Senin, 10 Maret 2014

“FUTURE SHOCK” ALVIN TOFFLER

“FUTURE SHOCK” ALVIN TOFFLER

10 Maret 2014 pukul 17:43
“FUTURE SHOCK” ALVIN TOFFLER

Sejak menggegerkan dunia dengan ”ramalan”-nya tentang masa depan dunia yang terangkum dalam buku ‘Future Shock’ (1970), Alvin Toffler seolah tak pernah diam. Gagasan-gagasannya tentang benturan peradaban manusia yang telah jadi acuan utama para politisi dunia itu sepertinya terus mengusik benak Toffler, dan membuatnya tak mampu menghindarkan diri dari pusaran aktivitas pencarian. Di tengah proses pencarian itulah buku ini hadir di depan publik sebagai bagian dari rangkaian pemikiran Toffler sebelumnya.
Buku yang diterjemahkan dari ‘Creating A New Civilization: The Politics of the Third Wave’ (1995) ini terbagi dalam sembilan bagian. Masing-masing bagian mengurai bidang-bidang pembahasan yang terkait secara linier. Empat bagian pertama misalnya, merupakan penajaman-penajaman pandangan Toffler sebagaimana telah dipublikasikan melalui dua buku terdahulu, ‘Future Shock’ (1970) dan ‘The Third Wave’ 1980.
Bagian lima, enam, dan tujuh merupakan uraian lebih rinci dari buku Toffler selanjutnya, ‘War and Anti-War’ (1990). Dua bagian terakhir, yaitu ”Agenda Menyongsong Gelombang Ketiga” dan ”Demokrasi Abad Ke-21”, menjadi simpul yang dicoba ditarik Toffler dari pandangan-pandangan sebelumnya.
Sampai sekarang, menurut Toffler, manusia telah menjalani dua gelombang besar perubahan — yaitu gelombang revolusi agraris dan perubahan cepat yang terjadi pada proses industrialisi. Masing-masing gelombang melenyapkan budaya dan peradaban sebelumnya; dan menggantikannya dengan peradaban baru yang tak dapat dipahami oleh generasi sebelumnya. Revolusi pertanian (yang disebut Toffler sebagai Gelombang Pertama) membutuhkan proses ribuan tahun, sedang bangkitnya peradaban indutsri (Gelombang Kedua) hanya membutuhkan waktu 300 tahun.
Saat ini, menurut Toffler, sejarah bahkan berlangsung secara lebih akseleratif dalam proses Gelombang Ketiga yang bakal menyapu bersih bentuk peradaban sebelumnya dan menggantinya dengan sebuah peradaban yang benar-benar baru. Bagaimana bentuk peradaban baru dan bagaimana politik yang cocok untuk menghadapinya itulah yang diurai Toffler dalam buku terakhirnya ini. Tentu saja konsep dunia masa depan yang disajikan Toffler di sini tetap bertumpu pada gagasan-gagasannya terdahulu, khususnya mengenai benturan tiga peradaban manusia.

Pada tahun 1980, Alvin Toffler menyimpulkan tiga “gelombang perubahan” yang membawa dampak monumental pada peradaban, dalam bukunya “the third wave”. Intisarinya, Toffler membagi sejarah peradaban dalam 3 periode waktu yang berbeda yang dia sebut sebagai “gelombang” (wave). Masing-masing gelombang memiliki “techno-sphere” (lingkungan pengaruh teknologi)nya sendiri yang berbeda (khas) atau memiliki ciri dalam hal system energi, produksi dan distribusinya sendiri. “Techno-spere’ ini digerakkan oleh pembangunan “socio-sphere” atau system social keluarga (social system of family), tempat kerja, dan kelembagaan pendidikan. Jadi perubahan teknologi yang luas dapat dipikirkan sebagai “menjadi terikat secara langsung” dengan perubahan secara luas dalam pembangunan sosial masyarakat. Dalam pandangan Toffler, tiga gelombang perubahan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Gelombang Pertama.
Gelombang perubahan pertama terjadi berkaitan dengan REVOLUSI PERTANIAN. Suatu periode dalam sejarah peradaban sekitar 8.000 tahun sebelum masehi sampai sekitar tahun 1700-an. Sebelum revolusi pertanian, manusia hidup dalam kelompok kecil, sering berpindah-pindah, kelompok ini mencari makan dengan berburu, mencari ikan dan mencari makanan yang tersedia di alam. Dengan revolusi pertanian, tersedia teknologi dimana orang dapat menetap disatu tempat, yakin akan terpenuhinya kebutuhan makanan sehingga dapat menciptakan apa yang kita sebut sebagai peradaban. Teknologi yang muncul selama periode ini termasuk alat pengungkit, alat penggerek, alat derek dan alat penjepit yang dirancang untuk memperbesar/meningkatkan sumberdaya energi terbarukan yang berasal dari tenaga manusia, hewan, angina, matahari dan air.

Gelombang Kedua
Gelombang perubahan kedua merujuk pada REVOLUSI INDUSTRI dan memakan waktu selama periode pembangunan sejak 1700an hingga kini. Di Amerika Serikat, gelombang ini memuncak pada pertengahan 1950an tapi di banyak belahan dunia lain gelombang ini masih terus berlangsung. Periode ini mengakhiri dominasi peradaban pertanian dan mengawali industrialisasi masyarakat. Teknologi yang diperkenalkan pada gelombang ini umumnya berdasarkan pada mesin elektromekanik yang digerakkan oleh bahan bakar fosil yang tidak terbarukan, menyebabkan perubahan secara luas dalam meningkatkan masyarakat. Contoh-contoh teknologi ini meliputi : mesin uap, kendaraan bermotor dan listrik. Keluarga menjadi lebih kecil, beralih pekerjaan dari lahan-lahan pertanian ke pabrik-pabrik, dan pendidikan beralih dari pendidikan di rumah menjadi pendidikan yang terorganisir di dalam kelas.

Gelombang Ketiga
Gelombang perubahan ini serupa dengan jaman paska industri, suatu periode yang diawali pada pertengahan/akhir 19650an dan sekarang sedang dialami oleh negara-negara yang menguasai teknologi tinggi seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, dan Jepang.Jaman ini berdasarkan sistem elektronika yang membantu mempercepat komunikasi, perhitungan, dan penyebaran informasi. Ketersediaan teknologi secara luas seperti komputer, telekomunikasi, robot, dan bioteknik juga telah meninggalkan tanda-tanda pada karakteristik sosial masyarakat. Perubahan mendasar dalam perilaku sosial sekarang dapat dilihat seperti pada organisasi angkatan kerja, pendidikan pemuda serta keberagaman dalam bentuk keluarga.

Perbandingan Tiga Gelombang Perubahan Alvin Toffler
Aspek Teknologi Utama
Gelombang 1
Pengungkit dan pengerek, katrol dan baji, mesin yang dirancang untuk melipatgandakan energi terbarukan yang berasal dari tenaga manusia, tenaga hewan, angin, matahari dan air.
Gelombang 2
Mesin elektomekanik dengan komposisi katrol, belt, bearings, dan baut dengan tenaga yang bersumber dari bahan bakar fosil yang tidak terbarukan
Gelombang 3
Peralatan elektronik yang mendorong kecepatan komunikasi dan perhitungan. Teknologi dirancang untuk memanfaatkan sumberdaya energi terbarukan. Bioteknologi terfokus pada peningkatan kualitas hidup.

Aspek Pengembangan Teknologi
Gelombang 1
Menyediakan kebutuhan dasar keluarga dan komunitas
Gelombang 2
Pemusatan teknologi untuk produksi masal dan penyebaran makanan. Peralihan pekerjaad dari ladang ke pabrik.
Gelombang 3
Secara elektronik menggerakkan klaster teknologi menggunakan energi yang minimal
Munculnya perhatian akan lingkungan dan kemanusiaan.
Otomatisasi pemikiran.

Aspek Kelembagaan dan Jejaring Organisasi yang terlibat dalam Pengembangan Teknologi
Gelombang 1
Komunikat kecil dan keahlian individu
Keluarga besar yang berakar dan tinggal dalam suatu lokasi
Rumahtangga turun temurun yang berfungsi sebagai unit produksi ekonomi
Bisnis yang dilaksanakan dalam bentuk kepemilikan individu dan pertemanan.
Pendidikan di rumah. Komunikasi dari mulut ke mulut.
Gelombang 2
Keluarga inti yang kecil dan mobile.
Pendidikan masal usia muda
Komunikasi jarak jauh
Pabrik besar, penggilingan, pengecoran, dan pertambangan.
Korporasi besar sebagai unit bisnis yang didanai oleh investor dari luar.
Gelombang 3
Peningkatan salingketergantungan antar organisasi.
Pengembangan aliansi strategis dan organisasi maya.
Mobilitas internasional dalam hal angkatan kerja dan modal.
Peningkatan kolaborasi antara korporasi swasta dan pemerintah .
Penerimaan ”pondok elektronik” sebagai alternative tempat kerja.

Apakah akan ada Gelombang Keempat ? Banyak orang mempercayainya, tetapi pendapat berbeda-beda melihat pada sifat dasar dari Gelombang Keempat. Setidaknya 2 tipe yang berbeda telah diutarakan : (1) Gelombang Hijau dan (2) Gelombang Biologi.

Mengikuti kepeloporan Toffler, Herman Maynard dan Susan Mehrtens mem-visikan Gelombang Keempat yang akan terjadi di masa datang. Dalam bukunya yang ditulis tahun 1993, Gelombang Keempat, penulis memaparkan pandangan korporasi sebagai pemandu dari perhatian dunia. Organisasi-organisasi ini akan muncul lebih sebagai komunitas daripada sebagai entitas bisnis dengan keputusan ditetapkan berdasarkan konsensus pada kebutuhan manusia dan lingkungan. Teknologi yang dikejar akan cocok dengan kebutuhan komunitas dunia dan bersama-sama dengan kebutuhan-kebutuhan planet. Kualitas hidup dan kesejajaran dengan aturan alam akan menjadi ukuran utama dari kekayaan suatu korporat. Kepemilikan menjadi komunal, keadilan ekonomi dan sosial akan menjadi perhatian utama. Secara ringkas, korporat akan melihat dirinya secara holistik (menyeluruh) sebagai pelindung masyarakat.

Sebagai alternatifnya, sebagian orang percaya bahwa setelah revolusi informasi atau gelombang ketiga AlvinToffler akan terjadi Revolusi Biologi. Pada inti revolusi atau gelombang keempat, terjadi kemajuan ilmu pengetahuan dalam pemahaman kode genetik manusia. Proyek genome manusia dan usaha-usaha lainnya dalam memetakan kode genetik diharapkan tidak hanya membawa kemajuan medis tetapi juga merubah secara mendasar cara kita menjalani kebidupan sehari-hari. Beberapa hal telah menciptakan potensi dilema/pilihan secara etika, khususnya menyinggung masalah cloning. Jika kita setuju dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dan berhasil memecahkan dilema sosial dan kemanusiaan, banyak orang percaya bahwa kita akan tiba pada Gelombang Keempat.

THE WORLD IS FLAT

THE WORLD IS FLAT

10 Maret 2014 pukul 17:44
THE WORLD IS FLAT

Dunia menjadi semakin datar. Itulah pesan kuat yang disampaikan Thomas L. Friedman dalam buku ini. Banjir terjadi bukan semata limpahan air yang meluap ke mana-mana, tapi juga kita rasakan di bidang informasi. Bayangkan, berapa banyak informasi yang kita peroleh mulai dari media konvensional seperti koran, majalah, televisi, dan radio, hingga perangkat modern seperti handphone, Blackberry, internet, dan kini...iPad? Informasi tersebut kita peroleh hanya dengan mengklik tombol komputer – bahkan telepon genggam – yang dapat kita lakukan di mana saja, kapan saja.

Dua puluh tahun lalu, kita baru mengetahui suatu kejadian di tempat lain paling cepat sehari setelah peristiwa itu terjadi. Itu pun beritanya masih sepotong-sepotong. Kini, informasi menghampiri ruang hidup kita setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik bila kita menginginkannya. Berita-berita itu bukan hanya berasal dari media mainstream, sering kali justru datang dari pelakunya sendiri, atau orang yang berada di dekat tempat kejadian. Makin maraknya kegiatan menulis di blog, media sosial (Facebook, Twitter, Kaskus) atau website milik sendiri menunjukkan bahwa citizen journalist punya tempat di hati pembacanya.

Dunia memang sedang berubah. Friedman mengatakan, ”Kita telah membuat dunia ini menjadi datar!” Ungkapan ini bertolak belakang dengan penemuan Christopher Columbus yang mengelilingi dunia hanya untuk membuktikan bahwa Bumi ini bulat. Pengalaman Friedman saat berkunjung ke Bangalore, India, telah membukakan matanya bahwa Bumi tempatnya berpijak telah berubah menjadi datar. Bagaimana bisa?

”Lima ratus tahun lebih setelah Columbus berlayar menembus cakrawala dan kembali dengan selamat kala itu hanya menggunakan teknologi sederhana untuk membuktikan bahwa dunia ini memang bulat. Di Bangalore ini salah seorang insinyur paling cerdas di India, lulusan sekolah teknik terbaik di negerinya, didukung teknologi paling modern, mengatakan kepadaku bahwa dunia ini datar, sedatar layar tempat ia memandu rapat seluruh mata rantai pemasok dunia yang dipimpinnya.”

Apa artinya? Kita makin tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Teknologi informasi telah memudahkan kita menembus berbagai tempat yang dulu tak dapat kita jelajahi. ”Ketika kita berpikir bahwa dunia ini datar, atau setidaknya dalam proses menjadi datar, banyak hal menjadi lebih mudah dipahami daripada sebelumnya,” tulis Friedman. Ia memandang, mendatarnya dunia berarti semua pusat pengetahuan di planet ini terajut menjadi jaringan tunggal, yang bila tidak dirusak oleh politik dan terorisme mampu mengantar kita pada masa kesejahteraan, pembaharuan, dan kerja sama antar perusahaan, masyarakat, maupun pribadi, yang mengagumkan.

Di sisi lain, dunia menjadi datar juga menimbulkan kecemasan. Karena, bukan hanya orang-orang baik yang akan menyatu untuk berbagi pengetahuan dan bekerja sama untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Di belahan lain, para teroris dan penjahat kerah putih pun tak ketinggalan memanfaatkan datarnya dunia untuk meracuni pikiran orang dan mengembangkan aksi-aksinya.

Kita tentu tahu bahwa globalisasi sedang berlangsung. Tetapi, mungkin, kita belum sepenuhnya menyadari kekuatan di baliknya. Menurut kaca mata Friedman, globalisasi telah mencapai tingkat yang sama sekali baru. Sekitar tahun 2000 kita memasuki masa baru: Globalisasi 3.0. Sebelum membahas Globalisasi 3.0, saya ingin memberitahukan pandangan Friedman mengenai Globalisasi 1.0 dan 2.0.

Menurutnya, Globalisasi 1.0 berlangsung sejak 1492, ketika Columbus berlayar, membuka perdagangan antara dunia lama dan dunia baru hingga sekitar tahun 1800. Proses ini menyusutkan dunia dari ukuran besar menjadi sedang. Globalisasi 1.0 terkait dengan negara dan otot. Dalam Globalisasi 1.0 pelaku utama perubahan atau kekuatan yang mendorong proses penyatuan global, adalah seberapa gigih, seberapa besar otot, tenaga kuda, tenaga angin, dan tenaga uap yang dimiliki suatu negara serta kreativitas untuk memanfaatkannya.

Masa Globalisasi 2.0 berlangsung dari sekitar 1800 hingga 2000 dengan diselingi oleh masa Depresi Besar serta Perang Dunia I dan II. Masa ini menyusutkan dunia dari ukuran sedang ke ukuran kecil. Dalam Globalisasi 2.0, pelaku utama perubahan atau kekuatan yang mendorong proses penyatuan global, adalah perusahaan-perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini mendunia demi pasar dan tenaga kerja, dengan dipelopori oleh Revolusi Industri serta ekspansi perusahaan-perusahaan yang bermodal gabungan dari Belanda dan Inggris. Kekuatan di balik globalisasi masa ini adalah terobosan di bidang perangkat keras, berawal dari kapal uap dan kereta api, hingga telepon dan komputer induk.

Sekitar tahun 2000 kita memasuki masa baru: Globalisasi 3.0. Globalisasi ini menyusutkan dunia dari ukuran kecil menjadi sangat kecil, sekaligus mendatarkan lapangan permainan. Kalau motor penggerak Globalisasi 1.0 adalah mengglobalnya negara; dan motor penggerak Globalisasi 2.0 adalah mengglobalnya perusahaan, uniknya, motor penggerak Globalisasi 3.0 adalah kekuatan baru yang – menurut Friedman – ditemukan untuk bekerja sama dan bersaing secara individual dalam kancah global. Friedman memberi sebutan Globalisasi 3.0 sebagai ”Tatanan Dunia Datar” yang mampu menyatukan komputer pribadi di seluruh dunia tanpa menghiraukan jarak antarmereka.

Apa perbedaan ketiga mazhab globalisasi ini? Perbedaan nyata antara Globalisasi 3.0 dengan kedua masa sebelumnya tidak hanya soal menyusutkan dan mendatarkan dunia, serta bagaimana memberdayakan individu. Globalisasi 3.0 berbeda dari dua masa sebelumnya karena digerakkan oleh individu dan dunia usaha Amerika maupun Eropa. Globalisasi 3.0 memungkinkan begitu banyak orang masuk dan turut bermain. Tak heran jika kita melihat manusia dari berbagai warna kulit ikut ambil bagian dalam permainan ini.

Kendati The World Is Flat bukan buku baru, ia tetap menarik untuk dibaca. Mengingat buku ini ditulis oleh seorang jurnalis, maka kekaguman saya pun bertambah. Pengalaman Friedman mengelilingi berbagai negara yang ia datangi dan jam terbangnya yang tinggi sebagai jurnalis, mampu menggerakkan tangan dan pikirannya untuk menulis buku sebagus ini.

Namun demikian, tak ada yang kekal di dunia ini. Demikian pula dengan perubahan yang sedang berlangsung. Jika Friedman menyebut era saat ini dengan sebutan Globalisasi 3.0, mungkinkah suatu saat akan muncul istilah Globalisasi 4.0?

HMI ANTAH BARANTAH

HMI ANTAH BARANTAH

7 Februari 2014 pukul 14:35
HMI ANTAH BARANTAH

Seperti rimba
jadi rebutan dan pertarungan
intrik dan pengkhianatan menjadi warna tajam
sekali gores
dan terus menganga

kini semakin kentara
wajah pemuda muslim dalam tekanan globalisasi
kehausan akan materi dan jabatan
menanggalkan ukhuwah dan nilai-nilai keluhuran

kawan, seperti cerita dalam dongeng
dan waktu yang akan merekayasa sejarah
antara tangan manusia yang sombong
dan tangan Tuhan dalam ukuran-ukuran takdir
lihatlah, negeri yang telah lama berdiri kokoh dan jaya
pemudanya penuh bara semangat
kemudian lunglai tak berdaya
ibarat sekali hempas ombak maka hilanglah
terseret dalam gelombang kematian

oh wajah himpunan yang pudar dan menua
putra-putrimu terlalu rakus
tiada amanah
dan kini hanya jadi bahan ejekan
dicafe-cafe, dikedai kopi, direstoran mewah
dihotel-hotel, digedung senayan hingga istana negara

kawan, kita telah lupa dimana kepala ini disujudkan
dimana ayat-ayat al-Qur'an itu harus kita lantunkan dan amalkan
kita telah lupa dengan nilai sendiri
kita telah lupa dengan baju kebesaran sebagai pemuda muslim
kita telanjang kawan!
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN

AHLAN EL-FAZ
JAKARTA, 2014

KEBANGKITAN SANG PEMBERONTAK

KEBANGKITAN SANG PEMBERONTAK

10 Maret 2014 pukul 16:40
KEBANGKITAN SANG PEMBERONTAK


KEBANGKITAN Sang Pemberontak di abad paling baru di mana telah dilahirkan generasi pemberontak kemudian bangkit dan mengobarkan bara pemberontakan dengan segala kemampuan strategi taktiknya dalam rangka mengemban misi sucinya.
Ada beberapa factor yang mampu dan menjadi latar belakang kesuksesan di balik sejarah kebangkitan dan pemberontakan:
Pertama, proses pengkaderan yang diterapkan oleh para tokoh pemberontakan bagaimana mereka mengkonsentrasikan diri pada transformasi ideologi dan kemampuan taktis di lapangan. Sehingga pada gilirannya ia mampu menggerakkan dan mengobarkan bara pemberontakannya. Seperti orang menyulut obor yang siap meledak dan membakar di sekelilingnya. memang tidak ada pilihan lain kecuali sang pemimpin pemberontakan harus mampu untuk menguasai semua itu. Dengan segala kemampuan mengkadr para generasi pemberontak.
Kedua, memontum para pemberontak harus mampu mencipta sebuah momentum, menggunakan/memanfaatkan dengan sebaik-baiknya diolah dengan propaganda yang sedemikian rupa. Kemenangan tidak hanya butuh waktu sehari, dua atau tiga hari namun adalah selamanya. Momentum itu harus dicipta baik secara alami atau dengan segala propaganda, kita juga harus mampu menangkap dengan segala daya intuitf sebagai seorang pemberontak.
Ketiga, lingkungan sosio kultur, pola watak bangsa, pola laku dan pola rasa juga pola piker orang-orang di sekitar dan jiwa para generasi pemberontak yang dipenuhi dengan segala bara pemberontakan. Sang penberontak harus tahu iklim dan musim, tahu keinginan dan kebutuhan lingkungan, teliti, tidak gegabah dalam menganalisis, dan tetaplah kit mampu memegang kuat pusaka penbrontakan yang teramat rahasia dan segala orang mampu memegang pusaka/gaman tersebut karena, pusaka ini adalah pusaka para pemberontak.
Keempat, alat yang harus dan akan digunakan dalam pemberontakan, halalkan segala cara, gunakan segala cara hanya ada satu kata yang harus dimiliki dan tancapkan dalam keyakinan dan pikiraan kita yaitu”Kemenangan”.apakah sebenarnya alat tersebut? Karena alat ini sangatlah abtraks dan sangat bias juga sangat sulit untuk kita pikikan , karena alat ini sangat relative namun punya kekuatan yang benar-benar sangat menentukan, karena hal inilah nunci pokok dalam pemberontakan, siapa mampu memegang dan menggunakanya maka dialah pemenangnya, namun kalau tidak mampu maka dialah yang akan menjadi pecundang dan akan menjadi manusia yang teranat memalukan, hina dina, dan menjijikkan. Sehingga alat ini kita tidak mudah mencari dan kita harus tega dalam menggunakannya. Segala intrik, siasat licik atau bahkan cara busuk, namun ingat! kata ini sangat relative ditangan siapakah ini menjadi kunci kemenangan dan ditangan  siapak ini menjadi mala petaka.
Kelima, bangunan system, budaya dan konsep yang meruang lingkupi penberontakan tersebut. Pondasi dasar yang kuat dan sangat rapi mampu menjadi mata rantai gerakan yang tak akan berhenti/terputus begitu saja.
Sebuah system yang dibangun dari yuang teramat kecil dan teramat dasar dengan segala jiwa kesatria, dengan segala kerunutan yang tak akan mampu untuk seorang musuhpun tahu karena teramat rumit bagi seorang musuh, namun teramat sederhana bagi kita di mana sistem itu untuk mampu sekali henbus maka akan bergerak bagai mesin mekanistik. Penuh ritme-ritme yang aneh yang tak seorang musuhpun tahu akan sandi-sandi yang tak mudah dipecahkan seorang lawan.
Keenam, kecepatan dan adanya percepatan , kita  harus mampu untuk menghancurkan yang sekedar rutinitas belaka karena target kita adalah mencapai garis finis/mampu menjebol gerbang lawan memiliki kecepatan gerakan dan mampu mengadakan dan menciptakan percepatan dalam rangka mencetak para generasi pemberontak sehingga kita mampu untuk hidup seribu tahun yang hanya kita ringkas  menjadi satu sampai sepuluh tahun saja. Dan ini kecepatan dan percepatan maha dasyat inilah kekuatan yang tak mampu dibayangkan oleh lawan.
Ketuju, strategi taktik dan target yang matang dan dinamis target yang jelas konsep strategi yang matang ialah dimana kita mempunyai modal administrasi dan menejemen organisasi dan kepemimpinan yang ideal, tidak abstrak alias realistis/rasional. Oleh karena itu dalam rangka menggunakan menegemen taktis kita juga harus mampu untuk membuat propaganda dan mengdakan perubahan-perubahan social pada tingkat paling bawah hingga level yang paling tinggi. Sehingga target daripada rencana pemberontrakan itu mampu untuk dilaksanakan.
Kedelapan, sosok pemimpin muda revolusioner memiliki ilmu dan kemampuan yang pari purna. Pada tingkatan kepemimpinan yang benar-benar memiliki kridebilitas, komitmen dan jiwa ksatria. Dia harus energik memiliki impian yang ideal dan tinggi sempurna dan ralistis. /mampu memciptakan alur pemberontakan kebngkitan dan perubahan. Dan bagaimana untuk mempertahankan secara terus-menerus perubahan itu.
Jiwanya murni,tulus dan ikhlas tegas dan disiplin, halus perangainya, namun ucapannya bagai petir yang mampu membangunkan generasi pemberontak. Kemudian bangkit dan terus melakukan pemberontakan. Ingat! Kebangklitan, perubahan,  kemenangan dan kemerdekaan ada di tangan kita dan milik kita 

 (Tulisan tempoe doeloe)

2011, HIJRAH KU.....

2011, HIJRAH KU………

10 Maret 2014 pukul 18:05
2011, HIJRAH KU………

Bergetar sudah nadi hidupku
Saatku berjalan dengan langkakhku nan gontai
Namun aku masih menatapmu dengan tajam hai putera zaman!!

Bila ku termenung
Saat kaubilang“ terlalu kejam dunia ini, menghancurkan yang lemah dan hanya menyisakan yang paling kuat dimuka bumi ini”
Dan akupun terjaga
Dan akupun menyahut kata-katanya“ kenapa kau bilang gitu, bukankah gajah akan tarkalahkan semut yang kompak, harimau yang ganas akan terkecoh oleh kecerdikan si cerdas sang kancil”
………..
Angina malam terasa menelanjangi tubuhku
Berhembus lembut, menerpa kuat dinding-dinding kokoh bangunan hidupku
Menerpa bangunan ideologiku
Menerka keyakinan pada tuhanku
Menerkam ketidakberdayaanku
Mencengkeram segala kelalaianku diusiaku kini

Pada seorang kawan aku pernah bertanya
Apakah jejak langkahku akan tersapu bersih
Seperti hembusan angin malam yang berhembus tenpa henti dalam kedinginan
Hingga jejak langkahku seakan kabur dan tak bermakna!

Inilah malam diujung penghabisan 2010
Tak harus kumeratapi
Tak harus pula jadi belenggu
Dan bolehlah aku akan terbang dengan sayap mimpi-mimpiku.

Bumiku tidaklah pincang
Dan spectrum waktu telah saatnya untuk berhenti dengan segala siasatnya
Suatu rekayasa tuhan sebagai kawah condro dimuko hidupku
Kediri, bersamamu telah kudapatkan separo hidupku
Tempat dimana aku kencingi buminya
Aku teteskan keringatku
Dan kadang aku luapkan rasa marah, sedih, dan bahagia diatas ranaunya bumimu.

2010, hitungan mundur dengan angka-angka yang ditunjukan jarum jam diatas dinding tua kotamu kediriku,
Dia akan menjadi saksi bisu,
Bahwa aku harus berpisah dengan Kediri,
Kota tua yang telah menjadi ibu juga sekaligus bapak asuhku.
Hingga aku berumur saat ini.
Dan haruslah berpisah demi membesarkan HMI dan nusantaraku
Terima kasihku padamu di penghujung 2010
Dan semoga 2011 menjadi udara segar dan cahya sinar terang untuk masa depanku.
Ahlan El-faz 2010

LPJ KU SAAT DI BPL HMI CABANG KEDIRI

LPJ KU SAAT DI BPL HMI CABANG KEDIRI

10 Maret 2014 pukul 18:57
“ KEMBALI UNTUK BEREVALUASI DIRI DALAM RANGKA RESTORASI PERKADERAN DI HMI CABANG KEDIRI”

Assalamu’alaikum wr wb,

SALAM PERKADERAN HIJAU HITAM!!!!
SODARA-SODARI Peserta MUSYAWARAH BPL HMI CABANG KEDIRI KE 1 yang kami hormati,
BERSAMA BPL, AYO BERJUANG MENCIPTAKAN SEBUAH PERUBAHAN
BERSAMA BPL, AYO HAPUSKAN PENINDASAN INTELEKTUAL
BERSAMA BPL, AYO GAPAI MASA DEPAN ISLAM YANG GEMILANG
BERSAMA BPL HMI CABANG KEDIRI, AYO BEKERJA CERDAS MENCIPTAKAN RESTORASI PERKADERAN DI HMI CABANG KEDIRI

Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi karena dengan segala kehendak-Nya lah kita dapat bersua untuk dapat saling berintrospeksi diri dalam menjalankan amanah organisasi yang kita cintai ini.  Salam serta shalawat selalu kita sampaikan untuk Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari kehidupan dzulumat  menuju kehidupan yang penuh nur.

Peserta MUSDA BPL HMI KE-I, Restrukturisasi Bakoor LPL HMI Kediri menjadi BPL PC HMI kediri yang dilaksanakan pada awal bulan Desember 2008 M yang telah memilih 1 formatur dan 2 mide formateur untuk di tetapkan menjadi ketua umum, dan baru dapat disyahkan oleh PC HMI pada bulan JANUARI dirapat harian PC HMI KEDIRI periode 2008-2009 yang pada waktu itu dipimpin oleh sodara m. Badrus zaman sebagai ketua umum, itupun karena komitmen kuat Bidang PA PC HMI KEDIRI mengawal hasil Forum Restrukturisasi Bakoor LPL HMI KEIDRI yang mana Forum ini adalah juga menjadi Munas pertama BPL PB HMI. Sehingga praktis BPL PC HMI dapat melaksanakan pelantikan pada tanggal 08 JANUARI 2009.

Forum restrukturisasi BPL PC HMI KEDIRI itu memiliki peran yang signifikan dalam proses transisi lembaga perkaderan dari Lembaga Pengelola Latihan (LPL) menjadi Badan Pengelola Latihan (BPL).  Perubahan LPL menjadi BPL ini tidak semata-mata sekedar perubahan nama belaka, tetapi lebih jauh daripada itu terdapat pula perubahan peran dan tanggung jawab lembaga perkaderan sebagai pilar perkaderan HMI.  Oleh karena itu momen restrukturisasi ini merupakan wahana bagi kita semua untuk merancang dan merumuskan lebih jauh peran dan tanggung jawab BPL HMI sebagaimana yang diamanahkan dalam Kongres XXV HMI di Makassar yang muaranya adalah peningkatan kualitas perkaderan HMI.
Organisasi bagaikan makhluk organik, dia hidup – tumbuh – berkembang – kemudian punah. Karena prinsip makhluk yang paling esensial adalah mempertahankan eksistensinya, olehnya itu sejumlah instrumen dalam sistem hidup diperankan agar dapat mempertahankan eksistensinya agar tidak punah. Begitu halnya dengan MUSDA KE-I BPL PC HMI KEDIRI PERIODE 2010-2011 semoga menjadi lokus untuk melakukan obyektifikasi terhadap kepengurusan BPL PC HMI KEDIRI dan menemukan rekomendasi-rekomendasi yang dapat memperkokoh gerak organisasi agar tidak punah dalam proses dinamika di lingkungan sosialnya.

Dengan demikian, walaupun forum itu dikemas dengan nama ‘restrukturisasi’, tetapi outputdari forum itu diharapkan tidak hanya terjadinya regenerasi kepengurusan belaka. Amatlah mudah kiranya jika forum itu ditujukan untuk sekedar mengganti muka lama dengan muka baru. Gagasan-gagasan cerdas dan realistis menjadi amanah yang dipikul oleh BPL PC HMI KEDIRI, harapan untuk lebih serius memperbaiki perkaderan HMI diuji pada kepengurusan kali ini.  Kejujuran dan ketulusan hati untuk berinstrospeksi diri secara obyektif menjadi suatu kemestian bagi kami dan ini kami jadikan langkah awal untuk merangkai masa depan yang gemilang.

Sebagai bahan evaluasi, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati perkenankanlah kami menyampaikan laporan kerja kepengurusan BPL PC HMI KEDIRI periode 2009-2010 pada MUSYAWARAH DAERAH BPL PC HMI KEDIRI, dengan sistematika sebagai berikut :

  1. PENDAHULUAN
  2. KONDISI OBYEKTIF
  3. PROGRAM KERJA
  4. EVALUASI DAN PROYEKSI
  5. PENUTUP

Kawan-kawan peserta MUSDA BPL PC HMI KEDIRI yang kami hormati,
Secara umum mungkin uraian-uraian dalam laporan kerja ini tidak layak dikatakan sebagai laporan kerja yang formal, karena dalam laporan ini kami lebih menekankan pada penyampaian proses-proses dalam mengemban amanah sebagai pengurus BPL PC HMI KEDIRI. Hal ini kami lakukan karena kami memandang bahwa penyampaian proses-proses kerja akan lebih bermanfaat sebagai landasan kebijakan perkaderan ke depan dibanding sekedar memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, ini juga pada dasarnya kami bermaksud menempatkan BPL PC HMI KEDIRI  sebagai badan yang bekerja secara fungsional di PC HMI KEDIRI khususnya pada lokus perkaderan.

Mengasah Perspektif
(Suatu Kondisi Obyektif)

SAHABAT-SAHABATI Peserta MUSBA  BPL PC HMI KEDIRI  KE-I  yang kami hormati,
Untuk mengurai kondisi yang terjadi selama kepengurusan berjalan, kami dari BPL PC HMI KEDIRI berusaha mengurai sudut pandang yang lain dalam melihat suatu pengetahuan, ilmu yang dipelajari bukanlah sesuatu yang linear, tetapi ia merupakan sesuatu yang dinamis dan selalu berkembang. Hal ini kami lakukan bukan tanpa resiko karena dapat dianggap sebagai pengacau sistem yang mapan. Hal ini kami lakukan dengan obyektifikasi (mungkin juga subyektif) indikasi sebagai berikut: Pertama, sistem perkaderan yang berjalan di HMI saat ini sangat konservatif, dengan beberapa indikator, antara lain, pertrainingan yang statis, terjadinya formalisasi perkaderan, dan ukuran yang dipakai adalah kuantitatif. Kedua, perkaderan bukan milik semua. Ketiga, perkaderan adalah training. Keempat, lemahnya inovasi. Kondisi tersebut telah mapan di HMI, yang akibatnya, secara organisatoris HMI pun agak gagap dalam mengikuti perkembangan eksternal, HMI terkesan menjadi organisasi tambun yang sulit bergerak. Hal lain yang terjadi kondisi internal HMI untuk semua level tingkatan cukup memecah konsentrasi sehingga perkaderan berada di simpang jalan.
Dalam kondisi seperti itulah BPL PC HMI KEDIRI periode pertama ini menjalankan tugasnya. Langkah yang dilakukan oleh BPL PC HMI KEDIRI pertama kali adalah memberikan sudut pandang lain dalam melihat perkaderan, misalnya dengan menstimulasi KOMISARIAT-KOMISARIAT DAN PENGURUS cabang untuk berkreasi dalam koridor pesan yang sama dengan cara membuat contoh modul dan petunjuk pelaksanaan LK I serta menstimulasi perubahan sistem dan metode perkaderan melalui forum-forum LK II atau SC/TOT dan proyeksi ini adalah pilihan perspektif dari warna kepengurusan Bakor LPL HMI sebelumnya yang coba kami lanjutkan karena sungguh sangat positif orientasinya dalam membingkai perkaderan. Dari stimulan itu ada dua feed back yang didapat, (1) ada KOMISARIAT yang merespon dengan melakukan eksperimen, dan (2) ada KOMISARIAT yang merespon dengan tetap menjalankan budayanya.
Feed back KOMISARIAT dalam merespon perubahan perkaderan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: tingkat konsentrasi cabang dalam hal perkaderan, sumberdaya pengelola di tingkat cabang, pengetahuan dalam hal perkaderan, dan ada juga yang memang tidak mau tahu. Hal tersebut diakibatkan lemahnya sistem kontrol yang ada dalam perkaderan HMI. Bukan rahasia lagi apabila pengurus di level pusat tidak mengetahui aktivitas perkaderan yang dilakukan oleh KOMISARIAT-KOMISARIAT.
Di sisi lain BPL PC HMI KEDIRI sebagai lembaga perkaderan tidak mampu memaksimalisasi pesannya kesemua KOMISARIAT DAN PENGURUS cabang karena memang mayoritas cabang belum memiliki stok pengelola yang cukup dan memadai, padahal dalam konstitusi sudah dipersyaratkan untuk menjadikan perkaderan efektif itu harus memiliki instruktur yang handal dan memahami akan training dan seluruh materi di HMI, sehingga pilihannya adalah berkordinasi dengan pihak P3A komisariat DAN PA cabang. Hal ini pulalah yang menjadi bagian dari konsentrasi penuh diawal kepengurusan kami yaitu membuat suatu sistem komunikasi dan koordinasi antara BPL DAN P3A Komisariat di semua komisariat
Tetapi ada pepatah yang mengatakan “the man behind the gun”. Secanggih apapun sistem yang menopang perkaderan, apabila unsur “man” tidak diperhatikan, maka tidak akan berguna. Betapa banyak training yang sudah dilakukan, diskusi yang sudah di gelar, tetapi “man”tetap saja tidak berubah. Kita mungkin bisa belajar, mencoba gagasan Abdul Rahmat mengenai “super teacher” (2009: 112-113). Abdulloh menawarkan bagaimana metodologi dapat dijadikan (lingkage) bagi perubahan sosial. Beberapa syarat tersebut : 1) Kesetaraan, 2) Persahabatan, 3) Kebersamaan, 4) Memanfaatkan SDM dari Lingkungan Sendiri. 5) Humanisasi, 6) Berangkat dari Realitas, 7) Tidak Terbatas Pada Ruang dan Waktu, 8) Aksi-Refleksi. Setelah kami refleksi, hampir rata-rata ketidak maksimalan training di HMI karena 8 syarat tersebut di atas tidak terpenuhi.
Masih banyak training yang menggunakan paradigma dalam istilah saya “ materisme” (sumber kebenaran bergantung pada pemateri), dan satu lagi istilah “kirologi” (ilmu kira-kira) dengan bahasa mungkin begini atau mungkin begitu. Bagaimana peserta dipaksakan untuk memahami dan menganalisisa terlebih lagi memecahkan masalah pada suatu materi tapi tanpa dibekali bassis teoritik yang baik.
Jumlah kader HMI CABANG KEDIRI terus bertambah, baik kuantitas maupun kualitas individunya. Namun jikalau tidak diimbangi dengan sistem perkaderan yang taratur dan efisien, maka dalam hitungan tahun akan amburadul kembali sistem perkaderan HMI cabang kediri.
Secara prosentase dalam perkaderan di hmi kediri baru memiliki jumlah anggota yang SC/TFT/TOT sekitar 2-4 %, sedangkan LK 2 sekitar 10-15%, LKK sekitar 5-7%, dan LK 3 0 %. HMI cabang kediri hari ini memiliki anggota biasa sekitar 450-an. Sebenarnya kita sudah sangat tertinggal, baik secara kualitas maupun kuantitas anggotanya jika dibandingkan dengan cabang-cabang lainya di indonesia.
Beberapa kondisi diawal kepengurusan BPL PC HMI KEDIRI berjalan, merupakan tantangan yang memaksa kami untuk harus dapat mensiasati kondisi secara realistis dan bersahabat dengan semua komponen di semua level di internal HMI. Dan hal-hal tersebut masih banyak yang kami belum temukan jawabannya.

Menggapai Asa Yang Bukan Mimpi
(Sajian Program Kerja)

IKHWAN WAL AKHWAT PESERTA MUSBA BPL PC HMI KEDIRI KE-I YANG DIRAHMATI ALLOH
Dari hasil Rapat Kerja BPL PC HMI KEDIRI yang dilaksanakan setelah pelantikan, disusunlah visi dan misi BPL PC HMI KEDIRI periode pertama ini, yaitu Mengembalikan Ruh Perjuangan HMI Dengan Pengarus Utamaan Perkaderan, sebagai visinya, dan Standarisasi Kulitas Pelatihan, Standarisasi Kualitas Instruktur, mengembalikan spirit diskursus keislaman serta memodernisasi warna perkaderan sebagai misinya.  Dalam Rapat Kerja BPL PC HMI KEDIRI tersebut dibuatlah program kerja sebagai berikut :
  1. Pendataan Potensi Perkaderan
  2. Pengkajian sistem perkaderan (metode & kurikulum) dan kelembagaan BPL PC HMI Kediri
  3. Sosialisasi & mengawasi Penerapan Pedoman Perkaderan
  4. Pilot Project Komisariat (Penerapan Pedoman Perkaderan)
  5. Membentuk Komunitas pemateri dan kajian
  6. Standarisasi Pengelolaan Training
  7. Pengelolaan Website BPL PC HMI Kediri
  8. Membuat Kurikulum Perkaderan yang berdasarkan Local Wisdom lingkup Komisariat dan Cabang Kediri
  9. Penjalinan Hubungan dengan lembaga lain
  10. Sosialisasi Kerja BPL PC HMI Kediri

PROGRAM YANG TELAH TERLAKSANA
  1. SENIOR COURSE
  2. TOT NDP
  3. UP GREEDING PERKADERAN
  4. SEMILOKA PERKADERAN
  5. DISKUSI PERKADERAN
  6. MEMBUAT STANDARISASI PENGELOLA PERKADERAN

Selain program kerja tersebut, ada rencana untuk konsolidasi BPL secara keseluruhan yang dikemas dalam pelaksanaan program kerja tersebut.

  1. Pendataan Potensi Perkaderan
HMI CABANG KEDIRI sebenarnya menyimpan potensi yang sangat luar biasa besarnya, dilihat dari perkembangan kampus yang ada dan jumlah mahasisiwanya,
Sedangkan potensi riil yang ada di HMI cabang kediri yaitu:
  1. Komisariat tarbiyah STAIN KEDIRI, dengan jumlah anggota kurang lebih sekitar 150
  2. Komisariat jalaluddin al-rumy STAIN kediri dengan jumlah anggota sekitar 75
  3. Komisariat hasyim asy’ari IAI TRIBAKTI KEDIRI dengan jumlah anggota sekitar 45
  4. Komisariat A. DAHLAN STITM KEDIRI dengan jumlah kader sekitar 30
  5. Komisariat Salahuddin al-ayubi UNISKA KEDIRI dengan jumlah kader sekitar 20
  6. KOMISARIAT persiapan AVICENNA IIK kediri dengan jumlah anggota sekitar 20
  7. Komisariat persiapan UNP KEDIRI dengan jumlah anggota sekitar 20
  8. Komisariat persiapan STAIM NGLAWAK KERTOSONO dengan jumlah anggota sekitar 10
  9. Dan yang tersebar dikampus-kampus lainya seperti POLTEK KEDIRI, STIKES, UPD KEDIRI, STIMIK KEDIRI, UNIK KEDIRI,

  1. Pengkajian sistem perkaderan (metode & kurikulum) dan kelembagaan BPL PC HMI KEDIRI
    1. METODE TRAINING
      1. In bond, yang termasuk metode ini adalah PEMBERIAN MATERI, SIMULASI DISKUSI DAN TEKNIK PERSIDANGAN, PENTAS SENI,
      2. Out bond, yang termasuk metode ini adalah jelajah, analisa sosial, mentoring, simulasi olah vokal dan managemen aksi, game
      3. KURIKULUM TARINING
Dalam kurikulum perkaderan HMI cabang kediri dan komisariat
  1. Materi enterpreneurship
  2. Materi AMT
  3. Materi diskusi dan teknik persidangan
  4. Materi olah vokal dan managemen aksi
  5. Pengantar ilmu sejarah
  6. Pengantar ilmu hukum
  7. Pengantar filsafat ilmu
  8. Kohati dan gerakan perempuan di indonesia
  9. Public relation

2. Sosialisasi & mengawasi Penerapan Pedoman Perkaderan
Program ini sudah berjalan di setiap komisariat walaupun belum bisa secara maksimal dalam bentuk : upgreeding perkaderan dan epgreeding kepanitiaan MAPERCA DAN LK I DAN TRAINING INFORMAL LAINYA

3. Pilot Project KOMISARIAT (Penerapan Pedoman Perkaderan)

    4. Membentuk Komunitas pemateri dan kajian

      5. Standarisasi Pengelolaan Training
        Dalam rangka untuk memberikan standarisasi pengelola training maka kami mencoba membuat data base dari kader dan jenjang perkaderan juga didukung dengan pengadaan upgreeding perkaderan oleh BPL



        BERCERMIN UNTUK BERDANDAN
        (Suatu Evaluasi dan Proyeksi)

        REKAN-REKANITA peserta MUSBA  BPL PC HMI KEDIRI  KE-I  yang kami hormati,
        BANK dunia (1998) dalam laporanya tentang pengalaman dalam melakukan education quality improvement program di Kamboja, mengidentifikasi empat kelompok karakteristik sekolah efektif di banyak negara, yaitu :
        1. Supporting input
        2. Enabling condition (kondisi yang memungkinkan)
        3. School climate
        4. Teaching-learning proses
        Sampai saat ini kami akui, kami baru dapat mendorong sistem training kita pada “school climate, teaching learning process” dan tercapainya “enabling condition” serta melanjutkan gerakan yang sudah dirintis. Sedangkan dua point lain memang harus kami akui, kami mengalami kesulitan antara lain ;
        1. perbedaan kultur perkaderan
        2. belum diterapkanya sistem/konsep training yang matang dan konstitusional sehingga mampu di pertanggung jawabkan secara ilmiyah dan out putnya benar-banar bisa diperhitungkan.
        3. Belum terbinanya calon instruktur baru untuk pemateri di LK 1 khususnya materi NDP, baik secara metodologis maupun pengayaan materinya
        4. Belum terwujudnya buku panduan lk 1 untuk peserta, pengelola LK 1, training-training lainya. Juga buku panduan bagi instrukturnya.
        5. BPL HMI cabang kediri ternyata selama ini belum mampu menjadi mesin penggerak secara organisasi di tubuh HMI di lingkup cabang kediri dari tinggkat komisariat hingga cabang dalam rangka menciptakan sistem organisasi yang ideal sebagaimana ada di AD/ART dan pedoman perkaderan.
        6. dan tentunya finansial. BPL HMI cabang kediri belum mampu mandiri dalam pengelolaan sumber dana.
        Dari pemaparan yang telah kami lakukan, ada beberapa catatan penting untuk dijadikan evaluasi agar langkah ke depan semakin baik.  Pada forum yang mulia ini secara subyektif kami mencoba untuk melakukan otokritik terhadap kinerja yang kami lakukan dan mohon kepada kawan-kawan semua untuk dapat memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan ke depan. Dari gambaran umum tersebut ada beberapa langkah yang kami sadari untuk direkomendasikan pada kepengurusan mendatang.
        Dari evaluasi umum tersebut ada beberapa langkah yang kami sadari akan kami maksimalkan pada waktu yang akan datang, yaitu:
        KONSEP PERKADERAN HMI CABANG KEDIRI KE DEPAN
        1. Ideologisasi Kader
        2. Eksplorasi Potensi Kader
        3. Peningkatan mutu pada profesionalitas kader
        4. Mencetak leadership yang handal dan pelopor
        5. Menumbuhkan jiwa enterpreneurship dan kemandirian pada kader
        6. Membangun sistem perkaderan yang dinamis, kondusif, efektif dan terukur
        7. Membangun jejaring perkaderan dari tingkat lokal hingga nasional
        8. Membangun jejaring networking dari tingkat lokal hingga internasional
        9. Pengembangan IT terhadap para kader
        10.  Menumbuhkan kepekaan sosial terhadap masyarakat kecil


        MELANGKAH MENUJU PERBAIKAN
        (Sebuah Penutup yang Bukan Akhir Perjuangan)

        Sodara-sodara SEPERJUANGAN peserta MUSBA BPL PC HMI KEDIRI  yang kami hormati,
        Demikianlah laporan ini kami sampaikan, dengan harapan apresiasi positifnya terhadap rumah baru kita ini.  Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf atas segala kesalahan yang telah kami lakukan selama menjalankan amanah yang masih KADALUARSA ini.  Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses-proses perkaderan HMI. Terakhir semoga “yakin usaha sampai” masih menjadi motivasi bersama kita bergerak maraih Cita. Atas perhatian kawan-kawan semua kami ucapkan terima kasih.

        Billahittaufiq walhidayah
        Wassalamu’alaikum wr wb.