Minggu, 28 Agustus 2016

CHE GUEVARA "PERANG GERILYA"

CHE GUEVARA “PERANG GERILYA"

Bergabungnya Che dengan Fidel Castro di Kuba membawa sejarah revolusioner sendiri bagi pribadi seorang Che. Pada bulan Juni 1956 ketika Che pergi bersama kelompok Fidel Castro, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista. Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya. Seperti diketahui bahwa awal mula Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang saudara Spanyol, juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina. Krisis ini memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis kiri, Juan Peron, seorang yang ditentang Guevara. Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya. Maka muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan terutama kepada dolar Amerika Serikat ,yang dianggap sebagai lambang kapitalisme.
Pada Kemenangan perjuangan bersenjata rakyat Kuba atas kediktatoran Batista bukan hanya merupakan kejayaan kepahlawanan sebagaimana dilaporkan oleh siaran warta berita di seluruh dunia; Kemenangan itu juga mendorong perubahan dalam dogma-dogma lama mengenai perilaku massa rakyat Amerika Latin. Secara nyata ia menunjukkan kapasitas rakyat untuk membebaskan dirinya melalui perjuangan gerilya melawan pemerintahan yang menindasnya. Perang geriliya disini berkembang dalam dua lingkup yang berbeda. Pertama adalah rakyat, sebagai masa yang maisih tertidur dan harus dimobilisasi, dan yang kedua adalah pelopornya, kekuatan  motor mobilisasi, pembangkit kesadaran revolusioner dan antusiasme  militan. Pelopor ini merupakan agen katalisator yang membangkitkan kondisi subyektif yang diperlukan untuk memperoleh kemenangan. Perang gerilya, basis dari perjuangan rakyat untuk membebaskan dirinya, memiliki karakteristik yang bermacam-macam, segi-segi yang berbeda, bahkan sekalipun esensinya adalah tetap sama : Pembebasan. Nyatalah bahwa perang diatur oleh seperangkat hukum ilmiah tertentu, dan siapapun yang menentangnya akan mengalami kekalahan dalam peperangan itu. Perang gerilya sebagai sebuah fase perang diatur oleh semua hukum-hukum tersebut. Karena aspek-aspek khususnya, bagaimanapun juga, ia juga memiliki seperangkat hukum tambahan yang harus diikuti untuk membawanya lebih maju. Pada dasarnya kondisi sosial dan geografis dimasing-masing negara menentukan corak dan bentuk khusus dari perang gerilya; namun hukum esensinya berlaku untuk semua perjuangan dari jenis ini.
Revolusi Kuba telah memberikan tiga kontribusi fundamental bagi perilaku gerakan revolusioner di Amerika Latin, yaitu :
  1. Kekuatan rakyat dapat memenangkan sebuah peperangan melawan tentara.
  2. Adalah tidak perlu menunggu hingga semua syarat kondisi Revolusi ada; pemberontakan dapat menciptakannya.
  3. Di Amerika Latin yang terbelakang ini, arena perjuangan bersenjata pada dasarnya haruslah di daerah pedesaan. Hal ini merupakan sebuah pembuktian  terhadap mereka yang secara dogmatis berpandangan bahwa perjuangan massa berpusat dalam gerakan-gerakan di perkotaan, yang mana mereka sepenuhnya mengabaikan partisipasi yang luar biasa dari rakyat pedesaan didalam kehidupan semua negara terbelakang di Amerika Latin. Disini kita bukannya melecehkan perjuangan massa buruh yang terorganisasi. Di sini kita semata-mata melakukan analisis secara realistik terhadap kemungkinan-kemungkinan, dibawah kondisi sulitnya perjuangan bersenjata, dimana jaminan-jaminan yang biasanya menghiasi konstitusi kita telah ditekan atau diabaikan oleh penguasa. Di dalam kondisi demikian gerakan bawah tanah kaum buruh  menghadapi banyak bahaya. Mereka harus bergerak  tanpa persenjataan. Situasi di daerah pedesaan yang lebih terbuka tidak terlalu sulit. Dimana penduduk dapat didukung oleh gerilya bersenjata di tempat-tempat yang berada diluar jangkauan represif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar