Minggu, 21 April 2013

RENUNGAN PERKADERAN HMI


MEMBANGUN SISTEM PERKADERAN HMI DI ERA KONTEMPORER

Setelah hampir 4 tahun 4 bulan aku ber-HMI, diproses dalam system perkaderan yang pernah dianggap sebagai suatu system terbaik kedua setelah system pendidikan di tubuh TNI, serasa hari ini aku merasa masih ada yang kurang dan belum aku dapatkan di organisasi ini. Jenjang training di HMI dari mulai MAPERCA – LK 1 – LK 2 – LK 3 saya kira tidak lagi bias mencukupi kebutuhan kader hari ini selama menjalankan prosesnya, apalagi menjadi jaminan untuk masa depan kader-kader HMI dimasa mendatang. Sedangkan tantangan perkaderan HMI saat ini, dengan rata-rata usia kuliyah 4 tahun, sudah saatnya perkaderan HMI harus berbenah diri pada pola dan kurikulumnya, harus ada akselerasi percepatan dalam system namun tidak mengurangi kualitas bahkan harus terus menjaga kualitas outputnya.
HMI adalah ibarat suatu perusahaan besar yang memiliki SDM/SDA berpotensi besar, namun tidak ada system  yang menjamin peningkatan kualitas para pekerjanya, buruk manajemennya, kepemimpinan didalamnya tidak konsisten, apalagi banyak tarik menarik kepentingan disini, baik dari internal perusahaan maupun eksternal, maka sekiranya perusahaan ini hampirlah koleps/bangkrut. Kalau kita sebagai pemilik perusahaan tidaklah mengambil suatu jalan progresif dan radikal, maka tunggulah masa kebangkrutanya.
Sehingga Pada giliranya harus ada perubahan dan penyegaran system didalamnya, diantaranya :
1.       Harus ada pembaharuan system perkaderan baik dari segi jenjang trainingnya maupun non trainingnya, baik berupa formal maupun non formal, juga berbagai macam aktivitas kadernya secara individu, kelompok maupun organisasional.
2.       Adanya restrukturasi dalam tubuh organisasinya, peremajaan kembali kepengurusan di semua lapisan jenjang struktur, baik dari mulai komisariat-korkom, cabang, badko, hingga PB HMI.
3.       Pengadaan pengurus rayon pada setiap jurusan/prodi di setiap kampus sebagai basis masa/akar rumput organisasi.
4.       Membentuk organisasi underbow pada tingkatan SMA-SMP dengan system training dasar terkait keislaman, kebangsaan dan IPTEK, dll.
5.       Mensupport kembali lembaga-lembaga kekaryaan untuk mengasah potensi yang dimiliki oleh kader-kader HMI.
6.       HMI harus mampu memiliki orientasi baru untuk kader-kadernya, umat dan bangsa ini. Juga mampu mengembangkan opini secara nasional maupun internasional, sebagai pijakan misi jangka panjangnya.
7.       Memperketat dan memperkuat jejaring organisasi di tingkatan alumni, baik yang aktif di KAHMI secara organisasi maupun tidak, mengurangi dampak negatifnya dan menjadikan Alumni sebagai sumberdaya yang terus berpotensi untuk mengembangkan dan menjaga eksistensi HMI, baik didalam internal maupun di eksternal.
Juni, 20-2011
MENJAWAB TANTANGAN KRISIS INSTRUKTUR HMI KEKINIAN
Ibarat sebuah perguruan tinggi, selain lembaga yang menaungi (organisasi) maka haruslah lengkap dengan tenaga pendidik (dosen) juga karyawannya (struktural), namun di HMI hari ini yang sudah seperti lembaga perguruan tinggi yang besar namun sedikitlah tenaga pengajarnya, sehingga mengalami masa tidak keseimbangan dalam perkaderannya. Dengan adanya 20 BADKO, 190 CABANG Dan hampir ada 2000-komisariat dan jumlah anggota sekitar 100.000 anggota yang tersebar diseluruh indonesia sudah barang tentu HMI harus memiliki stok tenaga instruktur 20.000 instruktur dengan rasio 1:5, satu instruktur lima anggota yang dikader, 20.000 instruktur ini yang akan menjalankan segala mekanisme kaderisasi di HMI yang tersebar diseluruh indonesia.
Namun pada realitasnya hari ini, HMI hanya memiliki jumlah instruktur sekitar 500 orang yang tersebar diseluruh indonesia, dan bahkan terkadang ada cabang yang tidak memiliki instruktur sama sekali. Instruktur ini haruslah dihitung dengan masa aktifnya anggota di HMI, karena agar terjadi dinamika yang dinamis dan dialektika yang aktif antar kader dalam perkaderan di HMI. Bagaimana peran alumni? Ini satu pertanyaan yang juga harus dijawab hari ini, dengan berbagai plus-minus-nya, karena pada realitanya, alumni ini kadang membuat dinamika HMI lebih aktif melalui transformasi ke-ilmuan dan profesionalisme yang mereka geluti, namun terkadang juga ada maunya, dengan berbagai macam kepentingan mereka mempengaruhi kader-kader HMI sehingga terjadi perang kepentingan yang nyata dalam tubuh organisasi ini. Hemat saya, kita sudah saatnya menempatkan alumni (KAHMI) pada batas sewajarnya, tempat menggali ilmu, bukan membebek karena silau dengan kesuksesannya yang pada gilirannya terjadi perang kepentingan dan berlanjut menjadi konflik yang akut dan terus memperlemah proses perkaderan baik di PBHMI, BADKO, CABANG, KORKOM, dan KOMISARIAT.
Dalam rangka menjawab krisis instruktur di HMI, maka perlunya ketegasan semua pihak yang ada di organisasi ini, antara lain  :
1.       Mengadakan TRAINING INSTRUKTUR dengan berbagai jenjangnya oleh PBHMI, BADKO, CABANG DAN KORKOM secara berkelanjutan, sehingga kuota 20.000 instruktur terpenuhi.
2.       Memasifkan pengurus BPL, baik BPL PBHMI, KORWIL, DAN DAN CABANG.
3.       Menjalankan proses follow up dan upgrading dengan semestinya pada pasca setiap jenjang training oleh semua jenjang kepengurusan yang ada di HMI.
4.       Adanya terobosan yang brilian oleh Bidang PEMBINAAN ANGGOTA terkait sistem perkaderan dan kurikulumnya.
5.       Adanya keberanian dari PAO HMI untuk menindak tegas pada semua unsur pelaksana training yang menyimpang, mulai dari tataran PBHMI hingga komisariat.
6.       Adanya perpustakaan HMI dan laboratorium Kader HMI agar secara intelektual dan akademiknya terus dirangsang, sehingga mampu memunculkan konsep-konsep teori baru, baik scient maupun ilmu-ilmu sosial-agama.
7.       Adanya komitmen dan konsistensi semua pihak, dari anggota, pengurus dan almuni untuk terus menggiatkan sistem kaderisasi di HMI, baik secara Materi, material maupun non materi.
8.       Adanya sertifikasi terhadap semua instruktur oleh BPL dan BIDANG PEMBINAAN ANGGOTA menurut kemampuan spisalisasi para instrukturnya secara berjenjang dari mulai instruktur MAPERCA - LK I – LK II - LK III
Itulah beberapa tawaran gagasan yang sudah saatnya kita lakukan bersama dengan sesadar-sadarnya. Sehingga dalam 2-5 tahun HMI mampu mandiri untuk mengelola perkaderan secara umum dari mulai  KOMISARIAT-KORKOM-CABANG-BADKO-PBHMI.

RE-DESAIGN SISTEM PERKADERAN DAN KURIKULUM TRAINING KEDEPAN
Perkaderan HMI haruslah dititik beratkan pada kajian-kajian keislaman, mulai dari akidah, akhlak, ibadah, mua’malah dan jihadnya, bagaimana kemudian kader-kader HMI mampu menjaga keselarasan antara Hablum minalloh, hablum minannas dan hablum minal ‘alam.
Konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin seperti tercantum dalam pedoman perkaderan hasil lokakarya di depok tahun 2010 yaitu “ rahmat bagi seluruh alam menurut islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persodaraan (universal brotherhood), egaliter, demokratis, berkeadilan sosial (sosial justice), berakhlaqul karimah, istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas (mustadh’afin), serta mampu mengelola dan menjaga keseimbangan alam.”
HMI sebagai organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi alloh SWT. Sehingga grand desaign perkaderan HMI haruslah mampu membentuk kader yang muslim intelektual profesional mandiri, kenapa harus ada kata mandiri dari tujuan perkaderan HMI? Karena sudah saatnya kader-kader HMI mampu menjadi insan mandiri yang hidup diatas kaki sendiri tanpa harus berlindung dibawah ketiak alumninya karena dampaknya sangat luar biasa ketika mengamati realitas kader-kader HMI hari ini. Kader HMI harus mampu membaca peluang, mengambil peluang itu untuk dijadikan ruang yang mampu mensejahterakan masyarakatnya.
Dalam rangka menjadikan HMI sebagai SECOND CAMPUS maka sistem training haruslah mulai diperbaiki, manajemen yang ketat dan disiplin, kurikulum yang up to date, sehingga akan memiliki kader yang berkulitas dan mampu menjawab tantangan zaman. quality control yang memiliki standar sesui dengan yang diharapkan dalam tujuan dan target pada setiap jenjang training.
Dibawah ini adalah beberapa ide gagasan untuk kurikulum materi dalam setiap jenjang training di HMI, semoga dalam 5-10 tahun ke depan HMI mampu mencetak kader-kader yang sesuai dengan tujuan dan target perkaderan, dan tentunya bisa mewujudkan tujuan HMI pada umumnya.





NO
MAPERCA
LK I
LK II
LK III
UP GRADING/
FOLLOW UP
1.
1.    KE-HMI-AN
2.    KEISLAMAN
3.    KMO
4.    Wawasan Nasional
5.    Wawasan Dunia Profesi
6.    Acievment Motivation
7.    Metodologi Kepenulisan
1.    KE-HMI-AN
2.    KEISLAMAN
3.    KMO
4.    W. Nasional
5.    W.  Scient Dan Teknologi
6.    W. Internasional
7.    W. Enterpreneurship
8.    Kemahasiswaan dan Perguruan Tinggi
9.    Metodologi Kepenulisan
10. Baksos

1.          KE-HMI-AN
2.          KEISLAMAN
3.          KMO
4.          W. Nasional
5.          W. Scient Dan Teknologi
6.          W. Internasional
7.          W. Enterpreneurship
8.          IDEOPOL STRATAK
9.          Sosiologi
10.      Metodologi Penelitian/Riset
11.      Advokasi

1.         KE-HMI-AN
2.         KEISLAMAN
3.         KMO
4.         W. Nasional
5.         W. Scient Dan Teknologi
6.         W. Internasional
7.         W. Enterpreneurship
8.         W. Media Massa
9.         W. Intelejen
10.      Pengabdian






MENGEMBALIKAN PARADIGMA PERKADERAN DI HIMPUNAN

Mengembalikan paradigma dan semangat perkaderan di Himpunan ini tidaklah mudah, namun kita harus tetaplah optimis bahwa perubahan itu masih dan akan ada secara  terus menerus, baik secara cepat maupun lambat dan perlahan. Yang pasti ghirroh/semangat dan motivasi untuk merubah kearah yang positif itu harus kita pompa terus, tak kenal panas dan hujan atau siang dan malam, paradigma itu harus kita hembuskan perlahan dengan target yang telah direncanakan.
Sementara ini kita melihat hampir paradigma dan orientasi kader-kader himpunan ini ada pada struktural yang pada gilirannya akan berebut pada posisi politik di himpunan yang akan diteruskan saat nanti sudah alumni. Jadi, paradigma yang sudah terlanjur terlembagakan di mindsite kader-kader HMI ini harus secepatnya kita geser kembali menjadi mindsite perkaderan, yang pada gilirannya untuk mewujudkan tujuan perkaderan itu sendiri yaitu kader yang MUSLIM INTELEKTUAL PROFESIONAL MANDIRI.
Proses pergeseran paradigma itu bisa kita mulai dari para calon instrukturnya, melalui proses pelaksanaan training-training instruktur dan pembinaannya yang secara berkelanjutan. Melalui duta-duta perkaderan inilah pergeseran paradigma itu kita gulirkan. Kita bekali secara matang untuk terjun pada proses-proses latihan kader, mulai dari MAPERCA-LKI-LKII-LKIII. Sehingga kader yang dihasilkan pada setiap training akan memenuhi kualifikasi yang ditargetkan dalam pedoman perkaderan sesuai profil kader HMI masa mendatang.
Dan ada beberapa catatan dalam proses rekruitmen calon anggota baru, diantaranya; setiap calon anggota harus memiliki bebarapa kualitas, yaitu kualitas akhlakul karimah, potensi intelektualitas, secara ekonomi dari keluarga yang mapan/berkecukupan, memiliki mentalitas yang kuat, memiliki motivasi atau kemauan yang kuat untuk berproses dalam himpunan dan memiliki skill/ keterampilan yang akan dikembangkan di himpunan.
Sedangkan untuk calon instrukturnya harus memiliki kualifikasi awal diantaranya, memiliki kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an dengan baik, memiliki akhlakul karimah,  menguasai beberapa bahasa asing, berpandangan luas dan jauh kedepan, memiliki cara berpikir yang benar, memiliki kepemimpinan yang bagus, tidak memiliki kepribadian ganda/masalah kejiwaan, memiliki kamampuan retorika yang bagus, memiliki kamampuan menulis, terampil dalam dunia training, mandiri.
Pembinaan kader ini kemudian dilanjutkan pasca training menuju training selanjutnya dan seterusnya melalui jenjang follow up yang berkesinambungan dan harus integral dengan materi-materi yang ada di dalam training HMI, dan diteruskan dengan diterjunkan dimasyarakat untuk proses pengabdian awal sesuai skill dan kemampuan para kader-kader, dan proses ini berjenjang sesuai masa kaderisasinya.
Yang terakhir adalah proses pengabdian pasca berHMI, bagaimana para alumni ini nantinya bisa mampu berperan dilingkungannya, sebagai motor penggerak, perngorganisir dan pelopor dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar