MEMBANGUN SISTEM
PERKADERAN HMI DI ERA KONTEMPORER
Setelah hampir 4 tahun 4 bulan aku ber-HMI, diproses dalam system perkaderan yang pernah dianggap sebagai suatu system terbaik kedua setelah
system pendidikan di tubuh TNI, serasa hari ini aku merasa masih ada yang kurang dan belum aku dapatkan di organisasi ini. Jenjang training di HMI dari mulai MAPERCA – LK 1 – LK 2 – LK 3 saya kira tidak lagi bias mencukupi kebutuhan kader hari ini selama menjalankan prosesnya, apalagi menjadi jaminan untuk masa depan kader-kader
HMI dimasa mendatang. Sedangkan tantangan perkaderan HMI saat ini, dengan rata-rata usia kuliyah 4 tahun, sudah saatnya perkaderan HMI harus berbenah diri pada pola dan kurikulumnya, harus ada akselerasi percepatan dalam system namun tidak mengurangi kualitas bahkan harus terus menjaga kualitas outputnya.
HMI adalah ibarat suatu perusahaan besar yang memiliki SDM/SDA berpotensi besar, namun tidak ada system yang menjamin peningkatan kualitas para pekerjanya,
buruk manajemennya, kepemimpinan didalamnya tidak konsisten, apalagi banyak tarik menarik kepentingan disini, baik dari internal perusahaan maupun eksternal,
maka sekiranya perusahaan ini hampirlah koleps/bangkrut. Kalau kita sebagai pemilik perusahaan tidaklah mengambil suatu jalan progresif dan radikal,
maka tunggulah masa kebangkrutanya.
Sehingga Pada giliranya harus ada perubahan dan penyegaran system
didalamnya, diantaranya :
1. Harus ada pembaharuan
system perkaderan baik dari segi jenjang trainingnya maupun non trainingnya, baik berupa formal maupun non formal, juga berbagai macam aktivitas kadernya secara individu, kelompok maupun organisasional.
2. Adanya restrukturasi dalam tubuh organisasinya, peremajaan kembali kepengurusan di semua lapisan jenjang struktur, baik dari mulai komisariat-korkom,
cabang, badko, hingga PB HMI.
3. Pengadaan pengurus rayon pada setiap jurusan/prodi di
setiap kampus sebagai basis masa/akar rumput organisasi.
4. Membentuk organisasi underbow pada tingkatan SMA-SMP dengan system training
dasar terkait keislaman, kebangsaan dan
IPTEK, dll.
5. Mensupport kembali lembaga-lembaga
kekaryaan untuk mengasah potensi yang dimiliki oleh kader-kader HMI.
6. HMI
harus mampu memiliki orientasi baru untuk kader-kadernya, umat dan bangsa ini.
Juga mampu mengembangkan opini secara nasional maupun internasional,
sebagai pijakan misi jangka panjangnya.
7. Memperketat dan memperkuat jejaring organisasi di tingkatan alumni, baik yang aktif di KAHMI secara organisasi maupun tidak, mengurangi dampak negatifnya dan menjadikan
Alumni sebagai sumberdaya yang terus berpotensi untuk mengembangkan dan menjaga eksistensi HMI, baik didalam internal maupun di eksternal.
Juni, 20-2011
MENJAWAB TANTANGAN KRISIS
INSTRUKTUR HMI KEKINIAN
Ibarat sebuah perguruan tinggi, selain lembaga yang menaungi (organisasi)
maka haruslah lengkap dengan tenaga pendidik (dosen) juga karyawannya
(struktural), namun di HMI hari ini yang sudah seperti lembaga perguruan tinggi
yang besar namun sedikitlah tenaga pengajarnya, sehingga mengalami masa tidak
keseimbangan dalam perkaderannya. Dengan adanya 20 BADKO, 190 CABANG Dan hampir
ada 2000-komisariat dan jumlah anggota sekitar 100.000 anggota yang tersebar
diseluruh indonesia sudah barang tentu HMI harus memiliki stok tenaga
instruktur 20.000 instruktur dengan rasio 1:5, satu instruktur lima anggota
yang dikader, 20.000 instruktur ini yang akan menjalankan segala mekanisme
kaderisasi di HMI yang tersebar diseluruh indonesia.
Namun pada realitasnya hari ini, HMI hanya memiliki jumlah instruktur
sekitar 500 orang yang tersebar diseluruh indonesia, dan bahkan terkadang ada
cabang yang tidak memiliki instruktur sama sekali. Instruktur ini haruslah
dihitung dengan masa aktifnya anggota di HMI, karena agar terjadi dinamika yang
dinamis dan dialektika yang aktif antar kader dalam perkaderan di HMI.
Bagaimana peran alumni? Ini satu pertanyaan yang juga harus dijawab hari ini,
dengan berbagai plus-minus-nya, karena pada realitanya, alumni ini kadang
membuat dinamika HMI lebih aktif melalui transformasi ke-ilmuan dan
profesionalisme yang mereka geluti, namun terkadang juga ada maunya, dengan
berbagai macam kepentingan mereka mempengaruhi kader-kader HMI sehingga terjadi
perang kepentingan yang nyata dalam tubuh organisasi ini. Hemat saya, kita
sudah saatnya menempatkan alumni (KAHMI) pada batas sewajarnya, tempat menggali
ilmu, bukan membebek karena silau dengan kesuksesannya yang pada gilirannya
terjadi perang kepentingan dan berlanjut menjadi konflik yang akut dan terus memperlemah
proses perkaderan baik di PBHMI, BADKO, CABANG, KORKOM, dan KOMISARIAT.
Dalam rangka menjawab krisis instruktur di HMI, maka perlunya ketegasan
semua pihak yang ada di organisasi ini, antara lain :
1.
Mengadakan
TRAINING INSTRUKTUR dengan berbagai jenjangnya oleh PBHMI, BADKO, CABANG DAN
KORKOM secara berkelanjutan, sehingga kuota 20.000 instruktur terpenuhi.
2.
Memasifkan
pengurus BPL, baik BPL PBHMI, KORWIL, DAN DAN CABANG.
3.
Menjalankan
proses follow up dan upgrading dengan semestinya pada pasca setiap jenjang
training oleh semua jenjang kepengurusan yang ada di HMI.
4.
Adanya
terobosan yang brilian oleh Bidang PEMBINAAN ANGGOTA terkait sistem perkaderan
dan kurikulumnya.
5.
Adanya
keberanian dari PAO HMI untuk menindak tegas pada semua unsur pelaksana training
yang menyimpang, mulai dari tataran PBHMI hingga komisariat.
6.
Adanya
perpustakaan HMI dan laboratorium Kader HMI agar secara intelektual dan
akademiknya terus dirangsang, sehingga mampu memunculkan konsep-konsep teori
baru, baik scient maupun ilmu-ilmu sosial-agama.
7.
Adanya
komitmen dan konsistensi semua pihak, dari anggota, pengurus dan almuni untuk
terus menggiatkan sistem kaderisasi di HMI, baik secara Materi, material maupun
non materi.
8.
Adanya
sertifikasi terhadap semua instruktur oleh BPL dan BIDANG PEMBINAAN ANGGOTA
menurut kemampuan spisalisasi para instrukturnya secara berjenjang dari mulai
instruktur MAPERCA - LK I – LK II - LK III
Itulah beberapa tawaran gagasan yang sudah saatnya kita lakukan bersama
dengan sesadar-sadarnya. Sehingga dalam 2-5 tahun HMI mampu mandiri untuk
mengelola perkaderan secara umum dari mulai
KOMISARIAT-KORKOM-CABANG-BADKO-PBHMI.
RE-DESAIGN SISTEM PERKADERAN
DAN KURIKULUM TRAINING KEDEPAN
Perkaderan HMI haruslah dititik beratkan pada kajian-kajian keislaman,
mulai dari akidah, akhlak, ibadah, mua’malah dan jihadnya, bagaimana kemudian
kader-kader HMI mampu menjaga keselarasan antara Hablum minalloh, hablum
minannas dan hablum minal ‘alam.
Konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin seperti tercantum dalam pedoman
perkaderan hasil lokakarya di depok tahun 2010 yaitu “ rahmat bagi seluruh alam
menurut islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat
persodaraan (universal brotherhood), egaliter, demokratis, berkeadilan sosial
(sosial justice), berakhlaqul karimah, istiqomah melakukan perjuangan untuk
membebaskan kaum tertindas (mustadh’afin), serta mampu mengelola dan menjaga
keseimbangan alam.”
HMI sebagai organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat perjuangan dalam
mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun
yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridloi alloh
SWT. Sehingga grand desaign perkaderan HMI haruslah mampu membentuk kader yang muslim intelektual profesional mandiri,
kenapa harus ada kata mandiri dari tujuan perkaderan HMI? Karena sudah saatnya
kader-kader HMI mampu menjadi insan mandiri yang hidup diatas kaki sendiri
tanpa harus berlindung dibawah ketiak alumninya karena dampaknya sangat luar
biasa ketika mengamati realitas kader-kader HMI hari ini. Kader HMI harus mampu
membaca peluang, mengambil peluang itu untuk dijadikan ruang yang mampu
mensejahterakan masyarakatnya.
Dalam rangka menjadikan HMI sebagai SECOND CAMPUS maka sistem training
haruslah mulai diperbaiki, manajemen yang ketat dan disiplin, kurikulum yang up
to date, sehingga akan memiliki kader yang berkulitas dan mampu menjawab
tantangan zaman. quality control yang memiliki standar sesui dengan yang
diharapkan dalam tujuan dan target pada setiap jenjang training.
Dibawah ini adalah beberapa ide gagasan untuk kurikulum materi dalam setiap
jenjang training di HMI, semoga dalam 5-10 tahun ke depan HMI mampu mencetak
kader-kader yang sesuai dengan tujuan dan target perkaderan, dan tentunya bisa
mewujudkan tujuan HMI pada umumnya.
NO
|
MAPERCA
|
LK I
|
LK II
|
LK III
|
UP GRADING/
FOLLOW UP
|
1.
|
1. KE-HMI-AN
2. KEISLAMAN
3. KMO
4. Wawasan Nasional
5. Wawasan Dunia
Profesi
6. Acievment
Motivation
7. Metodologi
Kepenulisan
|
1. KE-HMI-AN
2. KEISLAMAN
3. KMO
4. W. Nasional
5. W. Scient Dan Teknologi
6. W. Internasional
7. W.
Enterpreneurship
8. Kemahasiswaan dan
Perguruan Tinggi
9. Metodologi
Kepenulisan
10. Baksos
|
1.
KE-HMI-AN
2.
KEISLAMAN
3.
KMO
4.
W. Nasional
5.
W. Scient Dan Teknologi
6.
W. Internasional
7.
W. Enterpreneurship
8.
IDEOPOL STRATAK
9.
Sosiologi
10. Metodologi
Penelitian/Riset
11. Advokasi
|
1.
KE-HMI-AN
2.
KEISLAMAN
3.
KMO
4.
W. Nasional
5.
W. Scient Dan Teknologi
6.
W. Internasional
7.
W. Enterpreneurship
8.
W. Media Massa
9.
W. Intelejen
10. Pengabdian
|
|
MENGEMBALIKAN PARADIGMA PERKADERAN
DI HIMPUNAN
Mengembalikan paradigma dan semangat perkaderan di Himpunan ini tidaklah
mudah, namun kita harus tetaplah optimis bahwa perubahan itu masih dan akan ada
secara terus menerus, baik secara cepat
maupun lambat dan perlahan. Yang pasti ghirroh/semangat dan motivasi untuk
merubah kearah yang positif itu harus kita pompa terus, tak kenal panas dan
hujan atau siang dan malam, paradigma itu harus kita hembuskan perlahan dengan
target yang telah direncanakan.
Sementara ini kita melihat hampir paradigma dan orientasi kader-kader
himpunan ini ada pada struktural yang pada gilirannya akan berebut pada posisi
politik di himpunan yang akan diteruskan saat nanti sudah alumni. Jadi,
paradigma yang sudah terlanjur terlembagakan di mindsite kader-kader HMI ini
harus secepatnya kita geser kembali menjadi mindsite perkaderan, yang pada
gilirannya untuk mewujudkan tujuan perkaderan itu sendiri yaitu kader yang
MUSLIM INTELEKTUAL PROFESIONAL MANDIRI.
Proses pergeseran paradigma itu bisa kita mulai dari para calon
instrukturnya, melalui proses pelaksanaan training-training instruktur dan
pembinaannya yang secara berkelanjutan. Melalui duta-duta perkaderan inilah
pergeseran paradigma itu kita gulirkan. Kita bekali secara matang untuk terjun
pada proses-proses latihan kader, mulai dari MAPERCA-LKI-LKII-LKIII. Sehingga
kader yang dihasilkan pada setiap training akan memenuhi kualifikasi yang
ditargetkan dalam pedoman perkaderan sesuai profil kader HMI masa mendatang.
Dan ada beberapa catatan dalam proses rekruitmen calon anggota baru,
diantaranya; setiap calon anggota harus memiliki bebarapa kualitas, yaitu
kualitas akhlakul karimah, potensi intelektualitas, secara ekonomi dari
keluarga yang mapan/berkecukupan, memiliki mentalitas yang kuat, memiliki
motivasi atau kemauan yang kuat untuk berproses dalam himpunan dan memiliki
skill/ keterampilan yang akan dikembangkan di himpunan.
Sedangkan untuk calon instrukturnya harus memiliki kualifikasi awal
diantaranya, memiliki kemampuan baca dan tulis Al-Qur’an dengan baik, memiliki
akhlakul karimah, menguasai beberapa
bahasa asing, berpandangan luas dan jauh kedepan, memiliki cara berpikir yang
benar, memiliki kepemimpinan yang bagus, tidak memiliki kepribadian
ganda/masalah kejiwaan, memiliki kamampuan retorika yang bagus, memiliki
kamampuan menulis, terampil dalam dunia training, mandiri.
Pembinaan kader ini kemudian dilanjutkan pasca training menuju training
selanjutnya dan seterusnya melalui jenjang follow up yang berkesinambungan dan
harus integral dengan materi-materi yang ada di dalam training HMI, dan
diteruskan dengan diterjunkan dimasyarakat untuk proses pengabdian awal sesuai
skill dan kemampuan para kader-kader, dan proses ini berjenjang sesuai masa
kaderisasinya.
Yang terakhir adalah proses pengabdian pasca berHMI, bagaimana para alumni
ini nantinya bisa mampu berperan dilingkungannya, sebagai motor penggerak,
perngorganisir dan pelopor dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur yang
diridloi Alloh SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar