Minggu, 04 Desember 2016

Kekuatan Umat Islam Indonesia Sebagai Modal Masyarakat

- Kekuatan umat Islam Indonesia sebagai modal masyarakat-
Mungkinkah dari aksi 2 Desember terbangun kekuatan modal-

Yang membuat saiya kagum pada aksi 2 Desember lalu adalah munculnya swa-organisasi yang rapi, tertib, dari massa umat islam melanjutkan aksi penistaan agama sebelumnya. Aksi yang mendatangkan hampir 7,2 juta orang secara serentak di seluruh tanah air dengan yang menguras uang, perhatian, dan tenaga ditolak atau diterima telah menjadi fakta sejarah bahwa seandainya diorganisir dengan baik dan diikat dengan emosi yang terkontrol oleh akal sehat serta kesadaran ilahiah maka umat islam di Indonesia dapat menjadi modal masyarakat untuk memperkuat bangsa Indonesia.

Tidak dapat ditolak bahwa gerakan besar tetapi lembut dan cantik untuk mengawal proses hukum dengan cara menjunjung tinggi  demokrasi, sikap berkewarganegaraan, dan supremasi hukum ini telah menarik simpati masyarakat luas baik dalam dan luar negeri. Bagaimana dengan swadaya, swadana, swalayan, dan swa lainnya umat islkam mengorkestrakan satu gerakan nasional yang masif dan mengundang simpati luar biasa.

Aneka pujian dari mulai kebersihan, ketertiban, keindahan, keteraturan, sampai motivasi tulus baik peserta maupun simpatisan yang datang dari berbagai kalangan umat beragama untuk ikut berpartisipasi mendukung kegiatan dimaksud menunjukkan bahwa sebenarnya Islam di Indonesia dapat menjadi contoh dari apa yang disebut dengan demokrasi dengan basis kekuatan publik yang sebenarnya.

Saiya menyaksikan aksi besar tersebut di tengah-tengah acara High Level Meeting 2 tentang Kemitraan Global untuk Efektivitas Kerjasama Internasional di Nairobi Kenya. Pada saat komitment pendanaan bagi kegiatan pembangunan di negara-negara berkembang sedang diperbincangkan serius.

Setelah beberapa pertemuan di Shanghai, Cancun Meksiko, Busan dan kini High Level Meeting 2 di Naroibi, tentang masa depan kerjasama pembangunan global maka hal yang selalu muncul ke muka adalah keinginan dari semua orang untuk memajukan kepentingan nasionalnya di atas segala-galanya. Di satu sisi negara berkembang (developed) yang kaya tetap menginginkan diri mereka sebagai pemberi bantuan keuangan internasional dengan sistem bunga-riba yang tinggi dan tentu saja mengikat. Di sisi lainnya, negara-negara berkembang yang memiliki potensi kekayaan sumber daya alam dan manusia yang penting bagi terus bergeraknya kapital internasional tetap menjadi kelompok miskin yang tergantung pada uang bantuan negara lain.

Kontur kepentingan membangun dan kebutuhan memperoleh dana pembangunan tadi memaksa kita untuk terlibat untuk ikut merumuskan bentuk-bentuk negosiasi yang penuh intrik dan manipulasi yang dimainkan donor tradisional.

Terbukti dengan diulur-ulurnya program investasi di Indonesia telah memaksa pemerintahan memutar kepala menerapkan kebijakan ambil duit rakyat via program-program seperti pemotongan anggaran di pusat dan daerah. Penerapan tax amnesti, dan kemudian pajak-pajak lainnya demi menarik uang publik bagi kepentingan pembangunan yang tidak kunjung jadi.

Di sinilah kemudian saiya melihat bahwa sebenarnya aksi damai umat Islam 2 Desember lalu yang menarik simpati luas sebenarnya dapat dimaksimalkan menjadi modal masyarakat bangsa Indonesia.

Saiya membayangkan seandainya ada dana yang dapat diakumulasikan dari kehadiran 7,2 juta umat islam dengan model crown funding, satu orang seribu rupiah per hari atau per bulan. Maka tidak dapat dihindari aksi kemarin akan menjadi satu bentuk solidaritas kapital luar biasa untuk memulai kemandirian bangsa.

Melepaskan ketergantungan akut bangsa ini dari dana-dana bantuan asing yang diplot dengan bunga tinggi dan kesimpangsiuran program yang membuka jalan bagi terjadinya praktik korupsi antara pemilik modal dan penguasa. Kasus-kasus reklamasi pantai untuk properti mahal, perambahan hutan, penguasaan lahan tempat tinggal di perkotaan dengan cara menggusur orang miskin dan memenangkan modal pengusaha adalah beberapa contoh dari buruknya praktik akumulasi kapital pada segelintir orang.

Ini hanya dapat dilawan dengan memaksimalkan peran-peran swadaya masyarakat dalam organisasi modal bersama yang cakap. Kegiatan aksi damai 7,2 juta orang yang melibatkan dana, perhatian, dan tenaga kemarin sebenarnya dapat menjadi langkah awal bagi dibentuknya satu kekuatan ekonomi tandingan oleh umat Islam Indonesia bagi seluruh rakyat Indonesia.

*Foto group negosiator Nairobi. Prof. Stephan, Marthen, dll dari Jerman dan Prof. Jose, Prof, Li Xianyuo, Prof. Lie Wuein, Prof Nessan, Dr. Murrad Ali, Pak Andi dll dari grup Think-thank Selatan-selatan: Tema Toward aid: Seeking convergence, effort and effectiveness for global partnership for international development cooperation...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar