Pokok-pokok Gerilja
1. Peperangan abad ini adalah perang rakjat semesta
Usaha perang bukanlah cuma usaha angkatan perang saja,
melainkan dan malah telah menjadi usaha rakyat semesta pelbagai sektor
kehidupannya, yang masing-masing menjadi pesertaan dalam usaha yang seluruhnya,
yang tak dapat lalai-melalaikan lagi.
Perang yang sekarang bukan lagi perang antara tentara dengan
tentara saja, bukan lagi cuma perang militer. Melainkan sekarang yang berperang
adalah rakyat, rakyat seluruhnya. Perang
bergolak secara semesta, walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah
menangnya kedua angkatan bersenjata yang berhadapan.
Maka ilmu perang itu bukan cuma ilmu perang yang khusus
dengan strategi, taktik dan logistiknya, meainkan pula politik militer,
politik, psychologi dan ekonomi. Lapangan perang bukan lagi cuma yang militer,
melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Pimpinan perang bukan lagi
mengenai medan militer, melainkan medan-medan seluruhnya secara semesta.
Syarat-syarat yang diminta dari padanya bukan lagi keahlian cuma keahlian
militer, melainkan pemahaman seanteronya politik, militer dan ekonomi.
2. Perang Gerilja adalah perang sikecil/silemah melawan
sibesar/sikuat.
Berperang gerilja bukanlah karena menganut “ideologi”
bergerilja, melainkan karena kita diharuskan, karena telah tidak mampu menyusun
kekuatan yang berorganisasi secara modern, yang setara dengan musuh. Maka
gerilja kitapun baru pada tingkatan melelahkan musuh, belum sampai dapat
menghancurkannya walaupun bagian demi bagian.
3. Perang gerlija tidak dapat secara sendiri membawa
kemenangan terakhir, perang gerilja hanya untuk memeras darah musuh. Kemenangan
terakhir hanyalah dapat dengan tentara yang teratur dalam perang yang biasa,
karena hanya tentara demikianlah yang dapat melakukan offensif dan hanya
offensiflah yang dapat menaklukan musuh.
Defensif tidak dapat mengalahkan musuh, hanya offensiflah
yang mampu demikian. Deffensif sekedar sementara menyiapkan dan menantikan
untuk melakukan offensif pada suatu waktu.
Perang gerilja strategis hayalah defensif. Kemenangan perang
hanya mungkin oleh offensif, offensif oleh suatu tentara yang teratur, oleh
suatu tentara yang setara.
4. Perang gerilja biasanya adalah perang ideologi. Perang
gerilja adalah perang rakyat semesta.
Prajurit gerilja bukanlah cuma prajurit pemanggul senjata
seperti yang lazim dalam perang biasa, melainkan ia adalah pemanggul ideologi.
Ia bukan cuma pelopor pertempuran melainkan terutama pelopor ideologi.
Sejarah cukup menunjukan bahwa perang gerilja adalah
senantiasa sebagai pelopor perjuangan ideologi. Rakyat yang tertindas, rakyat
yang terjajah, rakyat yang teraniaya oleh pendudukan, mengepalkan tangannya
untuk mengenyahkan penjajahan, sipenindas dan sipenduduk yang kejam.
Penderitaan perjuangan yang bagaimanapun rasanya enteng jika dibandingkan
dengan kesengsaraan penindasan, penjajahan dan pendudukan yang kejam.
Ideologi, semangat kemerdekaan, menjadi sumber kekuatan dan
kesanggupan untuk memulai peperangan melawan musuh yang kuat dan teratur dengan
segala tentaranya.
Maka hanya dengan ideologi yang kuat, hanya batin yang
teguh, yang dapat meledakan perang gerilja yang cukup tabah buat menempuh jalan
penderitaan yang panjang dan sulit sampai pada tingkatan mengalahkan musuh yang
kuasa.
Tindakan-tindakan sigerilja tidak bisa cuma mengutamakan
pertempuran-pertempuran, melainkan haruslah pula mengutamakan psyichologis dan
sosial ekonomis dengan gerakan-gerakan propaganda, politik non-kooperasi,
politik bumi-hangus, infiltrasi dll.
5. Akan tetapi perang gerilja tidaklah berarti bahwa seluruh
rakyat bertempur.
Rakyat adalah sendi bagi gerilja
Pemimpin-pemimpin kita selalu mengibaratkan gerilja sebagai
ikan dan rakyat sebagai air, mencontoh pelajaran dari Mao Tse Tung. Maka “air”
itu harus dipelihara dalam “hawa” politik dan sosial-ekonomi yang sewajarnya
untuk menyuburkan pertumbuhan gerilja yang “berenang” didalamnya.
Perang gerilja adalah perang rakyat, gerilja lahir dan
tumbuh diatas haribaan rakyat yang berjuang, gerilja berjuang dengan bantuan,
pemeliharana dan perlindungan rakyat pula. Gerilja adalah prajurit rakyat yang
sedjati.
Massa bisa gampang diagitir untuk mengganas beramai-ramai,
tetapi pula massa itu gampang pecah dan kacau balau, sehingga menjadi sangat
sulit untuk dipimpin. Suatu sukses bisa menjalankan semangat massa dengan
cepat, tetapi kegagalan bisa pula merosotkan dan mematahkan semangatnya
sekaligus. Pula massa sangat gampang dikacaubalaukan oleh gerakan desas-desus.
6. Perang gerilja tidaklah boleh sembarangan “geriljisme”
Kaum gerilja juga harus berdisiplin, juga harus
berorganisasi, juga harus berlatih, juga harus mempelajari taktik bertempur,
juga harus mempunyai rancangan dan perhitungan. Kaum gerilja juga mempunyai
pemimpin yang harus ditaati, Bahkan segala sesuatu harus lebih berat disadari.
Gerilja harus bersifat geriljis terhadap musuh, sehingga ia
tetap pusing dan kacau mengenai keadaan dan maksud-maksud gerila, akan tetapi
harus bersifat teratur dan berdisiplin kepada pemimpin sendiri.
7. Gerilja berpangkalan dalam rakyat. Rakyat membantu,
merawat dan menyembunyikan gerilja, serta menyelidik untuk keperluannya.
Gerilja berpangkalan dalam rakyat, mempersiapkan diri
ditengah-tengah rakyat, bersembunyi ditengah-tengah rakyat. Gerilja
berpangkalan dimana-mana, asal saja ada rakyatnya dan asal saja buminya cukup
ruangan dan persembunyian.
8. Gudang senjata gerilja adalah gudang senjata musuh.
Persenjataan dan amunisi teramat sangat penting dan teramat
sulit dalam suatu perang gerilja. Perang gerilja adalah perang sikecil melawan
sibesar, maka kekuatannya adalah cara-cara geriljanya, yang muncul dan hilang
dimana-mana menurut keprluan keadaan.
Sebagai sikecil dapat dimengerti, betapa pentingnya
penghematan tenaga dan penghematan peluru.
9. Menyimpulkan strategi dan taktik perang gerilja.
Perang gerilja dan pertahanan rakyat total sebagai obat
mujarab untuk mengatasi tiap-tiap agresi terhadap negara kita. Maka perlulah
secara obyektif disadari lagi sepenuh-penuhnya arti strategis dari perang
gerilja. Gerilja memang dapat hebat dan dahsyat, dapat mengikat dan melemahkan
musuh yang berpuluh-puluh jumlahnya. Namun perang gerilja adalah strategis
tetap defensif pada hakekatnya, dan tidak mampu mengalahkan musuh.
Siasat gerilja adalah mengikat musuh sebanyak mungkin,
melalhkan, memeras darah dan keringatnya sebanyak mungkin, dan menggoncangkan
urat-urat syarafnya. Gerilja adalah muncul-menghilang, mondar-mandir
dimana-mana, sehingga bagi musuh tiada dapat dicari dimanapun, tapi dirasakan
menggempur dimana saja.
Siasat gerilja ialah untuk memaksa musuh tersebar
kemana-mana menjadi immobil sebanyak-banyaknya, dan terpaksa mengadakan stelsel
pembentengan yang tetap. Musuh disebar-sebar, dipecah-pecah dan dipakukan,
sambil sigerilja terus memeras darah, keringat dan urat syarafnya. Musuh yang
besar harus dihindari, atau diganggu secara dicubiti dimana-mana. Musuh yang
kecil harus dikepung dan dihancurkan serta alat-alatnya dirampas.
Untuk dapat melakukan tindakan yang muncul menghilang yang
tak dapat dicari tetapi selalu terasa dimana-mana, gerilja memerlukan
“pangkalan” diantara kedudukan musuh, yang diladeni oleh rakyat, yang cukup
tersedia dipelbagai pelosok buat keperluan gerilya yang mondar-mandir.
“Pangkalan” itu harus dipilih didaerah yangbumi dan
rakyatnya cukup memenuhi syarat. Bumi yang sulit didatangi oleh musuh, yang
cukup tempat persembunyian dan jalan penyingkiran, yang tak dapat diserbu oleh
musuh secara besar-besaran denga peralatan yang berat, dimana sigerilja dapat
memaksa musuh untuk berhadapan dengan peralatan yang sama, yakni setara
infanteri belaka. Bumi yang dikenal sedalam-dalamnya oleh para gerilja. Bumi
yang didiami oleh rakyat yang bersemangat, yang memperjuangkan ideologi yang
sama dengan gerilya, atau paling sedikitnya yang menyukai gerilya.
Syarat-syarat bumi dan rakyat adalah yang terbaik, jika gerilja bersarang dalam
daerah kampung halamannya ditengah-tengah sanak saudaranya sendiri.
10. Sifat pokok perang gerilja ialah rakyat yang membantu,
ruangan geografis yang cukup dan adanya perang yang lama.
Rakyat yang membantu itu memang kuat batinnya, kuat
ideologinya, kuat semangat kemerdekaannya, kuat semangat perjuangannya, tabah
menderita kesengsaraan perjuangan.
Syarat geografis yang diminta wilayah-wilayah yang cukup
luas dan daerah-daerah yang sulit dilintasi, tidak begitu banyak jalan raya,
banyak gunung dan bukitnya, banyak hutan dan belukarnya. Daerah demikian adalah
sarang-sarang gerilja.
Untuk memenuhi syarat perang lama, maka perlulah
sungguh-sungguh tabah rakyat dan tentaranya, dengan seksama berjuang menderita
sampai tercapai kemenangan perang yang terakhir. Rakyat dan lebih-lebih
pemimpin-pemimpin harus tabah terhadap intimidasi musuh yang saling berganti
dengan bujukan manis seperti madu. Tabah untuk tetap menolak kolaborasi, tabah
untuk tetap bernon-kooperasi, dan tetap lebih suka menderita daripada menerima
pekerjaan dari musuh, daripada menerima perlindungan di rumah yang disediakan
musuh atau kota-kota yang dipasifisirnya.
11. Perang rakyat yang total memerlukan pemimpin yang total
dan bukan saja pada puncak nasional, melainkan juga pada daerah-daerah gerilja
yang terbawah.
Kesatuan dan kebulatan pemimpin adalah syarat mutlak untuk
kesempurnaan perang rakyat yang semesta.
12. Perang anti-gerilja harus menuju kepada memisah gerilja
dari rakyat pangkalnya, dan karena itu lebih-lebih harus mengutamakan gerakan
politik, psychologis dan ekonomis. Gerilja harus dilawan dengan
senjata-senjatanya sendiri, kegiatan offensif, kemampuan yang mobil dan
flexible.
Perang anti-gerilya adalah usaha pasifikasi, dan pasifikasi
adalah terutama usaha membangun, sedangkan perang biasa adalah terutama usaha
menghancur.
Perang anti-gerilja adalah memberantas perlawanan rakyat
yang bbersifat total, baik yang aktif menggerilja dan menyabotir, maupun yang
passif melawan belaka seperti bergerak di bawah tanah, dilapangan propaganda
dan intelligence.
Pertikaian politik dalam negeri biasa menggunakan kegiatan
gerilja dan perlawanan bawah tanah. Tugas anti-gerilja dalam arti yang luas
adalah tugas yang tiada henti bagi banyak negara apalagi negara yang muda.
Tujuan pokok dalam anti gerilja ialah memisahkan rakyat dari
gerilja. Hanya atas dasar itu dapat berhasil tindakan anti-gerilja secara
militer.
Kemenangan politik-ideologis, kemenangan sosial-ekonomis dan
psychologis adalah pangkal untuk dapat mencapai kemenangan militer.
Menangkapi rakyat bersama-sama, menghukum rakyat secara
kolektif, membakari rumah-rumahnya, semuanya karena membantu atau
menyembunyikan agen-agen gerilja adalah menjadi senjata yang paling kuat yang
“dihadiahkan” kepada kaum gerilja. Kaum gerilja yang akan semakin muncul
sebagai pelindung rakyat. Sebaliknya maka siasat anti-gerilja haruslah
mengikhtiarkan keadilan dan kebajikan yang sebenar-benarnya.
Soal pokok adalah menawan hati rakyat. Inilah strategi
perang anti-gerilja. Mengenal rakyat, mengenal cita-citanya, mengenal
adat-istiadatnya, mengenal masalahnya adalah senjata utama dalam tangan pihak
anti-gerilja.
Perlu sekali pihak anti-gerilja sebanyak mungkin menggerakan
tenaga-tenaga rakyat, mempergunakan pemimpin-pemimpin rakyat. Gagallah
usaha-usahanya, kalau ia harus bertindak dengan cuma tentaranya, gagallah kalau
ia tiada dapat menggerakan tenaga rakyat. Sedapat mungkin haruslah ia usahakan,
supaya pemimpin-pemimpin rakyat yang berpengaruh tertarik kepada pihaknya
dengan pelbagai macam daya upaya. Sedapat mungkin rakyat jangan merasakan
langsung paksaannya dan kebutuhannya, haruslah ia disalurkan melalui pemimpin-pemimpin
rakyat sendiri.
Perang psychologisnya mengusahakan memperoleh keterangan
tentang ketegangan-ketegangan dan perselisihan di dalamnya, apalagi antara
pemimpin atau pemimpin dengan pengikutnya. Hanya inilah yang bisa dipergunakan
untuk memisahkan mereka, dan tidak akan berhasil cuma desas-desus atau fitnah
belaka.
Peristiwa perselisihan kecil atau keteledoran yang kecil
pada pihak gerilja, yang sungguh terjadi bisa dipergunakan dengan sangat
bermanfaat oleh pihak anti-gerilja
Yang paling penting ialah menawan hati dan pikiran
anggota-anggota gerilja sendiri, terutama yang telah tertawan. Dengan sikap
yang baik-adil, dengan menyadarkan kepada maksud anti-gerilja lebih tinggi
daripada sigerilja, dengan lain-lain daya upaya, supaya akhirnya tercapai perubahan pikiran
mereka.
Gerilja harus dipisah dari rakyat. Gerilja harus dihadapi
dengan senjata-senjatanya sendiri. Inilah pokok pegangan anti-gerilja.
Bersambung ………
*****
*Catatan : Strategi perang anti-gerilya diterapkan Jenderal
A.H. Nasution dalam operasi pagar betis
yang didukung oleh “para ulama” di Jawa Barat seperti dalam tulisan disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar