*KUDETA DUNIA MAYA*
Oleh: Fahri Hamzah
Begini peta besarnya. Media hari ini terbagi dua...
Secara sosial ini indah sekali...
Saya mengajak kita secara dewasa menikmati keindahan ini...
Pertama yang melihat AksiDamai411 sebagai fenomena yang positif karena tidak mudah hadir
Kehadiran sejuta massa (menurut saya Yg hadir dari awal) menarik diberitakan apa adanya...
Ini sekedar sekumpulan rakyat dalam jumlah paling besar jika dibanding dengan yang pernah ada..
Media aliran pertama ini pasti akan dikelompokkan kepada pro AksiDamai411 padahal mereka hanya meliput berita
Memang, AksiDamai411 dipandang dari sudut apapun adalah aksi sangat besar...
Beberapa analis sosial mengontak saya, mereka kira akan ada kudeta.
AksiDamai411
Menurut mereka, mustahil masa sebesar itu tidak dilanjutkan dengan kudeta
Massa itu terlalu besar untuk sekedar dibiarkan berhenti dan bubar
Berapa massa dalam peristiwa ArabSpring atau Reformasi1998, massa AksiDamai411 masih lebih besar
Berapa rezim yang tumbang oleh massa itu tapi AksiDamai411 massanya lebih besar.
Ada 2 yang membedakan, pertama AksiDamai411 memang damai. Luar biasa sampai ada provokasi dari luar.
Beda kedua adalah memang tidak ada niat dan persekongkolan kudeta.
AksiDamai411
Dalam setiap kudeta pasti ada perjanjian antara pemimpin massa dan elit militer.
Dan kudeta tidak ditentukan oleh massa tetapi oleh pengambilalihan kuasa oleh militer.
Tiga kudeta terakhir yang kita saksikan; Mesir (2013) Thailand (2014) dan Turki (2016).
Kudeta Kepada Presiden Erdogan gagal karena militer tidak didukung rakyat.
Saya tidak perpanjang teori kudeta. Tetapi menarik membaca hestek dunia maya;
Ini mengantarkan kita kepada kelompok media kedua, yang memang tidak suka dengan AksiDamai411 sejak awal.
Kelompok ini bersekutu dengan yang bikin hestek KudetaGagal karena mau menyerang
Mereka selalu bikin frame sendiri yang tidak sesuai kenyataan.
Inilah yang saya anggap Kudeta Dunia Maya terhadap semua hal. Mereka bekerja sudah lama.
Kelompok ini tidak punya rakyat. Mereka tidak tahan hidup dengan rakyat. Tapi mereka punya uang.
Mereka pandai sekali melakukan manipulasi. Seolah rakyat bersama mereka.
Dulu kelompok ini leluasa. Menciptakan realitas dan opini tidak berbasis fakta.
Seandainya kemarin itu aksi di zaman tak ada kamera dan teknologi murah social media tentu takkan ada gambar massa
Mereka sangat tidak mau rakyat nampak dalam bentuk yang nyata.
Mereka mau rakyat adalah mereka yang mendifinisikan. Jumlahnya mereka yang tentukan
Zaman hanya ada koran dulu, aksi massa yang kita lakukan sampai hampir bikin putus asa:
Hanya kalau mereka sudah BERKEPENTINGAN massa ditampilkan apa adanya.
Kalau tidak, 100.000 dibilang 1000 dan 1000 dibilang 100.
Sementara itu kita sulit melakukan konfirmasi karena tidak semua orang bisa beli kamera dan rakyat tdk punya media.
Tapi sekarang, Alhamdulillah. Kita semua sudah punya kamera bahkan punya media sendiri.
Manipulasi tidak lagi gampang dilakukan. Tapi apakah mereka berhenti? Tidak!
Sekarang semua media punya battleground baru di ranah media sosial.
Para pengusaha media sekarang tidak bIsa bekerja sendiri. Tanpa Buzzer, mereka bisa mati.
Media sekarang tidak bisa hanya memproduksi News. Bisa punah oleh perang social media.
News bagus tanpa buzzer bisa kalah oleh News jelek yang di-spin oleh pasukan nasi bungkus.
Inilah yang juga membuat hampir semua media sekarang mengembangkan sayapnya.
Tidak cukup punya koran sebab kalau tidak punya TV maka koran bIsa punah.
Muncullah konglomerasi media. Sehingga di Indonesia media hanya dikuasai oleh kelompok berhitung jari.
Tapi kenapa kelompok kedua ini bertindak melakukan KUDETA DUNIA MAYA? Karena mereka tidak memiliki dunia nyata.
Kemarin, dalam Aksi mereka tidak saja memakai hestek KUDETAGAGAL tapi melakukan spin pernyataan Presiden soal AKTORPOLITIK.
Jika kelompok media pertama fokus pada peristiwa dan dinamikanya. Mereka ikut disain penguasa.
Kelompok media kedua ini memang salah satu cirinya adalah selalu bersama penguasa.
Mereka selalu ingin berkuasa. Karena bersama kekuasaan, manfaat selalu lebih besar.
Maka mereka akan mentarget siapapun yang selalu berseberangan dengan penguasa.
Coba lihat spin AksiDamai411 yang awalnya muncul karena ada upaya melindungi penista agama.
AksiDamai411 itu diputar seolah KudetaGagal yang ditunggangi aktorpolitik tertentu.
Padahal pernyataan Presiden itu fatal. Dalam standar apapun tuduhan Presiden ini amatir.
Tapi memang dari awal kelompok kedua ini telah bekerja untuk tujuan kekuasaan.
Mereka buat yang sombong nampak sopan, yang bohong tampak benar dan maling jadi pahlawan.
Nampak yang salah jadi benar, yang bodoh nampak pintar, yang dangkal nampak dalam dan yang kejam nampak penyayang.
Dengan kekuatan uang dan pengaruh pada kekuasaan mereka mengintimidasi ruang publik.
Mereka menguasai apa yang disebut WilayahMakna sehingga mereka jadi standar definisi.
Pengusiran disebut relokasi, sewa apartemen disebut sumbangan, kewajiban pejabat menjadi kebaikan hati.
Jika yang demo berjubah dan sorban maka frame-nya; kerusuhan dan politisasi agama.
Kalau yang Demo ingin merdeka dan Pemda gagal atasi konflik agama dibela dan akhirnya diundang ke istana merdeka.
Ada banyak sekali rencananya; tapi yang penting adalah mayoritas nampak minoritas dan sebaliknya.
Inilah bahaya paling besar pada kelompok media ini karena ini akan berakhir dengan lahirnya 2 kelompok ekstrem.
Pertama adalah mayoritas yang tidak percaya diri dan kedua minoritas yang tidak tahu diri
Fakta ini sangat rawan dan setiap saat menjadi ancaman besar.
Tirani minoritas dan dominasi mayoritas adalah adu domba yang tak pernah mereka hentikan.
Sambil mengambil untung Indonesia dicipta oleh mereka menjadi negara lemah secara permanen.
Inilah yang harus kita sadari sebagai rakyat dan bangsa.
Metode pecah belah atau DevideEtImpera tidak berhenti setelah penjajah pergi.
Masih ada saudara kita yang betah menjadi antek penjajah.
Kepada mereka kita ucapkan kembalilah kepada kami & menjadi diri sendiri.
Mereka menikmati menang di runia maya padahal tidak ada di dunia nyata..
Terakhir saya ingatkan Pak polisi, seandainya ada tawaran memainkan opini dalam penegakan hukum. Hati-hati
Sebab pertarungan hukum itu ada di 2 tempat : pengadilan dan media.
Ini yang saya khawatirkan sedang ditawarkan ke polisi. Membuka penyidikan Polri
Sebetulnya saya pendukung keterbukaan penegakan hukum.
Tapi jika pembukaan ini dimaksudkan untuk memenangkan opini. Saya hanya mengingatkan dini.
Jangan bermain api nanti terbakar sendiri. Wallahualam.
Sekian.
*(Twit Fahri Hamzah Sabtu 5/11/116)*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar