Minggu, 21 April 2013

LOGIKA KEKUATAN DAN KEKUATAN LOGIKA

Andi Hakim
Logika Kekuatan dan Kekuatan Logika : Mengaca Kongres HMI

Dari mereka yang bertahan di Hmi ada yang menyukai struktural atau pun mereka yang senang membangun perkaderan.

Saya memilih perkaderan karena sebagai organisasi kader; kekuatan Hmi hanya dan hanya jika perkaderan seperti LK1 dan LK2 terus berjalan.

Sepanjang perjalanan sambil menyaksikan waktu berganti begitu juga dengan orang-orang di dalamnya, saya melihat jika pendapat ini ada benarnya. Hanya mereka yang di perkaderan yang tetap bertahan, sementara yang awalnya berkutat di struktural satu persatu tersingkir karena persaingan atau karena habis waktu sebagai mahasiswa.

Jika saya lihat persaingan di tubuh Hmi ini sudah dibina sejak masa perkaderan LK1. Di materi persidangan; setting dan materi yang disampaikan memang sudah mengarahkan peserta untuk saling beradu argumen sambil sesekali agar suasana memanas, akan ada satu dua senior yang melempar-lempar batu, kursi, atau hujatan. Dengan begitu diharapkan peserta terbiasa dengan dinamika sidang.

Yang saya sayangnya materi sidang ini tidak lebih dulu dibangun dengan landasan logika dan kaidah yang benar. Ini ternyata, setelah teriak-teriak maka sidang tidak lebih daripada interupsi, dan debat kusir, tanpa ada pola diskursus yang menajam dan sehat.

Hal yang kemudian berlanjut pada sidang-sidang seperti konfercab, Musda Badko, dan Kongres dimana mekanisme yang didahulukan adalah logika kekuatan bukan kekuatan logika.

Sehingga kita melihat siapa yang pegang jalur senioritas, bayar cabang buat jual suara, dorong orang berkelahi, atau teriak dianggap sebagai pemenang. Sebagai hasilnya, akan kita lihat satu produk Kongres yang rapuh dan dibangun dengan kekuatan hampa tanpa landasan kokoh.

Inilah kemudian mengapa setiap produk kongres pada akhirnya hanya menghasilkan mereka-mereka yang akan melanjutkan "perkelahian" setelah dipengurusan. Mereka akan pecah kongsi, persaingan ketum dengan sekjen, sekjen dengan ketua-ketua.

Ketiadaan landasan ini yang kemudian meyakinkan kita, dan saya pribadi bahwa; sebetulnya tanpa PB-Hmi atau kongres-kongres toh Badko, cabang, dan komisariat terus berjalan. Dan itu terbukti kongres atau PB Hmi tidak pernah menjadi representasi kekuatan riil Hmi yang lebih dari 1800 Komisariat, 183 Cabang, dan 18 Badko seluruh Indonesia. Hmi sekarang adalah mereka yang dilihat oleh publik sebagai kumpulan iseng saja yang dua tahun sekali ribut berkelahi di kongres.

Melihat itu, saya yakin sekali semenjak masuk dalam organisasi ini, kekuatan politik hanya dapat diperoleh dengan kekuatan logika bukan logika kekuatan. Logika kekuatansu yang dipakai selama ini menunjukkan bahwa sebetulnya semu. dependensi junior kepada senior hanya berlangsung ketika si junior masih menjadi pengurus setelahnya dia dianggap sampah saja.

Begitu pula dengan senior Hmi yang menjual dan memaksa-maksa adik juniornya untuk membantunya membangun gerbong sebetulnya tidak lebih dari minta-minta. Bahkan jauh lebih terhormat tukang minta-minta karena ia menjual kesusahannya bukan hak intelektual dan kesadaran memilih orang lain.

Rangkaian logika kekuatan semu ini yang sekarang seolah-olah terlihat seperti menjadi bagian inti dari kehidupan ber-hmi.

Tetapi saya tetap yakin; dengan tumbuhnya komisariat-komisariat, bertambahnya cabang-cabang, dan cabang persiapan, membesarnya Badko serta maraknya diskusi-diskusi di kalangan mahasiswa Hmi menunjukkan bahwa mereka yang percaya perkaderan dan penajaman "kekuatan logika"- lah yang sebenarnya terus menjadi pemenang di Hmi.

Ada atau tidak adanya kongres, mereka-mereka inilah yang selalu mengokohkan kaki-kaki dan khitah ber-Hmi.

Bila saya ingatkan pilihan-pilihan ini, pada akhirnya mereka yang memenangkan "perkaderan" yang pada akhirnya akan memenangkan politik struktural, jika tidak di Hmi, mungkin ia menang di tingkat yang lebih luas lagi. Karena dalam realitasnya, seperti apa yang di katakan senior Dahlan Ranuwirdjo orang hanya bisa tumbuh menjadi orang besar ketika dia menjadi merdeka dalam tindak dan pikiran... bukan ketika ia menjadi kacung orang.

Andi
Senior Fellow Researcher, Jerman

17 April 2013 Mumbai, India

Tidak ada komentar:

Posting Komentar