjadi contoh kelompok lain melakukan tindakan yang sama. Misalnya orang kebatinan melakukan upacara kebatinan di bundaran HI yang akan menimbulkan kemacetan dan atau masalah sosial yang lain.
3. Tingkat Akurasi yang Rendah
Masalahnya bukan sholat di jalan boleh atau tidak, Tapi menimbulkan kemudhorotan lain atau tidak. Mengambil rujukan ilmu dasar Maiyah bahwa ada segitiga baik, benar dan indah
4. Aksi Ummat Islam tidak bisa direm
Keinginan ummat slam yang demo adalah: penjarakan Ahok, turunkan Jokowi, kembalikan UUD ke UUD 1945 dst, yang tidak bisa ditawar.
5. Kelakuan orang Indonesia
Salah satu keburukan orang sekarang adalah bergembira melihat orang lain salah dan menikmati kesalahan orang tersebut. Jadi 'karepe Ahok digiring diarak nang penjara trus dijenguk bendino dan diejek bahkan diidoni' (maunya Ahok digiring, diarak ke penjara lantas dijenguk setiap hari dan diejek bahkan diludahi).
Pertanyaan
6. Tentang Gondelan klambine Kanjeng Nabi
Intinya adalah orang sekarang tidak ada yang 'dicintai' oleh Allah sehingga tidak ada pertolongan yang datang secara langsung. Jadi, kita sebaiknya berharap/ berpegang kepada pertolongan Rosulullah.
7. Tentang Berjuang ke Jakarta
Intinya tidak perlu ke Jakarta, cukup hanya beberapa orang kalau orang Islam Indonesia ke jkt semua (250 jt), maka Jakarta kebek (tidak akan sanggup menampung). Dalam kesempatan lain Cak Nun mengutarakan bahwa dalam peperangan, tidak semua pasukan harus berada di dalam barisan. Ada yang di luar barisan. Bahkan ada yang tersembunyi. Seperti Maiyah, Maiyah ini darah bagi perjuangan ini. Jadi pasti tidak akan nampak atau dikonangi media. Anda akan sia-sia kalau berharap perjuangan Maiyah (Cak Nun) akan diliput media.
8. Menjadikan kejadian ini pelajaran
Sebaiknya tolong dipelajari peristiwa seperti ini, yang merupakan trigger dari Tuhan kepada bangsa Indonesia, supaya dapat belajar. Karena kemukinan, ada kejadian yang lebih parah dari ini di masa depan
9. China benteng dan daratan
China Benteng adalah China yang nasionalis, para perantau yang iku berjuang dalam perjuangan sebuah Negara/daerah. Sedangkan China Daratan/china toko adalah China yg merupakan tangan panjang China di negaranya yang intinya dia akan mencari laba sebesar besarnya tanpa memikirkan kondisi sekitar yang dia tempati.
Dan sepertinya china mulai mengekspor para penduduknya untuk menjadi  China toko di berbagai macam Negara.
10. Wong Jowo Garek Separo, Chino-Londo Garek Sakjodo
Hal yang dikhawatirkan adalah orang jawa yang tinggal separuh badan. Apakah bagian tubuh atas saja, atau bagian tubuh bawah saja. Chino-Londo gari sakjodo artinya akan ada perjodohan atau saling melengkapi. Tidak harus perjodohan antar manusia. Tapi bisa antar pekerjaan, antar mahluk, penggembala dan gembalaannya dst.
(Disarikan dari Kultum Cak Nun di Masjid Al Hikmah Universitas Negeri Malang, 29 November 2016 bada dhuhur oleh Yudha Satya)

Geliat Jurus Naga Komunis Tiongkok Mematuk Indonesia, Bersiaplah!

Geliat jurus naga komunis tiongkok mematuk Indonesia, bersiaplah!

salam revolusi! imperialis Amerika kemungkinan besar tak akan menginvasi secara militer ke Indonesia, krn taktik gerilya Indonesia sangat ampuh utk menaklukan militer Amerika.

Terbukti taktik gerilya Indonesia dicontoh oleh vietcong dalam perang Vietnam, dan Amerika akhirnya kalah perang. Itu akan membuat Amerika pikir-pikir, sebagaimana Amerika juga gemetar utk menginvasi Iran.

justru imperialis komunis Tiongkok memiliki ikatan emosional historis dg bangsa indonesia, mengingat dua kali kebangkitan pki di madiun dan peristiwa gestok, pki dipecundangi oleh kekuatan TNI dan rakyat, terutamanya umat Islam.

inilah alasan mengapa negeri komunis Tiongkok ingin come back. mereka jelas penasaran dan bernafsu ingin menjajah Indonesia. bahkan, kini Tiongkok sdh merancang blueprint siasat dan strategi utk melakukan invasi militer besar-besaran ke Indonesia.

Mari kita cermati. siasat yg dilancarkan oleh tiongkok antara lain: fase pertama berupa Psy-war  dg cara memasok narkoba dalam jumlah masif utk melumpuhkan kaum muda bangsa.

fase kedua, menyiapkan prasarana dan sarana utk memfasilitasi pergerakan pasukan yg akan menyusup.

terkait ini, makanya pihak komunis Tiongkok melalui kaki-tangan atau antek-anteknya yakni gerombolan taipan Tionghoa bernafsu melancarkan megaproyek apartemen eksklusif di pesisir reklamasi teluk Jakarta. Apartemen super mahal itu merupakan trick hunian utk para top eksekutif komunis Tiongkok berkantor dan tinggal di sana.

megaproyek ini akhirnya mangkrak krn tekanan banyak pihak yg memasalahkan keberlangsungan yg tampak ngotot dipaksakan. terlebih lg Ahok keburu diperkarakan dalam kasus penistaan. Kini gerombolan taipan hanya bisa wait and see, tapi mereka akan berusaha mati-matian agar megaproyek itu berjalan, berapa pun biaya investasinya. Krn megaproyek reklamasi ini adalah ikon bagi komunis Tiongkok utk menjajah Indonesia secara politik dan ekonomi.

fase ketiga, mengapa komunis Tiongkok berambisi mengontrol atau menjajah indonesia, yg dimulai bentuk uji coba penjajahannya dg merongrong teritorial pulau Natuna atau dg mengibarkan bendera komunis Tiongkok di Maluku Utara?

alasan strategis jangka panjangnya adalah imperium komunis Tiongkok ingin menghidupkan kembali legenda perniagaan di masa silam yg amat jaya dan masyhur yaitu: jalur sutera, peta jalan perniagaan dari Asia ke Eropa. Inilah supremasi ekonomi dan politik global yg hendak dicapai oleh imperium komunis tiongkok pada abad 21 ini.

dg diwujudkan impian jalur sutera di bawah kendali Tiongkok inilah, otomatis Tiongkok menjadi "penguasa dunia" dan dapat menghancurkan konsep ekonomi pasar bebas yg digagas dan dipelopori oleh blok negara kapitalis barat.

Selasa, 29 November 2016

Long March Penaklukan Makkah

Long March Penaklukan Makkah

Yang jarang dikaji orang dalam kisah long march Muhammad dalam penaklukan Makkah (Futuh Makkah) adalah bahwa ia bukanlah sebuah unjuk kekuatan kaum muslim kepada oligarki Quraisy yang menguasai Mekkah, tetapi perjalanan tersebut merupakan posesi religius bagaimana manusia menundukkan amarah.

Adalah Ibnu Arabi dalam tafsir-tafsir sufistik Pembukaan Mekkah (futuhat al Makiyah) yang menggambarkan perjalanan ke Mekkah sebagai perang manusia menundukkan amarah.

Tidak ada satu pun darah yang ditumpahkan Muhammad dalam penaklukan Mekkah. Bahwa benar telah terjadi satu kekecewaan yang digerakkan oleh dorongan alamiah kemarahan (amarah) setelah menempuh ujian-ujian perjalanan menuju Mekkah, tetaplah tinggal sebagai sesuatu yang terbenam (ghaizd). Ia tidak pernah keluar sebagai sesuatu yang terlampiaskan (ghadab).

Pada bani Sulaim yang ditemuinya di ujung kota Madinah, ia mengajarkan untuk menahan pedang-pedang dari menyakiti musuh yang telah menyerah.

Menjelang senja di desa tua Yaztrib di hadapan khabalah bani Qathafa ia melarang pasukannya membunuh orang tua, anak-anak dan perempuan.

"...dan cegahlah tanganmu dari menyakiti orang-orang shaleh yang membunyikan kidung pujian dibihara-bihara dan gereja-gereja."

Rombongan bergerak dalam malam dingin udara Hijaz, tidak ada kata-kata cacia, hujatan, fitnah kebencian kecuali kalimat tasbih, takbir, tahlil, tahmid, dan istigfar. Sampai bertemu mereka dengan pemilik ladang dari bani Muzain yang bertanya apakah ia akan dibunuh dan harta benda miliknya akan dirampas.

"...tahan tanganmu dari merusak tumbuhan, menghancurkan ladang-ladang, dan membunuh hewan tanpa alasan.".

Pasukan bergerak dalam deraan penderitaan panas gurun hijaz. Kesusahan hidup dan kesenangan dibatasi oleh waktu yang fana, kematian hanya sehitungan tarikan nafas saja. Maka ketika pasukan dengan zirah yang dibunyikan canting tasbih, takbir, tahll, tahmid dan istigfar itu memasuki gapura Marr Zahran ditepi kota Mekkah. Peperangan telah diselesaikan.

"Apakah yang akan engkau harapkan aku lakukan kepadamu?" Ia berkata kepada rombongan besar pasukan Quraisy yang menyerah.

"...adat kami adalah kematian bagi para pengkhiatan, dengan begitu engkau mengembalikan kehormatan kami wahai Muhammad."

"Kehormatan manusia adalah ketika ia tercegah dari amarah yang terlampiaskan."

Maka pasukan muslim pada hari itu menyaksikan satu persatu pasukan quraisy mengucapkan syahadah. Pasukan yang semasa lalu adalah orang yang akan membunuh mereka kini menjadi saudara.

Muhammad tersungkur ke tanah di bawah kaki Qashwa, unta tua yang lemah yang telah membawanya kembali dari perjalanan hijrah 13 tahun lalu untuk kembali ke Mekkah.

"Bila datang padamu pertolongan dari Tuhanmu."

"dan di hari itu engkau Muhammad menyaksikan manusia dari segala penjuru datang berbondong-bondong kepada kemuliaan addin."

"Maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu dan mintalah Ampunannya. Sesungguhnya ia adalah Tuhan yang Maha pemaaf."

Apabila hakikat telah menyeru dalam hati, Ibn Arabi melanjutkan dalam catatan, ketika ia tafakur pada tanah Mekkah yang berdebu maka dunia ini hanyalah sebuah pentas bagi pengembara dan satu jembatan yang harus dijalani. Seandainya manusia tidak menghiasinya dengan sifat-sifat dan kemuliaan yang terhalangi kebencian dan kemarahan maka tiadalah akan terbuka jalan baginya menemukan kebahagian yang hakiki.

(Ilmu dan Perjalanan: Futuhat al Makiyah)

Kecemasan dan Kekerasan

Kecemasan dan Kekerasan
Oleh: Yudi Latif
(Kompas, Selasa, 29 November 2016)

Kabut kecemasan mengepung dunia, menyulut sentimen primordial di berbagai belahan bumi. Api permusuhan dan penyingkiran “yang berbeda”  menjalar mulai dari Timur Tengah hingga Eropa, Amerika Serikat hingga Amerika Latin, dari Myanmar hingga Indonesia.   

Arus globalisasi membuka rongga kebebasan ruang publik dan intensitas perjumpaan lintas peradaban. Kebebasan dan perjumpaan melambungkan banyak harapan. Tingginya harapan pada kenyataannya tidak selalu sejalan dengan pemenuhan ekspektasi keadilan. Jarak lebar antara kebebasan dan keadilan itulah yang melahirkan kecemasan dan kekerasan.

Dalam konteks Indonesia, Orde Reformasi melahirkan momentum keterbukaan ruang publik dan pemberdayaan “masyarakat sipil” (civil society). Hal ini ditandai oleh penguatan kembali hak-hak sipil, kebebasan berpendapat, berkumpul dan berorganisasi.

Walaupun demikian, nilai-nilai demokrasi tidak bisa ditegakkan dengan mudah di tengah kuatnya budaya feodalisme, rendahnya tingkat pendidikan, buruknya situasi ekonomi, dan lemahnya supremasi hukum. Pengembangan demokrasi dan reformasi politik tanpa dukungan tertib hukum dan keadilan sosial-ekonomi seringkali dibarengi dengan konflik sosial, disintegrasi, dan kekerasan etno-religius.

Dengan kata lain, penguatan demokrasi dan masyarakat sipil menghendaki adanya kebebasan yang bersejalan dengan keadilan. Dalam sistem politik otoritarian, ancaman utama terhadap kebebasan muncul dari negara. Dalam sistem demokratis, ancaman itu justru muncul dari kekuatan-kekuatan masyarakat sipil, dalam bentuk fanatisisme komunalistik.

Fanatisisme merupakan antipoda dari masyarakat sipil karena menolak rasionalitas, prinsip representasi dalam politik serta pemerintahan  hukum (konstitusional) sebagai bantalan vital demokrasi. Kelompok-kelompok mapan yang mengalami kemunduran atau kalangan yang terlempar dari gelanggang politik formal akan mengembangkan fanatisisme dan cenderung bersikap “iri” (resentment) terhadap kebebasan, partisipasi dan modernisasi.

Tetapi fanatisisme tidaklah muncul tanpa akar. Ia muncul akibat terganggunya basis-basis keadilan dan distorsi komunikasi dalam ruang publik. Berdasarkan pengalaman lintas-negara, banyak kekerasan dan konflik sosial terjadi akibat ketidakadilan (nyata maupun perseptual) dalam alokasi sumberdaya, penyerobotan lahan kehidupan serta deprivasi sosial, baik dalam relasi domestik maupun internasional.

Ketidakadilan dan ketercerabutan sosial-ekonomi ini diperparah oleh pelumpuhan daya-daya komunikatif dalam ruang publik karena penundukan sistem nilai kebajikan hidup bersama (lifeworld) oleh dunia sistem kapitalisme.

Keadilan hukum terganggu ketika warga negara diberi perlakuan yang berbeda atau tak diberi perlindungan oleh negara atas hak-hak sipil-politik dan hak-hak ekonomi-sosial-budayanya. Jika warga negara gagal memperoleh perlindungan dari negara, secara alamiah mereka akan mencari perlindungan dari sumber-sumber yang lain. Sumber-sumber alternatif ini bisa dalam bentuk fundamentalisme keagamaan, tribalisme-etnosentrisme, premanisme, dan koncoisme.

Ketidakadilan ekonomi terganggu manakalala perluasan ruang partisipasi di bidang politik tidak seiring dengan perluasan partisipasi di bidang ekonomi. Di Indonesia, pergeseran ke arah sistem politik demokratis yang membawa serta gelombang aspirasi neo-liberal dalam perekonomian terjadi ketika tradisi negara kesejahteraan masih lemah.

Penetrasi kapital dan kebijakan pro-pasar di tengah-tengah perluasan korupsi serta lemahnya regulasi negara, memberi peluang bagi merajalelanya “predator-predator” ekonomi raksasa, yang secara cepat memangsa pelaku-pelaku ekonomi menengah dan kecil. Ekspansi kepentingan predator besar ini tak berhenti pada dunia usaha, melainkan juga menyusup ke soal perumusan perundang-undangan bahkan sampai pada pemilihan pejabat pemerintah di daerah. Kesenjangan ekonomi melebar yang menyulut kecemburuan sosial.

Dengan demikian, untuk mencapai demokrasi substantif, kebebasan di ruang publik harus dikelola secara dewasa. Kebebasan harus digunakan secara bertanggung jawab dalam rangka “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan, dengan mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.
.
Konsolidasi demokrasi di Indonesia akan berhasil jika kita mampu mengelola tuntutan kebebasan yang bersejalan dengan keadilan. Jika keduanya tak berjalan berkelindan, ancaman yang akan kita hadapi tidak saja soal disintegrasi sosial, tapi juga akan hancurnya kerekatan sosial dalam masyarakat.

Bila kerekatan sosial hancur, akan tumbuh social distrust (iklim tidak saling mempercayai) di antara kelompok-kelompok sosial, sehingga kelompok yang satu dengan yang lainnya akan saling curiga, saling bermusuhan atau bahkan, yang paling mengerikan, adanya upaya untuk saling meniadakan. Dalam situasi demikian, mimpi buruk Hobbesian berupa “perang semua lawan semua” (war of all againts all) bisa jadi kenyataan. Dengan ini, kita sadar, betapa pentingnya melakukan refleksi diri, membuka hati penuh cinta untuk yang lain.

(Yudi Latif, Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Minggu, 27 November 2016

Si Penista dan Penis Kita

Si Penista dan Penis Kita
(Bukan Biasa)

Negeriku rakyatnya asik menggunjing
Dari persoalan si penista
Hingga libido ujung penis
Tak lagi waras
Zaman edan ora melu edan ora uman

Mulut tak lagi dijaga
Tulisan jari kita makin liar
Hajar teman injak lawan
Beringas umbar aib
Sedang penguasa asik makan siang
Sambil berimajinasi tentang makar
Sembari berbagi mahar
Dan tukar menukar ujar
Untk memuaskan libido yang bayar
Dan rakyat masih tetap lapar
Dan terus diajak bermimpi
Seperti dinegeri seribu satu malam
Hingga lebaran kuda datang
Tak sadar para naga melilit negeri ini
Memperkosa ibu pertiwi
Hingga lahir anak haram jaddah
Anak yang akan dijadikan penguasa negeri ini
Sedang kita terlena
Sudah puas dengan tontonan telanjang
Tarian tarian yang katanya modern
Suara suara merdu perempuan perempuan penghibur
Dan mabuk kepayang

Negeri yang cepet panik
Para Tokoh Agama keluarkan fatwa berbeda
Para penegak hukum bikin aturan pesanan
Sedang si penista tertawa disana

Sungguh, negeriku yang kaya raya
Rakyatnya yang ramah
Perempuannya yang cantik cantik
Hanya untuk memuaskan libido
Para mafia dan bandar

Dan aku bertanya, negeri ini milik siapa?
Telah kalian jual kemana?
Jangan tenggelamkan kami dlm luatan hutang
Dan jadi kuli di negeri sendiri

Ahlan El-faz, 26 November 2016

Umat Yang Telanjang di Negara Ini

Umat yang Telanjang di Negeri ini

Saat kita saling menelanjangi
Diruang yang sama, penuh sesak
Hingga lupa, telah di taruh mana kemaluan kita
Terus asik walau harus mengusik

Tuan tuan dinegeri ini
Kau telanjangi kebodohanmu dihadapan para cukong
Wakil rakyatnya saling menelanjangi kerakusan dan jati dirinya
Dan rakyat yg tak tahu harus bagaimana
Tutup mata karena malu pilihanya yg tak punya malu

Sedang ulamanya lg sibuk untuk siapkan fatwa
Sambil berdoa, semoga fatwanya manjur dan menang banyak
Yang dibayar rakyat tak malu menipu rakyatnya
Sambil nari-nari dan mulut komat kamit
Sedang para sastrawanya latah
Takut tidak dapat jatah
Dan bersekutu, telanjang tanpa tau jalan berjuang
Negeriku penuh dg manusia telanjang
Sedang para ntelektualnya pura pura, sambil teriak minta bagian

Oh Tuhan...
Penghinaan apa yg tlah Kau timpakan pada kami
Hingga hati nurani kami mati
Sampai kapan kita akan mencaci maki sodara kita
Menelanjangi kebodohan dan kedunguan diri kita
Sedang dluar sana tertawa
Meneguk sambil mabuk

Menjadi umat yang bodoh
Kerna berebut isi perut
Mengumbar syahwat
Dan halalkan segala cara demi jabatan
Tak ada lagi tedeng aling aling
Inilah negeri disimpang jalan
Demokrasi pasca reformasi belum mampu menjawab
Untuk mensejahterakan rakyat
Bahkan menjadi semakin timpang

Dan kita menjadi manusia paling primitif di era modern
Telanjang tanpa etika dan mengikisnya keyakinan beragama
Sedang media asik saja

Ahlan El-faz, 26 November 2016

Sekedar catatan

INILAH SESUNGGUHNYA YANG HARUS BANYAK UMMAT KETAHUI :

Ada satu hal yang belum dibahas atas ILC 811 kemarin soal mengapa Panglima TNI di awal paparannya panjang lebar membahas issue ancaman invasi dan kolonialisme Negara Cina ke Indonesia yang kaya raya, bahkan dengan bahan presentasi detil, dan faktanya.
memang tak ada hubungannya dgn tema or issue Penistaan Agama  ???
Mungkin sampai selesai pun tinjauannya sebagian besar pemirsa masih belum nyambung apa maksudnya.
Mungkin hanya menangkap ini issue yang kita sudah tahu juga, dan paling-paling Panglima hanya ingin bangsa ini tahu dan waspada saja.
Just it!
Justru ini sebenarnya adalah point issue paling Utama Indonesia hari ini yang telah *di design lama sejak puluhan tahun lalu*

Masalah Penistaan Agama oleh Ahok yang barusan terjadi hanyalah 1 scene pendek dari skenario kolonialisme ini untuk mecah-belah bangsa, merusak persatuan dan kesatuan NKRI.

Kondisi Indonesia hari ini sudah terperangkap oleh design Kolonialisasi Cina yang hampir rampung sempurna.

Di sinilah peran penting dan Sentral seorang Ahok sebagai Proxi berikut teman pelindungnya 9 Naga :
Aguan,
Tomi Winata,
James Kristiadi,
Ciputra,
Antonio Salim,
Grup Jarum,
Sopyan Wanandi,
Podomoro,
Agung Sendayu,
Sinar Mas
melaju ke tujuan lewat Pilkada sampai Presiden secara penuh sehingga 100% Indonesia dikuasai lahir bathin ipolek Sosbudhankamnas.

Panglima TNI sesungguhnya ingin menyampaikan bahwa Ahok dan barisannya 9 Naga (Aguan, Tomi Winata, Antonio Salim, Ciputra, James Kristiadi, Sopyan Wanandi, Sinar Mas, Grup Jarum, Podomoro, Agung Sendayu) adalah *bukan hanya memusuhi Islam namun mereka adalah Musuh seluruh anak Bangsa dan Rakyat Indonesia dari seluruh suku agama dan golongan*.

Karena Ahok dan Barisannya membawa misi penjajahan seperti Singapore dan Tibet seperti yang sudah banyak diketahui.

Ini yang belum banyak didiskusikan anak bangsa yang selama ini tertipu oleh penyesatan-penyesatan Issue oleh media karena pemilih Media adalah Cina yang mengalihkan dari issue sebenarnya agar rakyat bangsa ini lengah dan lalai.
Bangsa dibuat bermusuhan karena diadu domba dengan issue rasis, sara, penistaan agama dan lain lain. _Devide et impera._
Lagu lama.

Rakyat lupa pada hal utama yakni *design PENJAJAHAN* yang dibawa oleh Ahok sebagai Proxi alias Boneka Negara Cina dibantu Taipan-Taipan Cina Indonesia
Ekstra Ordinary Ekstrim lebih bahayanya,  penjajahan oleh China bukan hanya mengendalikan semua kebijakan dan pemerintahan serta ekonomi seperti Belanda dulu.
Namun diikuti design akan memasukkan Penduduk China secara langsung ke Indonesia sebanyak 200 Juta orang. Hal yang amat mungkin karena jumlah itu belum seberapa dari Penduduk Negara Cina yang lebih dari saru Milyar orang.
Cukup di situ ???
No ... !!!

Hal tersebut akan dilanjutkan Perpecahan seperti yang di alami Malaysia (dulu Singapura adalah bagian negara Malaysia kemudian kudeta dan mendirikan negara Singapore.
Jadi kalau ada segolongan anak bangsa baik Muslim maupun yang beragama lain masih ngotot hanya melihat sosok Ahok sebagai sosok biasa, maka *sesungguhnya anda adalah benar-benar anak bangsa yang bodoh* _dan tidak mencermati sesungguhnya apa yang ada di hadapan dan lingkungan anda hidup saat ini._
*Nalar anda tidak berjalan.*
Celakanya lagi ilmu anda memadai. Namun akal sehat dan ilmu musnah hanya karena tertipu pencitraan media-media Cina (semua media di Indonesia dimiliki Taipan Cina).
Sadar dan bangunlah, Bersatulah wahai anak bangsa ... !!!
Patahkan dan hancurkan design Kolonialisme China dengan Proxi Ahok dan barisan 9 naga nya ... !!!
*Jadi, ada atau tidak ada kasus Pulau Seribu, Ahok seharusnya sudah harus dilengserkan, diadili dan dihukum sesuai per UU berlaku karena kasus kriminal korupsi dan pelanggaran hukumnya soal kebijakan-kebijakan dan lain lain telah nyata dan begitu banyaknya*

Di bawah rezim Boneka yang hancur-hancuran ini hanya persatuan dan kesatuan Bangsa yang paling sakti dan cepat untuk mengembalikan tatanan bernegara dan berbangsa kembali sesuai UUD 45 menuju kejayaan.

*Kesimpulannya :*
Paparan Panglima kemarin sungguh menuju pandangan lebih jauh dan mendalam atas masa depan Bangsa ini, dan di situ nampak kepuasan dan kelegaan memancar dari wajahnya. Kecerdasan Panglima terbukti.

*RAKYAT INDONESIA SADAR BAHAYA*.

LANDASAN TEOLOGIS PARTISIPASI KELUARGA BESAR HMI DALAM AKSI BELA ISLAM

LANDASAN TEOLOGIS PARTISIPASI KELUARGA BESAR HMI DALAM AKSI BELA ISLAM
------------------------------
by ochen KU PB 97/99

Segera setelah Prof. Syafi'i Maarif mengatakan di forum Indonesia Lawyer Club (ILC) TV One tiga minggu lalu bahwa "mereka yang demo kemarin tidak punya landasan teologis ...bla bla bla...", dan saya temukan bahwa apa yang dikatakan sang profesor ini pun tidak memiliki landasan teologis. Dan kiranya jelas bahwa landasan teologis "mereka yang demonstrasi itu"  hanya satu, keyakinan bahwa Al-Qur'an itu firman Allah dan tidak mungkin terdapat kebohongan di dalamnya. Persoalannya apakah umat Islam secara masif mau menegakkan kebenaran Al-Qur'an atau tidak. Kini bukan lagi ikut demonstrasi atau shalat Jum'at di jalan dibolehkan atau dilarang, tapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah umat Islam memiliki keinginan kuat (niat) untuk melakukan protes besar terhadap penistaan terhadap Kitab Suci Allah.

Setiap kader HMI dan alumni HMI pasti tertanam di benaknya sepenggal bait Hymne HMI  : "Turut Qur'an dan Hadits jalan keselamatan". Syair ini adalah derivasi Hadits Nabi S.a.w :

"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah (Qur'an) dan Sunah Nabi-Nya (Hadits)." (HR. Malik)

Logika sederhananya, selama mengikuti tuntunan Qur'an dan Hadits, kita tidak akan sesat.  Artinya kita akan tetap selamat. Jalan keselamatan adalah jalan damai dan memperoleh kedamaian (silm, salâmah, islâman). Dari arti kata Islam ini sehingga saya kurang setuju dengan istilah "Aksi Damai". Sebab Islam secara etimologi artinya damai dan Muslim adalah orang yang cinta kedamaian. Justru kalau kata-kata "damai" menjadi embel-embel di setiap aksi unjuk rasa kaum Muslimin, maka di satu sisi terkesan hiperbolik dan di sisi yang lain terkesan orang Islam secara potensial perusuh. Hal ini dengan sendirnya mendegradasi makna Islam itu sendiri.

Kesesatan dalam Hadits diatas bisa berupa sesat pikir maupun sesat tindak. Tetapi kita akan terhindar dari dua kesesatan itu apabila niat kita benar. Nabi S.a.w bersabda : "Segala sesuatu tergantung niat..." (innama al-a'mâlu bi al-niyati.). Jika niat kita ingin mendapatkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka Insya Allah kita akan memperoleh keridhaan Allah dan keridhaan Rasul. Keridhaan itu tidak instan tetapi bertahap dan berkelanjutan hingga di akhirat kelak. Tapi jika niat kita karena motivasi duniawi, maka yang kita dapatkan adalah balasan instan dan bersifat pragmatis duniawi, baik jabatan ataupun materi.  (Semoga adik-adik HMI dari PB hinngga Komisariat selalu kompak). Kita berharap tidak ada "penyusupan" yang mematikan idealisme keislaman dan keindonesiaan adik-adik HMI dan membuat niat dan pengorbanan suci mereka tercerai-berai oleh kejahatan fitnah.

Aksi Bela Islam (ABI) I, II dan III dari perspektif teologis yang saya pahami (terkait kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok) memiliki landasan teologis yang teramat kuat.

PERTAMA, keyakinan pada kebenaran Kitab Suci bagi setiap penganut agama tak tergantikan dengan kebenaran lain. Bagi seorang Muslim, kitab suci Al-Qur'an membawa kebenaran  absolut karena ia bukan bikinan manusia tapi bikinan Yang Maha Suci dan Maha Absolut, Allah SWT. Allah SWT berfirman :

"Aku bersumpah di setiap bagian-bagian Al-Qur'an itu diturunkan. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar jika kamu mengetahui. Sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah bacaan yang mulia. Kitab yang terpelihara di Lauhul Mahfuzh. Tidak boleh ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Maka apakah kamu menganggap remeh Al-Qur'an?" (QS. 56 : 75-81).

Kita bisa membayangkan bagaimana Allah sendiri mengatakan Dia bersumpah di saat-saat setiap bagian Al-Qur'an yang hendak diturunkan kepada Nabi S.a.w. bahwa yang diturunkannya itu benar-benar dari-Nya dan terjaga kecacatan maupun kesuciannya. Tidak ada manipulasi dan pembohongan di dalamnya. Berasal dari Pencipta Alam Semesta. Maka yang "menyentuhnya" (memegang secara fisik atau melafalkan isinya) harus oleh mereka yang disucikan secara jasad dan ruhani (muthahharûn). Kata "thaharah" (suci secara ruhani) berbeda dengan kata "najafah" (bersih secara jasmani). Thaharah lebih jauh ke dalam kepribadian terkait dengan kesucian ruhani. Maka salah satu syarat bagi orang yang "menyentuh" Al-Quran (pegang, baca, kutip) salah satu ayat atau surat Al-Qur'an ia harus dalam keadaan suci lahir dan batin  (thaharah). Dari sisi ini, secara prinsip, Ahok salah karena dia bukan seorang Muthahhar (dia tidak suci secara lahir maupun batin) karena terhalang status non Muslimnya. Statua dimana dia belum pernah menjalani ritual "thaharah" yang disyaratkan.

Keyakinan atas kesucian Al-Qur'an itu menjadi hak otonom setiap pribadi Muslim yang merupakan salah satu pilar iman. Tak bisa ada larangan dari pihak manapun kepada setiap individu Muslim untuk melindungi kesucian Al-Qur'an, karena itu menjadi bagian dari keyakinan keagamaannya. Dengan kata lain, keyakinan keagamaan seseorang tak dapat diintervensi oleh negara, ormas Islam atau Kyai Anu bahkan MUI sekalipun. Dan karena itu tak ada alasan apapun untuk melarang setiap pribadi Muslim untuk membela keyakinan keagamaannya.

Menyikapi kasus penistaan agama ini, segelintir sarjana Muslim mengatakan, mengapa "orang-orang itu sibuk membela Al-Qur'an, sebab Allah saja tidak butuh pembelaan. Mereka juga berpendapat : "Al-Qur'an tidak perlu dibela karena Allah yang menurunkan Al-Qur'an dan Dia-lah yang menjaga kesuciannya". Benar Allah berfirman : "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (QS. 15 : 9). Pikiran kalangan fatalis, "ngapain" susah-susah membela Al-Qur'an, toh sudah dijamin oleh Allah. Pandangan ini keliru, sebab pada ayat Al-Qur'an tersebut Allah menggunakan kata "Kami" (nahnu), dimana seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa sepanjang Al-Qur'an menggunakan kata "Kami" (nahnu), maka perkara itu dilakukan secara bersama-sama antara Allah dan makhluk-Nya.

Dalam hubungan dengan  Al-Qur'an, disana ada malaikat Jibril sang pembawa pesan/wahyu, ada Nabi S.a.w selaku penerima dan penyampai pesan kepada para sahabat lalu dari para sahabat ke tabi'in, kemudian dari tabi'in ke tabi'it tabi'in hingga ke para ulama, dai, ustadz hingga ke kita. Jadi "Kami" (nahnu) di dalam ayat diatas mengandung semua komponen yang bertanggungjawab menjaga kesucian Al-Qur'an dari penodaan, penistaan dan sebagainya. Kita membela Al-Qur'an karena kita termasuk dalam kategori "Nahnu" tersebut. Maka membela kebenaran dan kesucian Al-Qur'an  menjadi tanggungjawab kita.

KEDUA, demo atau aksi protes atas kebijakan negara dalam hal penegakan supremasi hukum tidak boleh didasarkan pada kepentingan kekuasaan. Tidak ada privelese di dalam penegakan hukum. Rasulullah S.a.w mengatakan : "Jika Fatimah binti Muhammad mencuri, akan aku potong tangannya" sebagai wujud "equality before the law". Persamaan di muka hukum menjadi prinsip dasar penegakan hukum
Atas dasar itu, kita tidak menemukan alasan yuridis yang kuat bagi penegak hukum untuk tidak menahan Ahok. Alasan subyektif penyidik sebagai kewenangan yang melekat pada penegak hukum harus dijelaskan secara transparan.  Sebab bisa jadi alasan subyektif penyidik dapat melanggar rasa keadilan masyarakat yang merupakan salah satu prinsip penegakan hukum.

Dengan pertimbangan itu, maka keluarga besar HMI menjadi bagian dari umat Islam di Indonesia menyatakan keberpihakannya di dalam penegakan hukum terkait kasus penodaan agama yang dilakukan Ahok. Keterlibatan keluarga besar HMI (PB HMI dan jaringanya sampai Komisariat, Kahmi Nasional, Wilayah dan Daerah, Komite Aksi Keluarga Besar HMI dan elemen-elemen alumni HMI yang lain) merupakan bagian dari missi kesejarahan HMI. Partisipasi kita di dalam Aksi Damai I, II, III dan seterusnya adalah selaku kader umat dan kader bangsa. Kita adalah anak kandung umat dan bangsa. Jangan sampai ada di antara komponen keluarga besar HMI ini ada yang ikut Aksi tapi ada yang ogah, bahkan mencemooh. Perlu kesatuan pandangan tentang langkah kita, soal "game" ini apakah kita sampai di tujuan terestrial saja ataukah sampai di tujuan akhir. Pengalaman memberi pelajaran pada kita bahwa HMI ikut berkontribusi melahirkan reformasi nasional, tetapi di era reformasi itu HMI tersingkir dan (sengaja) disingkirkan.  HMI adalah anak reformasi yang terlantar, terasing dan bingung mencari jalan pulang. Justru mereka-mereka yang tidak berkontribusi secara personal maupun kelembagaan saat ini sedang berpesta dan menertawakan HMI. HMI menjadi gelandangan yang tak memiliki rumah.

Dengan pikiran seperti itu, maka saya sedih ketika mendengar bahwa di  jajaran internal PB HMI tidak seiya-sekata dalam menyikapi ABI III nanti padahal pada ABI II justru HMI berada di garis depan. Tersebar kabar juga  bahwa di jajaran Presidium PB HMI terjadi perbedaan prinsip bahkan ada yang "masuk angin" bertemu dengan Kapolri. Semoga saja tidak.

Sedih yang kedua saat Ketua Umum, Sekjen dan 3 orang kader HMI diciduk di Sekretariat PB HMI dan di kediamannya masing tanpa melewati prosedur hukum yang normal. Apalagi di tengah malam menurut cerita kawan-kawan, Ketua Umum PB HMI didekap kepalanya di bawah ketiak polisi bak seorang teroris. Miris hati kita mendengar adik-adik HMI, kader umat dan bangsa ini diperlakukan oleh aparat penegak hukum negara yang mengabdi pada perintah rezim politik saat ini. Kader-kader HMI ditahan sebelum ditersangkakan dan mereka berada dalam tahanan Polda Metro Jaya beberapa hari, sementara laporan Tim Hukum PB HMI yang melaporkan Kapolda Metro Jaya ke Propam Mabes Polri atas kasus pencemaran nama baik yang dilakukannya pada HMI tidak segera ditindaklanjuti. Bagi kita, ini suatu peristiwa yang mengoyak rasa keadilan masyarakat dan menginjak kehormatan organisasi HMI. Perlakuan aparat (penangkapan, penahanan dan pencemaran nama baik) telah membuat HMI mengalami kerugian moral yang luar biasa besar. Apakah kita hanya sampai disini?

Kesedihan yang ketiga beberapa sudut ibukota terpampang spanduk Badko HMI Jababeka-Banten yang pada intinya menolak sholat Jum'at di jalan dalam rencana ABI III tanggal 2 Desember 2016. Saya tidak tahu persis apa landasan pikir mereka. Tetapi hemat kita itu menafikan kontribusi besar yang telah HMI berikan pada ABI I dan ABI II.

Jika pada ABI I dan II, HMI ikut dan memimpin bahkan menjadi pihak yang dikorbankan, dimana Ketua Umum dan Sekjen PB HMI serta tiga kader HMI yang ditangkap dan ditahan di Polda Metro Jaya selama kurang lebih satu minggu merupakan pengorbanan teramat besar. Lalu di ABI III nanti beberapa komponen di dalam HMI menunjukkan gelagat "kurang bergairah" maka hal itu menjadi perilaku yang bukan saja menyakitkan tapi memalukan. Pamor HMI sudah pasti jatuh di saat semestinya HMI lebih "leading" dalam arus utama umat Islam Indonesia saat ini malah melarikan diri sebelum perang dimulai.

Selaku organisasi mahasiswa Islam dengan jejaringnya yang mencapai semua kota perguruan tinggi di Indonesia, semestinya PB HMI menunjukkan soliditas dalam mengagregasi agenda ABI III yang akan datang. HMI adalah Imam di antara sejumah Imam yang ada. HMI tidak boleh mengekor tanpa reserve terhadap agenda orang lain. Ia harus lebih aktif dan berpartisipasi secara eksternal dan menawarkan strategi maupun paradigma alternatif secara internal. Paradigma alternatif yang saya maksudkan adalah kita harus berubah dalam strategi dan taktik di era politik tanpa pedoman ini.

Berjuang bersama arus besar umat saat ini adalah kesempatan emas. Kita akan sulit menemukan momentum yang sama pada kurun 3 tahun mendatang. Dengan demikian keluarga besar HMI harus mengambil bagian di dalam ABI III, 2 Desember 2016.

Menutup postingan ini, ada ayat Qur'an yang bagi saya relevan dan memberi spirit bagi kita di dalam menyikapi situasi saat ini.

1)  "Berjuanglah kamu di jalan Allah dengan perjuangan yang benar" (haqqa jihâdihi) (QS. 22 : 78);

2) "Hai orang-orang yang beriman sukakah kamu aku tunjukkan suatu jualan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu mesti beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Hymne HMI : turut Qur'an dan Hadits,  jalan keselamatan) dan berjihad  di jalan Allah dengan harta dan nyawamu. Itulah yang terbaik bagimu jika kamu mengetahuinya" (QS. 61: 10 - 11).

Akhirul kalam, tak ada alasan lain untuk tidak mengikuti agenda ABI III nanti. Karena keterlibatan kita adalah dalam rangka tegaknya kalimat Allah di bumi Indonesia. Li ilâhi kalimatillâhi hiya al-'ulyá.

Selamat Berjuang !

Ini 21 Perjanjian Kerja Sama Indonesia - Cina

Ini 21 Perjanjian Kerja Sama Indonesia-Cina

Bisnis.com, JAKARTA-Dalam acara Business Luncheon terdapat 21 perjanjian kerja sama antara perusahaan-perusahaan serta pemerintah daerah di Indonesia dan China yang ditandatangani di hadapan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden RRT Xi Jinping pada Kamis (3/10/2013).

Berikut bentuk kerja sama serta nama-nama perusahaan Indonesia dan China yang menandatangani nota kesepahaman bersama tersebut:

1. Perjanjian pinjaman antara PT. OKI Pulp & Paper Mills dengan China Development Bank Corporation untuk pembangunan pabrik pulp di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, sebesar US$1,8 miliar.

2. Perjanjian kerangka kerja antara PT. DSSP Power Sumsel dengan China Development Bank di sektor energi milik Grup Sinar Mas. Total nilai investasi mencapai US$400 juta.

3. Perjanjian pokok dalam proyek infrastruktur transportasi dan pertambangan di Indonesia antara PT. Indika Energy Tbk. dengan China Railway Group Ltd. dan Export-Import Bank of China senilai US$6 miliar.

Mencakup pembangunan fasilitas pertambangan, jalan, jembatan, dan pelabuhan di kawasan Papua dan Kalimantan Tengah.

4. Perjanjian kerjasama investasi antara PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dengan ICBC Financial Leasing 
Company Ltd. total senilai US$1,7 miliar.

Kerjasama tersebut mencakup penjualan dan sewa kembali sebanyak 5 unit pesawat B777-300ER serta perjanjian sewa sebanyak enam unit pesawat A320-200 untuk rute penerbangan di kawasan timur Indonesia.

5. Perjanjian investasi dan pembiayaan proyek infrastruktur FeNi plant and related 300.000 ton per annum (PT. Sulawesi Mining Investment) antara PT. Bintang Delapan Investama dengan China Development Bank, Shanghai Decent Investment, dan China-ASEAN Invesment Cooperation Fund. Total nilai investasi mencapai US$5,1 miliar.

6. Perjanjian investasi joint venture Investment Agreement untuk PT. Indonesia Morowali Industrial Park antara PT. Sulawesi Mining Investment dengan Shanghai Decent Investment (Group) Co. Ltd. 
Total nilai investasi mencapai US$100 juta.

7. Perjanjian kemitraan strategis dalam pengembangan dan penyediaan listrik untuk kawasan industri Medan, Sumatera Utara, sebesar 2 x 150 MW.

Total nilai investasi yang ditandatangani PT. PLN (Persero) dan PT. Kawasan Industri Medan (Persero) dengan PT. Mabar Elektrindo dari China tersebut mencapai US$500 juta.

Keseluruhan investasi datang dari China dalam bentuk dolar AS. Proyek ini diperkirakan akan menciptakan sekitar 1.000 lapangan pekerjaan selama fase pembangunan konstruksi dan sebanyak 300 lapangan kerja selama masa operasi.

8. Perjanjian joint venture antara PT. Cita Mineral Investindo Tbk. (HARITA GROUP) dengan China Hongqiao Group Lt. dan Winning Investment (HK) Company Ltd. dalam PT. Well Harvest Winning Alumina Refinery senilai total US$1 miliar.

Ketiga pihak bersama-sama mendirikan, mengembangkan, dan mengoperasikan pengolahan dan pemurnian pabrik alumina (Smelter Grade Alumina), termasuk menjual produk alumina.

9. Perjanjian memorandum antara PT. Sarana Infrastruktur Indonesia dan PT. Jasa Sarana dengan China National Machinery Import & Export Corporation untuk proyek Monorel Bandung, Jawa Barat, total senilai US$1,8 miliar.

Pemerintah mengharapkan kerjasama ini dapat menghasilkan benefit berupa sistem transportasi perkotaan yang efisien, penambahan lapangan pekerjaan, serta dapat mengurangi kemacetan. Transportasi massal ini diharapkan dapat memuat sebanyak 200 penumpang dalam sekali jalan.

10. Perjanjian antara PT. SDIC Papua Cement Indonesia dengan Bank of China cabang Jakarta senilai US$344,75 juta untuk pembangunan kapasitas sebesar 3 juta ton/tahun.

11. Perjanjian kerjasama antara Pemprov Kalimantan Barat
dengan PT. Borneo Alumindo Prima dan Hangzhou Jinjiang Group Co. Ltd. senilai US$1,7 miliar.

Kerjasama tersebut untuk produksi bauksit sebanyak 5 juta ton/a, alumina 1,5 juta ton/a, daya listrik sebesar 30 MW (PLTSa), dan kawasan industri seluas 1.000 hektar. Nilai ekspornya diperkirakan dapat mencapai US$600 juta/a.

12. Perjanjian kerjasama antara PT. Yinyi Indonesia Mining Investment Group dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan tentang pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Kabupaten Bantaeng senilai US$1,5 miliar.

13. Perjanjian kerjasama antara PT. Yinyi Indonesia Mining Investment Group dengan PT Harum Sukses Mining dan PT Bumi Halteng Mining untuk pembangunan smelter senilai US$900 juta.

14. Perjanjian akuisisi antara Tianjin Julong Jiahua Investment Group Ltd. dengan PT. Rezeki Kencana dan PT. Grand Mandiri Utama senilai US$200 juta untuk proyek pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat.

15. Perjanjian kerjasama investasi antara PT. Sawah (Indonesia) dengan Jiangsu Dafeng Harbor Holding Group Co. Ltd. untuk bersama-sama men-set up dan mengelola PT. Indonesia Dafeng Port Heshun Nickel Industri. Total investasi antara kedua belah pihak mencapai US$250 juta.

16. Perjanjian kerjasama pelatihan sumber daya manusia di bidang telekomunikasi senilai total US$1 juta antara Balitbang SDM Kemkominfo, PT. Telkom Indonesia, dan PT. Telkomsel dengan PT. Huawei Tech Investment. Benefit yang diharapkan yaitu kontribusi pelatihan IT bagi 1.000 mahasiswa per 3 tahun.

17. Perjanjian joint venture untuk membangun smelter industri alumina di Kalimantan Barat senilai US$1,4 miliar. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh PT. Billy Indonesia dan PT. Indonusa Dwitama dengan China Aluminum Corporation of China Ltd.

18. Perjanjian kerangka kerja pembiayaan konstruksi fasilitas pelabuhan dan pengangkutan antara PT. Daya Bumindo Karunia dengan China Development Bank dan China Harbour Engineering Company Ltd senilai US$1,1 miliar.

19. Perjanjian kerjasama antara PT. Bumi Makmur Selaras dengan Hanking Industrial Group Co. Ltd. untuk membangun kawasan industri di Koonawe Utara, Sulawesi Tenggara senilai US$3 miliar.
Antara lain pengembangan pembangkit listrik, smelter nikel, semen, dan baja.

20. Perjanjian kerjasama proyek Jakarta Monorail antara PT. Jakarta Monorail dengan China Communication Construction Group. 
Total nilai investasi kerjasama tersebut mencapai US$1,5 miliar. Benefit yang diharapkan yaitu menyediakan sistem transportasi yang efisien bagi masyarakat perkotaan serta peluang lapangan kerja.

21. Perjanjian perumahan indemnificatory di Kemayoran, Jakarta, antara PT. Perumnas dengan China Metallugrical Group Corporation Overseas Company.

Editor : Nurbaiti

Surat Terbuka Navias Tanjung Untuk Presiden Joko Widodo

Berikut ini isi surat terbuka Navias Tanjung untuk Presiden Joko Widodo:

1 : Anda terpilih jadi presiden bukan bukan secara cuma2 tetapi memakai biaya negara Rp 7,9 triliun data KPU.

2 : Uang yang ludes sebanyak itu adalah untuk masa jabatan 5 tahun atau 1.825 hari.

3 : Jika dibagi rata uang rakyat di negara ini telah ludes Rp 4,328 miliar per hari. (Empat miliar tiga ratus dua puluh delapan juta rupiah per hari ).

4 : Apa janji Anda pada kami rakyat Indonesia saat kampanye dulu. Ada 66 janji Anda yang dipegang rakyat semua media juga mencatat tidak satu pun Anda tepati.

5 : Hasil survei Indobarometer minggu ini menyatakan Anda telah mengecewakan 95 persen rakyat Indonesia.

6 : Menurut analisa saya, Anda telah melakukan pemborosan uang negara tanpa perhitungan cermat dalam bidang pembiayaan pengeluaran negara, sudah puluhan triliun uang negara ini ludes tanpa manfaat.

7 : Ada ratusan triliun lagi uang negara ini yang akan hancur atas kebijakan2 anda bakal jadi beban masa depan bangsa.

8 .Sampai ini hari masa jabatan Anda baru berkisar 650 hari , dan utang negara telah bertambah hampir 900 triliun, berarti kehadiran Anda sebagai presiden telah menambah utang negara lebih dari Rp 1,3 triliun setiap hari.

9 : Anda telah menghancurkan kehidupan buruh di negara ini dengan mendatangkan kuli-kuli dari Cina. Apakah ini janji Anda tentang peluang 10 juta lapangan kerja.

10 : Saya mencatat mulai dari Esemka, Kapal Sapi, Tol Laut, Kereta Cepat, Traktor Tangan, Kartu-kartu Aladin, adalah pemborosan sia-sia dan Bullshit semua.

11 : Saya Navias Tanjung 9 tahun lebih tua daripada Anda menyampaikan ini pada Anda karena cemas melihat kondisi negara saat ini yang terparah sepanjang sejarah.

12 : Jika Anda selaku presiden berpendapat ini pencemaran untuk Anda silakan gugat saya secara hukum, saya nonpartisan, akan saya uraikan seluruh kebijakan-kebijakan Anda di depan rakyat di pengadilan secara rinci agar mereka jadi juri sebuah kebenaran.

(ttd Navias Tanjung 11/08/16)

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/08/23/occsvn361-pengakuan-navias-tanjung-pembuat-surat-terbuka-untuk-jokowi

Memoar Siti Fadilah di Rutan Pondok Bambu

Memoar Siti Fadilah di Rutan Pondok Bambu

Oleh: dr. Ni Nyoman Indira*

JAKARTA- “Nomor urut 65-70!” Teriak petugas RUTAN dari pintu masuk. Saya beserta rombongan langsung bersiap masuk dan mengantri untuk mendapatkan giliran di periksa. Hari ini hari Kamis, hari dimana keluarga menjenguk sanak saudaranya yang berada di dalam. Hari dimana saya dan kerabat-kerabat saya yang lain pun menjenguk ibu ideologis kami.

Hari itu terlihat ramai seperti biasanya. Dari kejauhan tampak ibu kami sudah duduk sambil tersenyum menyambut kami dari kejauhan. Saya tepat duduk disampingnya dan beliau langsung berkata “Eh aku nulis surat loh buat kamu.. Nanti dibaca ya!” Begitu pesannya.

Saya menerimanya dengan sangat antusias sambil tersenyum penasaran apa isinya. Di dalam hati saya berkata, “Permata di dalam lumpur sekalipun akan tetap menjadi permata..”

Begitulah ibu kami, walaupun menjadi korban politik dan harus menjalani masa tahanan, beliau tetap memberikan manfaat untuk sekitarnya dan tetap menjalankan hobinya, menulis.

Selesai menjenguk beliau, aku pun langsung membaca isinya pelan-pelan..

Dear Indi,

Ibu sekarang di ruangan bersama dua orang yang lain. Lumayan, tidak banyak orang dalam satu kamar.

Ibu masih melayang-layang, memikirkan hari demi-hari. Ibu masih berfikir apa kehendak Tuhan, ibu berada disini.

Tampaknya adaptasi fisik bukanlah masalah yang sulit untuk ibu. Bahkan ibadah ibu semakin terjaga. Ibu ingat bila diluar sana, alangkah banyak waktu yang sia-sia dalam ibadah. Keduniawian memang menyilaukan. Seolah-olah kita akan hidup seribu tahun padahal sewaktu-waktu kita bisa meninggalkannya begitu saja.

Ibu belajar banyak hal disini.

Dunia seperti berhenti, dan ibu pun harus ikut berhenti, tidak ada yang bergerak. Daunpun tidak bergoyang karena angin juga berhenti. Hanya nafas yang masih terus hadir di antara detak jantung yang tidak pernah berhenti.

Ibu masih hidup, Indi..

Aah, bahkan irama jantung ibu tidak teratur. Memang sebelumnya ibu sudah lama memiliki riwayat Atrial Fibrilasi, yang tadinya bersifatparoxysmal, tetapi menjadi permanen di dua tahun terakhir.

Indi..
Hari ini, satu bulan penuh ibu ada di Pondok Bambu, suatu pengalaman yang sangat luar biasa.

Ibu membayangkan Bung Karno yang pernah diasingkan di Bengkulu. Ibu juga membayangkan Pak Hatta yang diasingkan di Papua. Memang menyakitkan. Tetapi mereka lebih beruntung karena mereka adalah tahanan politik yang berjuang untuk bangsanya. Sedangkan ibu, dikriminalisasikan seperti sekarang ini.

Kadang ibu tidak percaya bahwa keadilan di negeri ini bisa dipermainkan seperti ini. Ibu juga tidak percaya bahwa hukum di negeri ini bisa diperjualbelikan seperti jual beli barang rongsokan. Sangat memalukan.

Ibu sedih mengalami hal ini, tetapi lebih sedih lagi melihat kehancuran politik negeri kita sekarang ini. Ibu masih mengikuti beritanya di televisi.

What’s wrong dengan bangsa kita Indi?

Demikian berharganya uang melebihi harga diri dan martabat sebagai manusia? Apakah betul untuk memiliki semuanya harus berkuasa? Dan untuk berkuasa harus punya uang dan untuk mendapatkan uang harus menghalalkan berbagai cara?

Oh Indi..

Kata Qur’an, manusia adalah khalifah, at least bagi dirinya sendiri.
Tapi kita melihat bukan, banyak manusia yang sebenarnya hanya seekor domba. Lihatlah dia, harus dituntun kesana kemari demi kepentingan tuannya, dan hanya karena seonggok rumput kering, domba itu melakukannya!! Itulah komprador Indi..

Kamu jangan seperti mereka. Lihatlah saja dan jangan ikuti mereka..

Indi..
Konon diluar sana sedang terjadi puting beliung politik. Semua ingin menjadi penguasa tetapi tidak seorang yang ingin menjadi pemimpin. Seolah-olah tidak ada yang lebih mulia daripada menguasai negeri ini meski tanpa hati.

Bayaran untuk menjadi penguasa itu mahal sekali, Indi..Karena mereka harus menginjak rakyat yang semestinya dilindunginya. Belum lagi membayangkan neraka jahanamtelah menantinya kelak di akhirat nanti..

Mengerikan sekali..

Oh Tuhan, kirimkanlah pemimpin yang Engkau rahmati dan Engkau berkahi untuk negeri ini, sehingga bisa menjadi pemimpin yang rahmatan lil alaamiin, sehingga rakyat kecil tidak lagi lapar, sehingga rakyat kecil tidak bingung lagi. Mereka ingin hidup yang bermartabat, bukan hidup tanpa martabat, hanya saja sistem yang ada memaksa mereka untuk meninggalkan martabat mereka sebagai manusia.

Oh, tentang rakyat kecil Indi..

Ibu di dalam sini mendengar suatu pelajaran yang berharga. Pengalaman ibu satu minggu di ruang karantina sangat luar biasa.

Ibu baru sadar bahwa ada lapisan masyarakat yang sangat tersiksa di negeri ini.

Kita sudah merdeka 70 tahun Indi, tetapi cita-cita kemerdekaan ini hanya menjadi angan-angan bangsa kita. Alangkah banyaknya rakyat yang tidak merdeka dan jauh dari cita-cita kemerdekaan kita.

Indi..
Terpatri mereka di hati ibu..

Seorang perempuan, Desy namanya, mencuri handphone karena ibu nya sakit. Dia tertangkap warga dan di serahkan ke polsek dan dikirim ke Pondok Bambu tanpa tahun kapan diurus perkaranya.

Lain lagi cerita Fanny yang ditangkap polisi karena calon suaminya mencuri uang 600ribu di pasar.

Oh Indi..

Neneng, seorang perempuan usia 30 tahun, dia dihukum karena dia hutang dengan tetangganya ketika melahirkan melalui operasi Caesar. Saat itu dia butuh 10 juta.

Namun bunga hutangnya terus bertambah hingga menjadi 17 juta.Dia sudah cicil 2,7 juta dan dia sudah berjanji untuk mencicilnya. Sayang, ketika si bayi berumur 11 bulan, tiba-tiba dia diundang oleh tetangganya itu dan lanagsung dibawa ke polsek tanpa basa-basi. Dua minggu kemudian dia dipindahkan ke Pondok Bambu.

Ibu melihat bajunya basah di bagian dadanya karena air susunya yang masih terus mengalir. Dia bercerita bahwa iatidak tahu lagi bagaimana nasib bayinya, diberi minuman apakah bayinya. Air matanya mengalir deras seolah berlomba dengan tetesan ASI nya.

Hati ibu menangis Indi. Dulu, ketika ibu masih menjadi Menteri Kesehatan, ibu menggratiskan orang-orang seperti Neneng dan orang-orang tidak mampu lainnya bila melahirkan secara Caesar.

Mereka bukan lah orang jahat, mereka orang miskin. Mereka bukan penipu tapi mereka memang miskin. Mereka miskin karena sistem, mereka miskin dengan terstruktur. Pemerintah belum berhasil memberikan mereka kesejahteraan, bahkan pekerjaan, Indi..

Apakah para elite negeri ini tidak menyadari bahwa nanti di akhirat akan ditanyakan apa yang telah kamu perbuat untuk rakyatmu? Kenapa masih ada rakyat yang kelaparan? Atau masih ada rakyat yang mencuri karena tidak punya uang untuk makan?
Indi, menjadi pemimpin itu tanggung jawabnya berat!!

Oh Indi..

Belum lagi tahanan narkoba. Mereka cantik dan muda, mestinya mereka bisa berkarya di luar sana. Tetapi mereka harus dikurung selama kurang lebih 4 tahun karena pemakai.Biasanya mereka terjebak dan bandarnya tetap selamat..Itulah negara kita, Indi..

Ooh, ada lagi cerita seorang ibu yang cantik. Sebutlah namanya Ibu Cynthia. Dia menangis ketika ada penyuluhan hukum oleh LBH. Matanya sembab. Dia baru sebulan ditahan dan baru seminggu disini. Dia ingin punya pengacara gratis.

Dia bercerita ketika itu anaknya mogok sekolah oleh karena harus membayar iuran ke sekolahnya sebesar 2,9 juta. Ibu nya pun kebetulan terkena stroke dan dikirim ke suatu rumah sakit. Dua-duanya butuh biaya. Maka dia pun mencari hutang kepada temannya yang terlihat kaya.

Dia kesana dan dijanjikan akan diberikan 10 juta bila berhasil mengantar suatu bungkusan ke seseorang. Baru beberapa menit dia berjalan, dia ditangkap polisi dan ternyata bungkusan tersebut isinya 200 INEX. Padahal jika seseorang membawa INEX >3 maka hukumannya akan lebih dari lima tahun penjara.

Bayangkan Ibu Cynthia harus menerima hal itu. Dia akan dihukum seumur hidup bahkan bisa divonis hukuman mati. Bayangkan hanya karena uang 10 juta. Dan dia melakukan hal tersebut untuk menyangkut hal yang sangat mendasar, yakni pendidikan dan kesehatan.

Andaikan negara kita betul-betul bisa menggratiskan pendidikan dan kesehatan, mungkin kesejahteraan rakyat akan meningkat nyata.

Tetapi jangan harap, di mata kapitalis, justru kesehatan dan pendidikan adalah komoditi yang menggiurkan..”

Dua hal yang sangat berlawanan seperti siang dan malam, seperti gelap dan terang..
Maka begitu kamu menaruh hati pada rakyat kecil, maka otomatis kamu menjadi musuh kapitalis. Jika pemimpin berpihak kepada kapitalis berarti ya tidak ada hak bagi rakyatnya untuk hidup sejahtera.

Indi, ibu terlalu jauh melamun.. Yang jelas, ibu melihat ketidak adilan terjadi justru pada lembaga hukum! Hukum yang seharusnya menjadi penjaga keadilan, justru menjadi komoditi dagang bahkan komoditi politik di negeri ini..

Indi,
Dari titik mana nasib bangsa ini bisa diperbaiki?

Ah, Indi.. Ibu lelah menulis. Jam besuk sudah tiba, kau akan datang bukan??

(Ditulis: 24 November 2016)

Sejenak aku menarik nafas dalam. Di sela hembusan nafas, tanganku langsung menghapus air mata yang membasahi pipi.

Hatiku menjerit.

Aku langsung berfikir dan membayangkan nasib para perempuan yang sebenarnya tidak bersalah. Mereka hanya lah korban dari sistem yang ada. Mengapa pemerintah tidak turun dan mencari tahu apakah yang terjadi kepada mereka hingga mereka terpaksa melakukan hal tercela? Mengapa para elite justru diam saja melihat rakyatnya yang tidak jelas nasibnya?

Allahu Robbi, aku pun juga langsung teringat kepada ibu ideologis ku. Ibu ideologis kami yang sampai saat ini belum ditemukan bukti fisik dalam perkaranya. Ibu ideologis kami yang lebih memikirkan nasib rakyat kecil dan negerinya sekalipun dirinya sakit dan mendekam di dalam penjara?Adakah yang yakin sepenuhnya bahwa beliau bersalah?

Keadilan bukan hanya milik para penguasa. Keadilan adalah milik semua orang yang ada di negeri ini. Begitupun dengan mereka dan ibu kami yang menjadi korban politik. Aku pun semakin terpacu dan tak gentar, karena aku yakin bahwa Tuhan Maha Adil..

*Penulis adalah Koordinator Sahabat Siti Fadilah

INDONESIA SIAPA PUNYA?

INDONESIA SIAPA PUNYA?

OLEH:KH.Haedar Nasir
(Ketum PP Muhammadiyah)

Siapa sesungguhnya pemilik Indonesia? Di negeri ini, tentu tak satu pihak mana pun berhak menepuk dada sebagai paling berdarah Merah Putih. Mengklaim diri sebagai pewaris dan penjaga utama Negara Kesatuan Republik Idonesia, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945. Indonesia milik semua untuk semua.

Sangat gegabah jika ada orang menyatakan, bahwa Indonesia belum teruji kebhinekaannya jika minoritas belum menjadi seorang Presiden. Lebih-lebih ketika ujaran itu diungkapkan dengan nada angkuh, seolah ukuran keindonesiaan ialah kedigdayaan diri dalam singgasana kuasa. Sebuah kesombongan yang dapat menjadi duri tajam di tubuh negeri ini.

Manakala ada segelintir orang ingin menguasai Indonesia dengan hasrat kuasa berlebih. Ingatlah pesan Bung Karno, "Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!". Jangan ada pihak yang ambisius untuk memiliki Indonesia dengan nafsu chauvisnis.

Bercerminlah pada jiwa kenegarwan para pendiri bangsa. Tatkala Ki Bagus Hadikusumo, menyampaikan gagasan Islam sebagai dasar negara pada sisang Badan Penyelidik Usaha-usaha Peraiapan Kemerdekaan (BPUPK), Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah ini dengan tegas menyatakan bahwa dirinya adalah "seorang bangsa Indonesia tulen" dan "sebagai Muslim yang mempunyai cita-cita Indonesia Raya dan merdeka".

*Pengorbanan umat*

Umat Islam meski mayoritas dan kuat keyakinan keagamaaanya, sungguh mencitai dan menjadi tonggak penyangga keindonesiaan yang setia. Umat juga sangat toleran dan menjunjungtinggi kebhinekaan. Keislamannya tidak opisisi biner dengan keindonesiaan dan kemajemukan bangsa, bahkan menjadi perekat utama. Islam menjadi kekuatan integrasi nasional, ujar Prof Koentjaraningrat.

Merupakan suatu ironi dan melukai hati manakala umat Islam dianggap sebagai golongan ekslusif, yang hanya mementingkan urusannya sendiri. Keislaman juga bukan tidak berseberangan dengan keindonesiaan. Jika ada yang berlogika, "Tak perlulah bicara Islam, sebutlah Indonesia". Pandangan itu justru beraroma ekslusif, karena mengandung makna penegasian Islam di negerinya sendiri.

Tak perlu ada Islamofobia di negeri muslim terbesar ini, karena watak umatnya juga toleran dan menjadi penyangga utama Indonesia. Ketika terdapat arus aspirasi umat Islam untuk memperoleh hak dan keadilan, sungguh bukankah primordialisme. Aspirasi itu ekspresi yang wajar, lebih-lebih salurannya demokratis dan konstitusional. Jangan pandang Islam di negeri ini sebagai ancaman keindonesiaan dengan segenap pilarnya.

Pandangan negatif itu tentu sangat tidak beralasan. Perjuangan umat Islam melawan penjajah beratus tahun sarat heroisme. Islam dan umat Ialam sangat ditakuti Penjajah, hingga memggunakan berbagai muslihat yang licik. Para tokoh seperti Pangeran Diponegoro dan Imam Bonjol harus menyerah karena ditipu. Snouck Hurgronje bahkan harus mengaku muslim untuk dapat masuk ke Saudi Arabia guna mempelajari Islam untuk menaklukkan perlawanan umat Islam.

Ketika pergerakan nasional awal abad kedeuapuluh menggunakan cara-cara modern, umat Islam pun berdiri di garda depan. Adalah Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang memelopori pergerakan Islam modern untuk melawan penjajah dan mengubah nasib rakyat Indonesia yang terbelakang menuju gerbang kemerdekaan dan kemajuan. Lahirnya Hizbul Wathan atau Pasukan Tanah Air tahun 1918 salah satu contoh kepeloporan bela bangsa kala itu, sebagai wujud jihadfisabilillah.

Tatkala Indonesia diambang retak satu hari setelah proklamasi 17 Agustus 1945 dalam peristiwa Piagam Jakarta, umat Islam melalui tokoh utamanya Ki Bagus Hadikusumo dengan mediator Kasman Singodimedjo memberi jalan keluar, meski harus berkorban luar biasa. Padahal Piagam Jakarta kala itu merupakan Gentlement Agreement semua golongan, yang pelopor utamanya ialah Soekarno.

Para tokoh Islam yaitu Agus Salim, Abdul Kahar Mudzakir, Abikusno Tjokrosujoso, dan Abdul Wahid Hasyim, sebagai anggota Panitia Sembilan yang disebut mewakili golongan Islam harus merelakan tujuh kata "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengorbanan keyakinan Islam itu, meski ada unsur siasat tidak fair, dilakukan para wakil umat Islam demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kurang apalagi sebenarnya pengorbanan dan komitmen umat Islam Indonesia untuk bangsa dan negaranya. Jika mau memaksakan kehendak sebagai mayoritas pasti terjadi. Lebih-lebih tokoh sentral seperti Soekarno menjadi pemrakarsa dan sangat mendukung Piagam Jakarta itu, hingga pada 5 Juli 1959 dalam Dekrit Presiden, konsisten menjadikan Piagam Jakarta sebagai jiwa UUD 1945. Itulah hadiah terbesar umat Islam untuk Indonesia, ujar Menteri Agama Alamsjah Ratu Perwiranegara.

Namun ibarat ibu yang melahirkan anak, kasih sayangnya melampaui luasnya samudra. Meski laksana anak gemuk yang memperoleh baju sempit karena semua diberi pakaian berukuran sama, umat Islam tetap selalu memberi tak pernah meminta lebih. Apalagi tatkala ada segolongan kecil menguasai kue nasional yang melampaui takaran, umat Islam tetap tak marah meski hatinya terluka dan dirinya marjinal dari pusaran utama Indonesia.

Urat sabar umat Islam juga cukup lebar dan tidak putus. Tatkala hak-hak dasarnya kurang terpenuhi, karena satu dan banyak sebab, yang menjadikan dirinya terpinggir dalam sejumlah hal, pengkhidmatannya untuk negara tak kenal lekang. Bahkan ketika denyut nadi keagamaannya tersakiti dan menunut keadilan, malah dipandang sebagai ancaman bagi kebhinekaan. Kebhinekaan terkesan milik sekelompok orang yang bersuara lantang di ruang publik.

*Nilai luhur utama*

Keindonesiaan itu luhur dan bercita-cita. Bung Hatta berkata: "Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup untuk mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat kita, yakni hidup bahagia dan makmur dalam pengertian jasmani maupun rohani". Hatta menarik keindonesiaan pada cita-cita dan perwujudannya dalam dunia nyata. Manakala ada segolongan kecil yang bahagia dan berkemakmuran, sementara mayoritas nestapa maka kondisi timpang ini harus diluruskan dan dipecahkan secara kolektif. Negara atau pemerintah wajib hadir dan tidak boleh abai atas disparitas nasional ini.

Pemilik Indonesia juga bukan mereka yang setiap hari lantang memekikkan kata merdeka. Bukan pula karena sering merayakan segala kegiatan simbolik berlabel Indonesia, kebhinekaan, dan jargon-jargon bernuansa merah-putih lainnya. Semua baju luar itu sekadar atribut dan verbalisme, belum membuktikan keindonesiaan yang esesni dan sejati. Keindonesiaan itu harus bersemi dalam jiwa, alam pikiran, sikap, dan tindakan yang luhur dan utama sebagaimana disemaikan oleh para pendiri bangsa tahun 1945 secara otentik. Keindonesiaan yang membumi.

Maka dalam keindonesiaan, termasuk di dalamnya kebhinekaan, sesungguhnya ada nilai-nilai utama yang mesti dijadikan pedoman dan ditegakkan oleh seluruh komponenbangsa.

Tumpuannya pada nilai-nilai fundamental yang hidup subur dalam bumi rakyat Indonesia, sebutlah Agama dan Pancasila. Agama di negeri ini bahkan telah menjadi jiwa kebangsaan dan mendapat tempat konstitusional sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan batang-tubuhnya pasal 29. Ingatlah kemerdekaan Indonesia itu berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Agama juga telah hidup mendarahdaging dalam jatidiri bangsa jauh sebelum negara Indonesia terbentuk.

Agama harus memperoleh tempat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agama apapun tidak boleh disepelekan, diabaikan, dan dipinggirkan dari denyut nadi kehidupan bangsa dan negara. Sekali agama dan perasaan beragama dicederai, dinodai, dan dinista oleh perangai yang semberono maka keindonesiaan dan kebhinekaan pun terlukai. Ada niat atau tidak diniati, tindakan yang berakibat pada pencederaan keyakinan dan rasa keberagamaan tetaplah bermasalah dan muaranya menodai keberagamaan.

Namun bagi umat beragama, tentu agama pun harus menjadi nilai luhur transendental yang mencerahkan jiwa, hati, pikiran, sikap, dan tindakan bagi para pemeluknya. Sehingga dengan agama para umatnya hidup berketuhanan, berperikemanusiaan, dan berkeadaban mulia. Setiap insan beragama menjadi shaleh secara individual dan sosial, serta melahirkan sosok-sosok teladan yang otentik. Jujur dan tidak menjual belikan urusan agama. Beragama dan menyuarakan ajaran damai pun bukanlah retorika di pentas forum dan wacana megah, tetapi harus dalam perbuatan otentik. Para tokohnya pun lurus hati dan tidak seperti burung merak. Agama harus benar-benar menjadi rahmat bagi semesta.
Nilai luhur lain dalam hidup berbangsa ialah kebersamaan yang otentik atau genuin sebagaimana terkandung dalam Pancasila dan kebudayaan bangsa. Tidak boleh segelintir orang menguasai Indonesia, yang menyebabkan hilangnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Tidak boleh seseorang atau sekelompok orang karena merasa digdaya lantas berbuat sekehendak dirinya, yang menyebkan kehidupan berbangsa secara kolektif menjadi retak berantakan. Apalagi manakala perangai ugal-ugalan itu mengatasnamakan keindonesiaan, kebhinekaan, dan Pancasila.

Jika semua merasa memiliki Indonesia maka belajarlah hidup dalam kebersamaan yang otentik dan tidak egoistik. Perlu saling membangun keadaban luhur dalam berbangsa dan bernegara. Mereka yang besar jangan menguasai, yang kecil pun tidak anarki. Semua harus saling berbagi, saling memahami, serta menjamin hak hidup yang damai dan saling memajukan dengan jiwa tulus tanpa pura-pura. "Mayoritas melindungi minoritas, minoritas menghormati dan menghargai mayoritas", tutur Presiden Joko Widodo. Lalu, untuk apa menguasai Indonesia dengan hasrat angkara?