Sabtu, 10 Juni 2017

Persoalan Timur Tengah oleh Mang Andi Hakim

Krisis Diplomasi di Semenanjung Arab

Mesir, Bahrain, Uni Emirat memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Qatar menyusul Arab Saudi. Tentu saja langkah ini tidak begitu saja terjadi tanpa sebab-musababnya.

1. Pemutusan hubungan dplomatik ini akan memukul Qatar, mengingat negara kecil tadi tergantung pada pasokan logistik yang dikirim melalui Saudi.

2. Qatar merupakan hub Jazirah Arab. Mereka memiliki pelabuhan dan bandara yang sibuk sebagai penghubung antara Asia-India-Afrika dengan Eropa. Tekanan ini akan mempengaruhi perekonomian mereka.

3. Langkah Saudi Arabia memutuskan hubungan diplomatik secara tiba-tiba ini tidak tanpa paksaan dari pihak kekuataan dominan. Dalam hal ini Inggris dan Eropa.

4. Pasca serangan bom di Manchester dan London, Partai Konservatif memanfaatkannya untuk menyerang Walikota Sadiq Khan yang cukup populer dari Partai Buruh. Mereka seperti biasa membutuhkan kambing hitam bagi praktik hiprokrit barat dalam perang teror. Kita tentu faham, jika eropa terutama Prancis dan Inggris adalah pemasok manusia dan senjata untuk perang proxy mereka di Suriah-Irak dan Libya.

Partai Konservatif segera mendorong diterapkannya High-Alert diseluruh Britania Raya yang beberapa poinnya adalah;

a. Menerapkan travel ban lebih luas bagi penduduk dan pendatang dari negara mayoritas Islam.
b. Menerapkan kebijakan renunsiasi (penghapusan kewarganegaraan) bagi orang Inggris yang terlibat perang di Suriah, Libya, dan Irak.
c. Menuntut (mencari kambing hitam) negara-negara arab yang dianggap bertanggungjawab mendanai teror-teror di eropa.

Sejauh ini, Sadiq Khan -yang potensial sebagai PM Inggris masa depan- dan juga politisi partai Buruh menolak mengomentari serangan kelompok konservatif.

6. Namun secara eksternal serangan kelompok konservatif ini langsung ditujukan kepada Saudi Arabia dan Qatar sebagai penggalang dana dan alat bagi serangan-serangan di UK dan eropa. Sekali lagi mereka membutuhkannya untuk dalih dan mencari kambing hitam.

7. Qatar dan Saudi Arabia secara terbuka menyatakan diri terlibat dalam up-rising (kerusuhan) dan perang teror oleh ISIS di Suriah, Libya dan Irak. Kedua negara secara terbuka mengajukan proposal untuk tidak mengakui pemerintahan Basir Al Assad Suriah dan mendukung fatwa Jihad lewat ulama-ulama Wahabi dan Salafi. Salah satunya Fatwa Jusuf Qardawi untuk membunuh siapa saja orang suriah yang mendukung Assad.

8. Saudi melemparkan persoalan tanggungjawab proxi faham terorisme kepada Qatar. Saudi menyatakan bahwa dirinya tidak terlibat dalam dukung-mendukung kelompok teroris seperti Al Qaeda dan ISIS.

9. Qatar dalam waktu dekat akan membalasnya. Namun sebelumnya mereka membutuhkan diskusi dengan pihak AS. Ini karena AS memiliki pangkalan militer terbesar mereka di Timur Tengah. Destabilisasi Qatar tentu harus terukur.

10. Jika krisis diplomasi ini berlanjut, maka akan berdampak kepada Bahrain, Uni Emirat, dan Mesir sendiri.

11. Aksi perlawanan Iran-Irak-Suriah-Lebanon (selatan) akan sedikit diuntungkan dengan sengketa persaingan Qatar dengan Saudi Arabia.

12. Israel juga akan sedikit diuntungkan, mengingat Qatar berbeda sikap dalam krisis Palestina dengan Saudi Arabia. Jika Arab Saudi selalu menyalahkan Hammas sebagai biang instabilitas di Palestina, sebaliknya Qatar mendukung Hamas dari pendanaan. Sengketa diplomasi ini akan menguntungkan Israel.

13. Iran tidak terlalu diuntungkan dengan persengketaan ini. Mengingat negara tadi lebih membutuhkan Timur Tengah yang stabil daripada menjadi pemain dominan di kawasan. Mengambil alih dominasi Saudi atas negara-negara arab adalah pilihan paling tidak mungkin untuk dijalankan oleh negara mullah ini. Selain mereka bukan arab (negara Parsi), Iran membutuhkan stabilitas bagi ekonomi mereka yang sedang ditata untuk terus tumbuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar