Selasa, 12 Maret 2013

BPL HMI; SEMAKIN KOKOH ATAU BUBAR!

BPL HMI; SEMAKIN KOKOH ATAU BUBAR!
(Sebuah otokritik)
Oleh AHLAN EL-FAZ  ( FUNGSIONARIS BPL PBHMI)

Sekilas BPL HMI
BPL HMI adalah singkatan dari Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam. Badan ini berstatus sebagai badan pembantu HMI (tangan panjang dari Bidang Pembinaan Anggota HMI). Dalam garis strukturalnya BPL PB HMI berkedudukan ditingkat Pengurus Besar HMI, BPL HMI Cabang ada ditinggkat Cabang. Sedangkan untuk membantu BPL PBHMI dalam wilayah perkaderan HMI maka BPL PBHMI membentuk system Koordinator Wilayah (KORWIL) sebanyak 3 Korwil, yaitu Korwil Jawa Bali Nusra, Korwil Sumatra, Korwil Indonesia Timur.
BPL HMI bertugas menyiapkan pengelola latihan atas permintaan pengurus HMI setingkat, meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelola latihan dengan jalan menyelenggarakan training pengelola latihan (Training Instruktur dari mulai Tingkat Dasar hingga Tingkat Professional), mengadakan forum-forum internal dilingkungan intern BPL HMI, meningkatkan kualitas latihan dengan jalan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan latihan, membuat panduan pengelolaan training HMI, melakukan standarisasi pengelola training dan pengelolaan training, memberikan informasi kepada pengurus HMI setingkat tentang perkembangan kualitas latihan.
BPL PBHMI memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan pelatihan ditingkat nasional yang meliputi latihan kader III, Pusdiklat, Up Grading Instruktur NDP dan upgrading Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan, juga training instruktur tingkat utama dan professional. BPL HMI Cabang memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan latihan yang meliputi LK I, LK II dan latihan ke HMI an lainnya. BPL dapat menyelenggarakan training lain yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya manusia.
BPL PB HMI Bertanggung jawab kepada pengurus besar HMI melalui Muyawarah Nasional BPL PBHMI, BPL HMI Cabang bertanggung jawab kepada pengurus HMI cabang melalui Musyawarah BPL HMI Cabang.
BPL HMI Mendayung Ditengah Badai Yang Siap Menghantam

Konflik di tubuh Himpunan ini sudah biasa/lumrah, namun muatan konflik harus jelas dan tentunya seperti contoh konflik ideologi/pemikiran pada akhir tahun 60-an, dan pertengahan tahun  80-an, atau konflik dengan eksternal seperti dengan PKI dan pemerintahan yang sudah tidak menjalankan amanat rakyat. konflik-konflik seperti itu bisa produktif bagi kader-kader HMI, namun kalau konflik ini sekedar konflik pribadi yang dibawa jadi konflik kelompok-kelompok yang punya ide dan kepentingan secara pragmatis berbeda, maka tunggulah kehancurannya.

Kader-kader HMI juga harus faham betul bagaimana kerajaan-kerajaan di nusantara ini hancur, mereka hancur karena konflik internal, perebutan kekuasaan, rebutan harta, dan rebutan perempuan-perempuan didalam kerajaan yang pada giliranya melemahkan stabilitas kerajaan tersebut. dan pada giliranya ketika para penjajah datang, maka mereka bisa dengan mudahnya mengadu domba, sehingga mereka dengan mudah menguasai nusantara ini untuk dijajahnya.

Konflik ini tidak hanya ada ditataran pusat (PBHMI) namun sudah mengakar dan meng-urat hingga ke BADKO, CABANG DAN KORKOM, karena disinilah mulai muncul kepentingan-kepentinga internal dan eksternal bertemu, dan bagai manakah kita menyikapi hal ini? inilah pertanyaan besar yang haru dijawab oleh kita sendiri sebagai kader HMI yang masih punya masa keanggotaan.

BPL HMI Dalam Dilema

Semenjak berdirinya BPL HMI berjalan terseok-seok dengan Ketua Umum nya yang pertama yaitu Hasbulloh Khatib. setelah pergantian nama dari BAKORNAS LPL HMI dengan Direktur  Encep Hanif Ahmad. Jumlah  struktur di BPL PB HMI tidak sesuai dengan tugas dilapangan yang sangat berat baik ditataran PBHMI sampai di BADKO-BADKO, hingga pada pengurusan Muhammad Istazkiya dan sampai sekarang-pun masih sama, kesibukan / aktifitas para pengurus yang tidak lagi bisa intens dalam mengurusi pentrainingan di HMI menjadi masalah krusial yang belum bias dijawab oleh organisasi induknya, yaitu BPHMI. Sehingga BPL PBHMI yang saat ini di pimpinan oleh M. Yusro Khazim sangat miris, ketika hanya 3-5 orang saja yang mau menjalankan organisasi ini baik dari tanggung jawab di PBHMI, BADKO hingga Cabang.

BPL HMI adalah ibarat barisan pasukan terdepan dalam perkaderan HMI, menjadi barisan terdepan dalam sebuah peperangan tidaklah mudah, dan mungkin paling tidak disukai/diminati oleh seseorang, karena apabila dalam peperangan maka bisa mati pertama kali dimedan peperangan, namun tanpa barisan terdepan maka ribuan bahkan jutaan pasukan tak akan ada artinya, oleh karena itu, biasanya pasukan terdepan haruslah memiliki kemampuan tempur yang tak terkalahkan dan bermental baja, sekali berarti setelah itu mati.

BPL HMI sebagai wadah bagi para instruktur yang siap perang tanding dimedan perkaderan tentu memahami hal tersebut, tugas yang berat dan selalu menjadi ujung tombak bagi perkaderan HMI, tanpa instruktur dalam sebuah training maka ibarat kuliyah tanpa dosen. HMI tanpa instruktur yang tergabung dlm BPL HMI maka ibarat sebuah kampus yang tak punya dosen, sehingga arah perkuliyahan tidaklah jelas dan tak tentu arahnya.

Menyoal kualitas dan kuantitas SDM Instruktur di HMI Secara nasional. berbicara kualitas, maka bisa saya katakan bahwa HMI hari ini hanya memiliki Instruktur yang hanya layak untuk mengelola LK 1 saja, hal tersebut bisa dilihat dari training-training instruktur/SC/TPL selama ini, kurikulimnya hanya berkutat pada pengelolaan LK 1 saja, apalagi apabila kita lihat dari sudut pandang konsep training Instruktur yang ada dalam Pola Pembinaan Pengelola Latihan BPL HMI yang memiliki jenjang sampai instruktur LK 3, oleh karena itu saya sangat miris sebenarnya ketika melihat instruktur yang terpaksa atau dipaksakan secara struktural dan kultural untuk mengelola training di HMI saat ini, baik mulai LK 1- LK 2- LK3, oleh karena itu sebenarnya saya yang sekarang mendapat amanah di BPL PBHMI sebagai KORWIL JAWA-BALI-NUSRA mencoba terus untuk mensosialisasikan terkait konsep pola pembinaan tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Instruktur di HMI selama hampir dua tahun ini.

Sedang permasalahan kuantitas, saya katakan bahwa HMI hari ini mengalami krisis instruktur yang sangat krusial, bagaimana mungkin HMI secara nasional kurang lebih hanya memiliki 500-700 Instruktur Saja (dihitung masa aktif keanggotaan diHMI), sedangkan HMI secara nasional saat kongres HMI di depok kurang lebih ada sekitar 300.000 anggota, ibarat sebuah kampus yang memilki mahasiswa 300.000 dan hanya memilki dosen 500 - 700 an, bagaimana sistem pembelajaran/pendidikan nya bisa berjalan dan memiliki kualitas SDM yang bagus dan berkualitas?

Krisis Instruktur HMI

Menurut saya, permasalahan besar yang harus dijawab oleh Pengurus HMI dari PBHMI hingga Komisariat saat ini, yaitu masalah Krisis Instruktur di HMI, karena merekalah yang akan menjadi intelektual organik untuk menjaga kualitas kader-kader, dan menjadi gawang/benteng bagi organisasi ini, tentunya Instruktur yang memiliki tanggung jawab tinggi, punya integritas dan berkualitas, sehingga akan mampu mengkader dengan baik dan berkualitas seperti apa yang diharapkan dalam tujuan perkaderan HMI, yaitu MUSLIM INTELEKTUAL PROFESIONAL  MANDIRI* (*:tambahan dari penulis).

Untuk meningkatan kualitas instruktur maka kita harus asah betul SDM yang ada dihimpunan ini, mari kita canangkan selama 1-2 tahun kedepan HMI harus mampu mencetak Instruktur diberbagai tinggkatannya dengan jumlah kurang lebih 45.000 – 60.000 kader Instruktur, dan mereka ini yang akan kita terjunkan pada training-training di HMI se Indonesia.

Selain itu kita juga harus menyiapkan suprastruktur dan infrastrukturnya, sistem yang baik dan progres diharapkan mampu mencetak kader-kader yang progresif dan memiliki integritas tinggi. sehingga kedepan kader-kader HMI tidak lagi berebut jabatan struktural, namun bisa beralih untuk menciptakan peluang-peluang profesionalitas, entrepreneurship dan dunia pemikiran ke-Islam-an dan globalisasi.

-=-

Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya mengajak pada seluruh elemen yang ada di HMI untuk memikirkan permasalahan krisis INSTRUKTUR ini, tentunya juga secara kelembagaan yaitu BPL sebagai wadah para instruktur di HMI ini. Khususnya kawan kawan di tubuh BPL HMI secara nasional, meng-evaluasi permasalahan internal kelembagaan sehingga benar-benar bisa menjawab tantangan krisis instruktur ini. dan pada umumnya pengurus HMI dari Pengurus Besar hingga Pengurus Cabang secara nasional.

HMI kedepan harus memiliki sekitar 45.000-60.000 INSTRUKTUR, dengan rasio 1:5, 1 instruktur memilki tanggung jawab untuk mengkader 5 anggota. sehingga aktivitas perkaderan di HMI benar benar efektif dan dinamis.
Inilah evaluasi dan otokritik saya kalau perkaderan HMI mau berjalan dengan ideal dan tak mau bubar!

Dan akhirnya hanya satu kalimat yang akan saya katakan untuk mengakhir tulisan ini, "Mari kita mulai melakukan perbaikan Perkaderan HMI sekarang juga!".

2 komentar:

  1. Idzin kanda ... Mohon bagi ilmunya : 126sinaga@gmail.com

    BalasHapus
  2. Sepakat, sudah waktunya HMI melakukan Evaluasi dan melakukan gerakan perubahan yang lebih baik. selam ini terlintas HMI penghasil kader-kader yang cerdas dengan politik pragmatis, hal ini sangat di sayangkan. Sisi Intelektual semakin terkis, dalam hal ini sudah seyogiynya sebagai kader HMI jangan terjebaka pada romantisme sejarah masa lalu.

    Salam Perubahan
    Salam berkelimpahana

    BalasHapus