Kamis, 27 November 2014

RENUNGAN HMI

RENUNGAN HMI

Sudah 67 tahun HMI ini didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya di Jogjakarta, tumbuh berkembang dan mewarnai NKRI, visi keumatan dan kebangsaan telah menjadi komitmen bersama untuk mensyiarkan islam dan menjaga kedaualat NKRI. Semangat perjuangan yang membara menjadi kekuatan tersendiri bagi pemuda Islam yang terhimpun dalam wadah himpunan.
Hingga tantangan begitu kentara pada tahun 1965, namun bendera HMI terus kokoh berdiri, Sulastomo telah mengambil peran kepemudaan saat itu, menjadi pelopor pemuda islam melawan komunisme yang telah mencakar-cakar keutuhan NKRI. Dan HMI pun survive, justru semakin kokoh berdiri.
Semangat perjuangan merubah polanya, dari perjuangan fisik, konsolidasi politik menjadi perjuangan pembaruan pemikiran Islam yang digerbongi oleh Cak Nur dan kawan-kawan. Begitu kentara dan menggetarkan pemikiran radikal mereka, hingga semua ternganga dengan pemikiran para pemuda Islam di tahun 70 –an, begitu menggebu-gebu untuk merubah paradigma berfikir masyarakat islam di indonesia yang begitu kolot dan HMI mampu survive membawa gerbong perubahan itu.
Dinamika mulai muncul, dan begitu krusial, ketika Soeharto memaksakan azas tunggalnya, pancasila. Semua harus tunduk patuh dengan sistem yang telah dibentuk oleh orde baru, namun pemuda Islam HMI tidaklah begitu saja menerimanya, bahkan tentangan terlalu keraspun dilayangkan. Disitulah konflik internal mulai muncul, antara yang pro dan kontra, hingga pada akhirnya HMI terpecah dua, HMI DIPO dan HMI MPO, dalam kondisi itu HMI terus mencoba berjalan walaupun tertatih, kerna dinamika semakin panas. Dan beban sejarah telah ditanggungkan semenjak pertengahan 80-an, dimana organisasi yang punya visi pemersatu umat ternyata telah terpecah hingga kini, dan sulit untuk disatukan.
Awal 90-an HMI (dipo) mencoba lebih akomodatif dengan pemerintah, hingga gerak perjuangan HMI mulai mewarnai kancah politik dinegeri ini, pemuda-pemuda Islam himpunan mulai berkecimpung dalam politik praktis dan birokrasi negara, disanalah akbar tanjung mulai membangun poros, dibarengi dengan beberapa mantan ketua umum dan para almuni HMI di Golkar dan PPP, hingga krisis moneter mulai menjangkiti pada semua aspek kehidupan negeri ini.
Tahun 1998 suharto turun dari kursi presiden dan naiklah BJ Habibie sebagai presiden yang baru, pada saat itulah HMI mendapatkan momentum yang baru, era reformasi telah terjadi, Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum mengambil langkah politik yang cukup strategis, hingga dia mampu mengawal masa transisi era orde baru ke era reformasi, dan munculah Anas Urbaningrum sebagai tokoh muda yang sangat disegani pada waktu itu.
Kini era reformasi telah berjalan hampir 16 tahun, namun kekacauan negeri ini terus terjadi, kemiskinan, kebodohan, ancaman disintegrasi, kerusakan lingkungan, pengurasan hasil alam oleh asing dan pribumi, pengangguran, korupsi semakin menjadi-jadi, namun selama kurun waktu itu pula HMI terus terjadi konflik dan terbelah dalam gerbong-gerbong politik, HMI telah mengalami konflik internal PBHMI mulai dari Kholis Malik VS Mukhlis Tapi Tapi, Hasanuddin VS Syahmud Ngabalim, Nur Fajriansyah vs Basri Dodo, dan hampir saja dalam periode Arif Rosyid ini mengalami dinamika internal yang tak kalah sengitnya.
Harus kita akui bahwa budaya yang telah terbangun di internal himpunan ini adalah budaya politik dan pragmatisme, hingga dinamika perpecahanpun dikarenakan persoalan jabatan struktural dan bagi-bagi kue saja, sungguh ironi, harusnya masa reformasi ini kita mulai mengencangkan ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju, malah terlalu sibuk dengan urusan konflik internal yang berkepanjangan.
Fajar Baru Di Era Baru
Masyarakat ekonomi ASEAN telah ada didepan mata, `2015 sebentar lagi, dan kita masihlah gagap mempersiapkan segala sesuatunya, perdagang bebas dikawasan Asia Timur akan dibuka, ASEAN, Cina, Korea, dan Jepang. Perkaderan HMI terus terseok-seok dan semakin tidak diminati oleh pemuda-pemuda Islam, intelektualitas dan profesionalitas hanya menjadi slogan perkaderan tanpa mampu mengaplikasikan dilingkungannya. Sungguh kita akan menjadi badut-badut dinegeri sendiri jika kita tadak cepat sadar dan bangkit memperbaiki himpunan ini.
Himpunan harus mampu mengambil peran strategis dalam masyarakat ekonomi ASEAN nantinya, membangun network yang kokoh, menjadi pelopor dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan IPTEK. Meningkatkan kualitas perkaderan hingga memiliki standar mutu yang akan mampu bersaing dikancah global. Karena sebentar lagi kita akan berkompetisi dengan pemuda Singapura, Cina, Malaysia, Jepang, Korea dan sebagainya, kita harus menyiapkan modal yang kokoh untuk berkompetisi kedepan.
Mari Kembali Ke Perkaderan HMI
Ruh HMI adalah perkaderan, tanpa perkaderan maka HMI tidaklah ada, HMI akan mati, tanpa di isi oleh kreatifitas pemuda-pemuda Islam genius dinegeri ini. Dengan perkaderanlah kita mampu mengembangkan potensi dan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keimanan, keilmuan, dan profesionalitasnya. Mari kita merevitalisasi perkaderan HMI, perbaiki sistem perkaderan mulai dari maperca, LK I, LK II, LK III. Perkokoh lagi sistem follow up nya, HMI back to campus, gerakan kaderisasi instruktur HMI harus menjadi nyata, perbaharui segala infrastruktur perkaderan HMI, hingga pada akhirnya HMI berjaya, mampu menjadi pelopor dalam berkompetisi di era perdagangan bebas global 2020.
Perkaderan HMI tidak hanya transfer knowledge, namun harus mampu menjadi kawah condrodimuko untuk menggembleng mental dan skill para kader-kader HMI, menjadi pemimpin berkelas internasional, enterpreneur-enterpreneur muda Muslim yang akan menjadi pelopor kebangkitan Islam di dunia.
Sudah saatnya dunia ada dalam genggaman umat Islam, Islam sebagai agama rahmatan lil alamin harus kita wujudkan, kerna pemuda Islam adalah harapan, harapan untuk kemajuan dan ketinggian peradaban Islam dimuka bumi.
Medan, 24-11-2014
Ahlan el-faz, ketua umum BPL PBHMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar