TIRAN
by Zeng Wei Jian
Ada tiran baru di Jakarta. Dia mau semprot demonstrans dengan gasoline canon tank. Mungkin biar mudah dibakar, biar langsung terpanggang para demonstrans itu.
Tiran ini pernah bilang ngga ragu eksekusi seribu demonstran before the camera. Dia gak peduli. Saat ditanya soal HAM, dia jawab; Hamburger!
Tiran ini dibacking para taipan, cukong, makelar properti dan calo tanah. Ga heran bila dia bisa sewa buzzer pelintir berita. Tampaknya para buzzer itu cuma ex pengangguran tanpa skill. Cuma bisa baca tulis. No dignity. Mereka makan gaji duwit haram. Publik heran dari mana budget untuk menggaji buzzer dan tentara jin dunia maya itu.
Tiran muda ini sering bilang orang miskin itu PKI, ga usa dikasihani. Setahun berkuasa dia sudah memiskinkan 8 ribu KK dari berbagai titik gusuran.
Tiran galak ini bikin putra Daniel Johan, Wakil Ketua Komisi III DPR-RI, ketakutan. Sekalipun kalah oleh Prof. Yusril di PTUN, tiran ini tetap bersikeras gusur Bidara Cina.
Tiran energik ini suka memaki. Kata-katanya kotor dan kasar. Seorang ibu dimaki maling in publik. Anggota DPR dimaki "taik-taik" on tivi screen. Si anchor berkacamata langsung disrespect.
Tiran ini suka sekali dengan kamera dan publikasi. Artis Ahmad Dhani pun kalah rating. Semakin bicara, semakin ketauan kualitas intelektual sang tiran: Minim.
Tiran ini mengklaim dicintai 1 juta KTP warga. Ada kasus "pendukung-tiran" memaksa karyawannya serahkan KTP. Tanpa alasan jelas, belum lama ini, sang tiran memberikan hibah 500M kepada KPUD dan Bawaslu. Tujuannya bisa ditebak. Supaya tidak didiskualifikasi ikut pilgub.
Tiran ini seorang avonturir sejati. Selain pernah berakting bagaikan Indiana Jones arungi Sungai Ciliwung, dia juga berpetualang di ranah emosi warga. Alhasil, Lurah Penjaringan, Camat dan Sekda nyaris tewas digulung warga Luar Batang. Sang tiran sendiri nyantai di rumah mewah di Pantai Mutiara yang tiga tahun ngga bayar PBB.
Tiran ini ngga punya wawasan. Dia bilang nenek moyang kita 'goblok' karena tinggal di bantaran sungai. Seakan ngga pernah sekolah, tiran kecil ini tidak tau bahwa peradaban Mesir kuno berkembang di pinggir sungai Nile. Begitu juga dengan semua peradaban manusia di belahan bumi lain. Tigris, Yangtze, Huangho, Themes, Bengawan Solo, Hindus adalah sungai tempat peradaban manusia awal. Tempat hidup nenek moyang kita yang 'goblok' kata si tiran.
Tiran ini punya hobi ngambek. Dia mau 'sue' majalah Tempo. Pasca Tempo rilis reportase barter proyek reklamasi. Si Tiran yang mengklaim diri sebagai "Sang Sinar Mentari Rembang Pagi" urung mempidanakan Tempo beberapa hari kemudian. Dengan gagah perkasa, dia bilang bila dia dituntut para developer maka itu adalah dosa Tempo.
Tiran ini sangat tidak konsisten dalam ucapan dan perbuatan. One day dia berkata loyal kepada konstitusi. Lain hari dia bilang dia ngga suka ikut aturan. Padahal dia pejabat publik. Mestinya berperilaku sesuai aturan; baik legal formal mau pun norma sosial tak tertulis.
Tiran aneh ini pernah berkata Tuhan aza dia lawan. Ga heran bila Mantan Ketua MPR dan PP Muhamadiyah Amien Rais dicibir sebagai "orang tua pikun".
Tiran preman ini anti masukan, apalagi kritik. Dia lancarkan verbal abuse kepada pribadi Jaya Suprana yang memintanya untuk sedikit lebih santun. Jaya Suprana malah dimaki sebagai provokator, rasis, warga kelas dua dsb. Saking brutalnya aksi premanisme tiran ini, dia diminta Rocky Gerung untuk periksa psikologi. Malu-maluin, si tiran dilihat sebagai orang tidak waras.
Tiran tukang klaim ini sering mengakui warisan former governors sebagai prestasinya. Busway, MRT, jalan tol. Padahal Jakarta makin macet setelah tiran ini berkuasa. Belakangan, seorang buzzer ber-KTP Medan Sumut menyebar viral betapa bersih sungai setelah dihandle sang tiran. Ngga taunya itu Sungai Kalimas di Surabaya.
Tiran ngawur ini ngamuk saat BPK temukan 70 masalah dalam administrasi pemerintahannya. BPK memperkirakan managemen pemerintahan sang tiran berpotensi merugikan kas daerah sebesar 1,71 triliun dalam satu tahun anggaran saja. Sarat korupsi, boros, blur dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Sang Tiran nyaris kena stroke dengan temuan BPK ini. Saking geramnya, dia mengecam BPK ngaco! Publik pun ketawa dibuatnya.
Tiran ini nyeleneh. Sebagian orang melihatnya sebagai "stupid moron". Bagaimana tidak, dia beli lahan rumah sakit dengan harga NJOP keliru. Dampaknya, keuangan daerah merugi 191 miliar. Ketika diminta untuk membatalkan pembelian lahan itu, sang tiran bersikeras menolak. Kartini Mulyadi mengatakan hanya terima 350-an miliar. Jadi kemana 400-an miliar sisanya. Mungkin ini alasan si tiran dablek itu menolak rekomendasi BPK agar pembelian lahan itu dibatalkan.
Tiran ini tidak tau budi. Sebelum jadi tiran dia pura-pura baik. Dia sering sowan minta dukungan ke warga Kampung Pulo, Pasar Ikan dan Bukit Duri. Sunny anak magang pernah jadi sopir si calon tiran ketika sowan ke Sanggar Ciliwung. Setelah jadi tiran, warga di daerah tersebut digusur tanpa kompensasi dan dialog.
Tiran ini ternyata tukang bohong. Ngga tanggung, pejabat setingkat Menteri Kordinator bilang begitu. Pasalnya si tiran bilang tidak ada ikan dan nelayan di Teluk Jakarta. Padahal nelayan Jakarta mensuplai ikan segar sejabotabek.
Tiran berkacamata ini sering difitnah sebagai "pemberantas korupsi". Sekalipun bukan anggota KPK dan tidak pernah sekali pun menangkap koruptor. Malah si tiran terjerat di beberapa skandal korupsi seperti Sumber Waras, UPS, Transjakarta dan Reklamasi.
Tiran ini modal nekad. Edan kata banyak orang. Dia bisa gunakan satu pasal 121 Perpres 40/2014 menganulir UU No.2/2012 dan Perpres 71/2012. Gratifikasi, barter proyek reklamasi dan penggunaan dana non-budgeter sewa tentara dia anggap tidak melanggar diskresi. Tiran ini menginjak Asas Umum Pemerintahan Baik (AUPB), UU anti korupsi dan pelintir diskresi. Dia lupa diskresi baru bisa dilakukan untuk mensejahterakan warga. Bukan untuk sewa tentara gusur rumah di Kalijodo dan Pasar Ikan. Publik juga belum tau berasal dari mana pendanaan sukarelawan pendukung si tiran. Mungkin itu juga bagian dari interpretasi diskresi sang tiran dari belitong island.
Tiran kutu loncat parpol ini nyantai labrak penyalahgunaan wewenang yang diatur pada Pasal 17 UU No. 30 Tahun 2014. Kedoknya ga langgar diskresi. Sekali lagi, tidak melanggar diskresi. Denny JA menulis, "Jika semua perda yang mentok berarti kebolehan diskresi, maka perda tak akan lagi dibutuhkan karena tanpa perdapun kepala daerah akan membuat diskresi dengan alasan yang sama: ketiadaan atau kekosongan hukum." Saya kira Denny JA benar. Ahok jelas menyelewengkan diskresi.
Tiran ini bernama Ahok. Dia bilang singkatan "Anak Hoki". Seorang netizen tidak sepakat. Baginya, Ahok adalah akronim "Anak Haram Otak Kotor". Nama resmi Ahok adalah Basuki Tjahaja Purnama. Disingkat BTP. Dicocok-cocokan dengan slogan "Bersih-Transparan-Profesional". Itu nama gue, kata Ahok suatu kali. Seorang netizen bilang, yang benar; "Begok, Tolol, Pembohong."
Saya kira netizen itu sedikit berlebihan.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar