SEDIKIT CERITAKU TENTANG JOGJA
jogja adalah harapan
matahari tradisi dan budaya jawa ditengah pergulatan
disini kita temukan manusia tradisional sekaligus manusia
kontemporer
mereka berdampingan bersekat logika dan rasa
manusia beda zaman dalam harapan
pertemuanku dengan kota ini hampir 15 tahun yang lalu
namun masih tetap menyisakan nuansa romantik dalam memory jiwaku
sehingga selalu dan selalu tuk kusinggahi
bukan sekedar keramahan warganya
keelokan tradisi dan mistiknya
namun jogja adalah harapan dari budaya dan peradaban kita
budaya nasional bangsa ini
jogja, dulu para pendahulu bangsa ini pernah memulai menanam
masa depan diatas tanahmu ini
menanam hasil olah rasa dan logika dalam menjawab realita
puluhan tahun bangsa ini telah merdeka
namun tanaman masa depan itu semakin layu dan memudar
jogja, terlalu gersang dan tanduskah tanahmu kini!
bila kulalui jalanan saat malam hari dikota ini
maka yang tersisa adalah kelelahan para tukang becak tua
pedagang angkringan yang terus mengumpulkan rupiah dipinggir
jalan
berharap hidup semakin baik dan sejahtera
jogja, pertama kuinjakkan kakiku diatas tanahmu ini
aku terpesona, kau ibarat gadis jawa yang anggun mempesona
bersanggulkan kembang-kembang yang mekar dan harum
hingga aku terpesona untuk terus memandangimu
dan berharap terus memelukmu sekedar untuk hangatkan logika dan
rasaku
jogja, sekian waktu telah kulalui
mata ini sekaligus jadi saksi akan keelokan tradisi dan
keramahan wargamu
sekian waktu kenikmati kehangatan cahaya matahari harapan itu
namun pada kesekian kalinya kuhanya beku
melihat pertikaian dan berebut kepentingan telah mengotori
keelokanmu
ibarat gadis jawa yang telah ternodai oleh tangan bejad dan tak
bertanggung jawab
sekian kalinya juga aku kehilangan pesonamu yang memancar dulu
sedang kakiku terasa panas dan sakit kerna kegersangan dan
kerikil2 tajam mu
oh jogjaku, gadis jawa yang buatku terpesona dulu
kini kau telah layu, hilang sudah kesucian tradisimu
kini kau ibarat wanita tua yang menghiba dan hamil tua
kerna telah diperkosa oleh anak zaman yang biadab
logika dan rasa yang liar telah menodai matahari harapan putra
pribumi ini
JOGJAKARTA, 23 MEI 2013
AHLAN EL-FAZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar