Sabtu, 10 Juni 2017

Persoalan Timur Tengah oleh Mang Andi Hakim

Integrasi dan Disintegrasi Geo-pol Timur Tengah

Pada saat Arab Saudi menggalang lebih banyak negara teluk untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, Rusia dan Cina sepakat mendorong keanggotaan Iran dalam Shanghai Cooperation Organization (SCO). Sebuah lembaga kerjasama euro-asia politik-ekonomi-militer yang dimotori Rusia dan Cina pada 2001 untuk memperkuat kerjasama antar negara-negara berbagi perbatasan di kawasan Asia Tengah.

Tindakan mengeliminasi Qatar dalam forum negara teluk oleh Saudi ini adalah fakta bahwa segala bentuk kerjasama internasional sangat bergantung kepada batasan lokal, yaitu kepentingan domestik suatu negara.  Ia tidak pernah menjadi  sesuatu yang ideologis. Sehingga setelah dunia Arab sibuk dengan gagasan-gagasan besar seperti pan islamisme, pan arabisme, khilafah, serta negara utopia ISIL nyatanya mereka harus menerima bahwa persatuan tadi sulit diwujudkan.

Menajamnya persaingan geo-politik Saudi versus Qatar untuk menjadi pemain utama kawasan adalah contoh dari lebih kuatnya kepentingan dalam negeri ketimbang gagasan besar tadi. Persaingan yang dikemas dalam persatuan palsu tadi telah membawa kawasan ini ke jurang krisis diplomasi dan selanjutnya disintegrasi dunia arab (Islam) yang lebih terbuka.

Qatar dan Saudi dituduh oleh negara-negara tetangganya sebagai pemasok utama dana dan milisi jihadis dari banyak negara eropa dan islam lainya untuk menciptakan krisis di Libya, Suriah, dan Irak. Mereka berperan sebagai mesin proxy bagi kepentingan barat (Prancis, Inggris, AS) untuk mendestabilisasi dunia arab.

Sekarang setelah para jihadis tadi dipukul di banyak front terutama di Irak dan Suriah, mereka kembali ke eropa dengan lebih banyak pengalaman teror dan membuat serangan-serangan mematikan di eropa. Yang kemudian menciptakan krisis politik di eropa.    

Di sisi lain kita melihat langkah cepat Rusia dan Cina menaikkan status Iran dari pengamat menjadi kandidat anggota dari SCO adalah juga langkah integrasi lebih luas untuk mengamankan kepentingan masing-masing anggota SCO.

Konflik Qatar dan Saudi yang dikenal sebagai pemasok dana, senjata dan manajemen bagi kelompok teror tidak memustahilkan masing-masing negara akan menggunakan milisi-milisi teror untuk saling mengganggu kepentingan mereka.

Ini artinya, akan ada medan-medan perang teror yang bisa saja muncul akibat persaingan dua pemasok besar teror di kawasan.

SCO telah merelease laporan bahwa ada lebih dari 80 ribu warga negara Euro-sia yang menjadi milisi teroris bayaran di Suriah dan Irak. Mereka diperkirakan akan kembali ke negaranya dengan semakin rumitnya persaingan antara Qatar dan Saudi. Yang artinya, ancaman keamanan oleh aksi-aksi teror para alumni ISIS dan Al Qaeda ini dapat merusak stabilitas kawasan.

Masuknya Iran sebagai anggota tetap SCO akan memperkuat kemitraan negara-negara euro-sia yang kebanyakan terdiri dari bekas pecahan Sovyet dan Cina. Iran dan Rusia telah bekerjasama dalam penanganan anti teror di front Suriah dan Irak, dan pengalaman ini dibutuhkan SCO untuk memperkuat kerjasama lebih luas dalam menghadapi kemungkinan distabilitas yang lebih buruk di kawasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar