Pelatihan
Kader HMI
Gagasan
Sekedarnya untuk Revitalisasi Perkaderan HMI
Ludiro
Prajoko
Maklumat
Tulisan sekedarnya ini tentu
tidak memenuhi syarat sebagai sebuah tulisan ilmiah. Karena penulis tidak
memiliki kapasitas untuk itu. Tulisan ini disusun secara agak serampangan
(untuk memenuhi permintaan Ketuan Bidang PA PB HMI) sebagai sarana berbagi
pengalaman dimana penulis pernah cukup intens terlibat dalam pengelolaan
kegiatan Latihan Kader di lingkungan HMI Cabang Jember, dan bekerja sebagai training specialist pada program
nasional pemberdayaan masyarakat.Kebetulan dalam satu tahun terakhir ini,
penulis kembali terlibat dalam upaya yang disebut revitalisasi Perkaderan HMI
Cabang Jember. Diiharapkan tulisan ni
dapat memantik diskusi untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi upaya
revitalisasi perkaderan HMI secara nasional.
Dasar
Pemikiran
Sebagai organisasi mahasiswa,
fungsi dan agenda pokok HMI pada hakikatnya adalah memfasilitasi aktualisasi,
peningkatan/penguatan segenap potensi Kader agar dapat berkembang dinamis seiring
dinamika eksternal (Bangsa) dengan tetap bertumpu pada nilai-nilai dasar
perjuangan HMI menuju peningkatan kuaitas kehidupan: pribadi, komunitas
keimanan (Umat), dan berbangsa.
Pandangan di atas,
menempatkan potensi dan kemampuan yang dimiliki Kader sebagai modal dasar dan
isu sentral. Dengan demikian,
peningkatan kapasitas Kader sehingga dapat melaksanakan tugaske-kader-an secara
efektif, serta memastikan kesiapannya untuk mengambil alih fungsi, peran, dan
tugas sosial ke depan, harus diletakkan sebagai agenda pokok HMI. Maka, membangun ‘milliu’ bagi efektifitas dan
optimalisasi pengembangan kapasitas Kader menjadi agenda dan tugas semua stakeholder HMI.
Membangun ‘milliu’ itu bertumpu
pada nilai dasar yang menjadi identitas organisasi-Kader dan cara pandang terhadap perubahan yang terjadi
dalam semua aspek dan konteks kehidupan. Hal itu kemudian membentuk orientasi (HMI)
sebagai respon terhadap tuntutan dan perkembangan eksternal. Perumusan secara tepat cara pandang dan
respon itulah yang akan membentuk kerangka dasar - paradigma Perkaderan HMI,dimana
Pelatihan Kader sebagai salah satu
aktivitasnya.
Titik
Berangkat: Kader dan Perkaderan
Kader: dan perkaderan menjadi titik berangkat. Ulasan berikut tidak
dimaksudkan untuk mendefinisikan, tetapi lebih sebagai ungkapan pandangan
yang mengikat pokok-pokok pikiran
yang akan dipaparkan selanjutnya. Kader haruslah seseorang dan/atau
sekelompok orang yang memiliki kesadaran dan kesanggupan untuk berproses secara
berkelanjutan dan memberikan kontribusi dengan terlibat secara
aktif dalam kerja-kerja organisasi, dimana Ia menjadi
bagian yang tak terpisahkan. Para Kader itu
sebagai Pelaku inti (tulang punggung
organisasi) dan Pelaku strategis
karena fungsi dan tugasnya adalah menyiapkan diri untuk pergulatan
mewujudkan misi organisasi di masa depan.
Setiap
KaderHMIadalah asset umat dan bangsa yang mengemban amanah HMI, bergerak di
dalam organisasi untuk meningkatkan
kapasitas diri sebagai wujud tugas dan tanggungjawabnya.Setiap
kader memiliki tanggungjawab atas keberlanjutan fungsi dan peran sejarah
HMI.Kader HMI merupakan sumberdaya manusia terlatih sebagai modal bagi kemajuan
umat dan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.Maka setiap Kader harus memiliki
kesadaran akan tugas pokok:
§ berproses secara sadar untuk meningkatkan
kapasitas dirinya dalam lapangan keilmuan
§ terlibat secara efektif dan memberikan
kontribusi yang signifikan selaras
kebutuhan dan dinamika HMI.
§ mengembangkan
fungsi dan perannya dalam kepemimpinan organisasi / lembaga
kemahasiswaan.
Untuk
mewujudkan semua itu, penting memerhatikan ruang
gerak Kader: arena dimana Kader melakukan aksi ke-Kader-an.Sejauh ini,
ruang gerak itucenderung di dalam
realitas sosial actual yang terbatas (internal HMI dan Kampus).Ke depan, ruang gerak dan aksi kader perlu
dibentangkan ke dalam realitas sosial objektif (masyarakat yang senyatanya).
Tentu saja, Kader bukanlah sosok
yang sudah jadi atau sekali proses
langsung jadi, tetapi terbentuk melalui proses yang menerus,
dinamis-dialektis. Disitulah Perkaderan
memenuhihakikatnya: sebagai upaya
sadar dan berkelanjutan untuk terus meningkatkan kualitas diri menuju citra
ideal. Meminjam istilah Bregson: sebuah proses me=manusia (being human). Karena manusia bukanlah kualitas yang sudah final,
sebagaimana diisyaratkan dalam ungkapan human
being. Sebab, yang final/ideal selalu tak tergapai.
Pada tataran praktis – operasional, perkaderan itu ditempuh melalui berbagai
aktivitas:
§ Pelatihan sebagai sarana meningkatkan dan
mengembangkan wawasan pengetahuan, kesadaran kritis, sikap, dan keterampilan
Kader.
§ Penugasan (ad hoc atau trategis), baik dalam
kegiatan internal HMI maupun intra kampus, dan penugasan lain yang sesuai dengan keberadaan
Kader.
§ Aktiuvitas lain seiring pengelolaan organisasi
Proses perkaderan itu dilakukan secara Mandiri, karena setiap Kader
dituntut untuk secara sadar meningkatkan kualitas dirinya sendiri. Seseorang sebagai pribadi dan Kader haruslah
dihayati sebagai dualitas, tidak terpecah/split personality. Meminjam istilah
Ortega: elastisitas sosial (diri dan Kader). Organisasi (HMI) tentu dituntut
untuk memaksimalkan proses secara Kolektif Organisatoris guna memacu pengembangan
diri Kader. Ke depan perlu didorong inhtensitas proses/perkaderan dalam dunia
sosial senyatanya melalui keterlibatan aktif Kader dalam dinamika masyarakat.
Perkaderan dengan demikian, menyaratkan dua hal:tindak aktif Kader (Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang
mengupayakan) dan tegangan dinamis(situasi yang
menstimulasi kegairaha berproses)
Lingkungan
yang Berubah
Aidan Rickett dalam bukunya
The Activist Handbook (2012) mengemukakan “digital activism” yang memberikan
gambaran tentang dinamikadan akutalisasi ‘gerakan’ yang bertumpu pada kekuatan
peran dan pengaruh internet (teknologi informasi dan komunikasi). Di sisi lain,
semakin menguatnyakomodifikasi, dimana kebebasan mengaktualisasikan dimensi
kemanusiaan sebagai ciri autentik kehidupan yang mampu memaknai kebebasan
dirinya terkikis oleh aktivitas pertukaran niai uang dan pemberhalaan hidup
pada barang-barang hasil industry (Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto,
2005). Dalam lingkungan seperti itulah
HMI hidup dewasa ini.
Problematika dan tantangan itu
menuntut penciptaan milliu: lingkungan sosial, orientasi budaya, suasana batin
kolektif, yang kondusif bagi perkaderan HMI. Desakan budaya teknologis tidak seharusnya
memunculkan pandangan eksklusi ideologis melalui teknikalisasi Kader dan
Perkaderan. Sementara arus
komodifikasi menuntut penguatan greget
ideogis dalam perkaderan. Dengan
demikian,milliu perkaderan harus tetapbernuansa ideologis. Karena Kader akanmenemukan
keberdaan dan peran signifikannya dalam ruang yang ideologis (dinamika kehidupan ber-Indonesia). Tentu, perkaderan dan keberadaan Kader HMI ke
depan memang harus dikontektualisasikan dengan tuntutan masa depan. Hanya saja,
masa depan (Indonesia), tampaknya tidak bisa diproyeksikan secara linier.
Mendaratkan
Idealita
Merespon kebutuhan untuk
melebarkan ruang gerak Kader dan menghadirkan tegangan dinamis sebagaimana
disinggung di atas, perlu ditemukan isu-isu kuat yang dapat dikerangkakan
sebagai ruang untuk mendaratkan idealita, meminjam istilah Weber: konstruk
ideal, dalam hal ini: Profil Kader, yaitu (Pribadi) Muslim Intelektual Profesional. Hal itu dimaksudkan agar perkaderan dapat ditindakkan sebagai rangkaian aksi yang
membumi, tidak terjebak dalam ruang normatif. Aktivis (HMI) decade 80 – 90an,
bagaimanapun, dianugerahi ruang pendaratan perkaderannya dalam isu kuat (Re)
Demokratisasi, melawan rejim otoriter Orba.
Dalam konteks menciptakan
ruang pendaratan bagi perkaderan dewasa ini, serta mengantisipasi – merespon
kebutuhan taktis ke depan, penulis melihat praksis
demokrasi liberal dan politik pembangunan desa yang mengemuka dewasa ini, dapat
dan perlu didayagunakan sebagai sebagai “ruang pendaratan” perkaderan HMI.
Dengan demikian, “Profil Kader” dapat diterjemahkan dalam ruang yang konkrit.
Sebagaimana kita ketahui
bersama, praksis demokrasi liberal menghadirkan bias yang justru mendestruksi
nilai-nilai demokrasi serta memunculkan perilaku politik uang yang menjadi
biang kerusakan perpolitikan dewasa ini.
HMI dan Kader-Kader HMI ke depan sudah seharusnya memikul tanggungjawab
untuk memperbaiki keadaan. Seiring dengan itu, lahirnya Undang-Undang No. 6
Tahun 2014 tentang Desa, membawa perubahan yang cukup radikal dalam kebijakan
dan praktek pembangun desa ke depan.
Perkembangan ini, hendaknya direspon secara tepat oleh HMI dalam konteks
perkaderannya.
Demgam menjadikan dua isu
kuat di atas sebagai ruang pendaratan, maka arah aksi perkaderan HMI dapat
diletakkan dalam agenda strategis: 1) peningkatan kapasitas rakyat. Agenda ini menjadi ajangbagi para Kader HMI yang akan menekuni pengorganisasian rakyat, dunia sosial politik,
juga untuk merakit jaringan ke akar rumput serta membangun kapasitas
kepemimpinan dan ketokohan kader-kader HMI. 2) mendinamisasiintelektualisme HMI
dengan menggarap isu-isu, kajian mikro-lokal, dan 3) memupuk profesionalisme
Kader dengan mendorong dinamika pembangunan
partisipatif di aras lokal/desa.
Pelatihan
Kader
Paparan di atas mengantarkan
pada pembahasan tentang Pelatihan Kader HMI pada bagian ini. Pelatihan dipahami
sebagai rangkaian kegiatan latihan kader yang disusun secara sistematis dan
koheren. Dengan demikian, pelatihan dimaksud adalah pendekatan programatik
untuk meningkatkembagkan kapasitas (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) Kader
seturut dan di dalam koridor Insan Cita.
Dalam perspektif itu, maka setiap dan semua latihan yang diselenggarakan
HMI adalah Latihan Kader yang diorientasikan untuk melahirkan para Kader yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap laku, dan orientasi mental yang
mencerminkan Insan Cita.
PelatihanKader menjadi
bagian integral dan aktivitas strategis perkaderan, karena fungsinya sebagai
sarana untuk: 1) merawat dan menguatkankan
komitmen Kader. 2) menumbuhkembangkan kesadaran dan daya berpikir
kritis, dan 3) meningkatkan kapasitas Kader. Maka, ketepatan rancangan Pelatihan
Kader akan menentukan ketepatan proses pembinaan Kader, yang dapat ditilik dari
dua sisi: 1) performa Kader (Komitmen dan Sikap laku Kader, Kapasitas
intelektual Kader, Kualitas pelaksanaan tugas-tugas organisasi, dan Perluasan /peningkatan
peran Kader baik internal maupun eksternal), dan 2) Kesesuaian dengan dinamika
eksternal (Merespon secara tepat perubahan dan dinamika eksternal yang terjadi
dan memenuhi kebutuhan akan modalitas untuk peran-peran strategis di masa yang
akan datang). Hal itu memunculkan kebutuhan untuk merumuskan perspektif
Pelatihan Kader yang tepat.
Pespektif
Berpijak pada ‘Kader sebagai
paradigma’ diturunkan perspektif Pelatihan Kader. Sejauh yang dapat penulis
pikirkan, Pelatihan Kader HMI diletakkan dalam perspektif sebagai sarana
strategis untuk: 1) menggerakkan organisasi, dan 2) menuju (Pribadi) Muslim
Intelektual Profesional.
Aspek
Strategis
Sesuai keberadaan, sejarah,
dan misi perjuangan HMI, Pelatihan Kader HMI tidak dapat dilepaskan dari dan
dibangun atas kesadaran akanaspek-aspek strategis, yaitu:
1. Perkaderan
HMI sebagai strategi Pemberdayaan Umat
Keberdayaan umatakan memberikan kontribusi
signifikan bagi keberdayaan bangsa, karena posisi mayoritasnya. Keberdayaan itu
meliput semua sisi kehidupan: intelektual, sosial, ekonomi, dan budaya. Hal itu
menjadi sangat krusial, karena kondisi umat dewasa ini yang masih ‘tertinggal’
sementara dihadapkan pada laju perkembangan modernitas dan kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi disemua bidang kehidupan. Dalam perspektif
itulah perkaderan HMI dipandang sebagai strategis pemberdayaan umat
ke depan.
2. Dinamika
Kehidupan Kemahasiswaan
Mahasiswa menjadi intuit kekuatan pemuda,
salah satu agen strategis dalam perubahan sosial dan kemajuan sebuah bangsa.
Hal itu karena mahasiswa menempati posisi sebagai lapisan elit terdidik yang menjadi ladang
persemaian kaum intelektual (kualitas-kualitas yang yang menjadi elemen
esensial kearif wicaksaan (Sophia) dan progresivisme (Kemajuan).
Maka, keberadaan (problematika dan dinamika)
dunia ke-mahasiswa-an menjadi aspek penting dalam Perancangan pelatihan Kader
HMI.
3. Kondisi
dan Dinamika Ber-Indonesia
Kondisi dan dinamika ber-Indonesia,
lebih-lebih pada situasi dimana kemandirian dan kedaulatan bangsa dalam semua
aspek kehidupan menjadi perkara krusial dewasa ini, dimana secara ekonomi,
politik, teknologi, sampai gaya hidup, bangsa ini sesungguhnya tengah berada
pada titik yang amat rentan, untuk tidak mengatakan terkolonialisasi oleh
kekuatan eksternal yang hegemonik. Bangsa ini terancam kehilangan jati diri-
dan ketangguhannya sebagai bangsa yang memiliki sejarah yang mengagumkan.
Kemandirian bangsa secara ideologis dan praktis menjadi persoalan besar yang
harus dikelola secara sungguh-sungguh dengan mengerahkan semua daya dan
kekuatan bangsa, agar bangsa ini dapat eksis secara bermartabat.Pelatihan Kader
HMI jelas harus merespon kondisi tersebut.
Pendekatan Pelatihan
Konsekuensi dari
semua isu yang dipaparkan di atas adalah kebutuhan untuk merumuskan secara
jelas dan tepat pendekatan Pelatihan Kader HMI. Pembelajaran Orang Dewasa (POD)
sebagai pendekatan, sebagaimana terlihat pada Pedoman Perkaderan HMI, dibangun
atas asumsi-asumsi yang tidak cocok diterapkan bagi Pelatihan Kader. Sejauh
yang dapat penulis pikirkan, Pelatihan Kader HMI hendaknyadirancang berdasarkan
pendekatan kritis yang penulis sebut sebagai“Kesatuan Nilai, Teori, dan
Tindakan (KNTT)”. Dengan pendekatan
itu, Pelatihan Kader HMI menjadi sarana untuk menguji, membentuk, mengembangkan
daya berpikir kritis, meneguhkan
komitmen, dan menguatkan orientasi mental para kader dalam terang Insan
Cita.
Cara kerja KNTT adalah mengoptimalkan eksplorasi pemikiran dan
gagasan yang dikonstruksi (diserap dan dibangun) dari realitas dan pengalaman objektif, kemudian dikonfrontasikan dengan
teori dan nilai-nilai yang mendasari
eksistensi HMI.
Pendekatan prosesnya adalah ‘Gugat Diri’, karena prosesnya memang menyaratkan
terjadinya ‘dialektikainternal’ : apa saja yang telah dilakukan kader digugat
dengan dan untuk membuktikan kesesuaiannya dengan teori dan nilai-nilai
dimaksud.
Syarat
keberhasilan pendekatan itu adalah (tumbuhnya) daya berpikir kritis para kader. Perlu juga ditegaskan, bahwa pendekatan KNTT tidak akan mencapai maksud dan
tujuannya apabila Pelatihan Kader HMI tidak diletakkan dalam konteks dan
pemahaman sebagai strategi untuk menumbuhkan daya dan membangun ‘kuasa’ umat di
dalam realitas dan dinamika sosial politik yang senyatanya.
Pendekatan
KNTT itu, dapat divisualisasikan sebagaimana gambar di bawah ini.
Ranah komitmen (sebagai
percerminan dan perwujudan) nilai-nilai yang menafasi HMI, sebagaimana
diungkapkan dalam NDP/NIK. Nilai tidak
bisa lain, untuk “diyakini”. Karena itu, setiap Kader wajib “meyakini”, bahwa Tauhid,
misalnya, adalah pilihan hidup: sikap dan tindakan yang benar ditilik dari
aspek apapun. Memegang teguh dan memaksimalkan usaha mewujudkan keyakinan(nilai-nilai Tauhid) itu dalam
tindakan (laku hidup) seseorang itulah komitmen.
Teori-teori yang menopang
eksistensi HMI (Demokrasi, pluralism, ….)menjadi acuan serta tolok ukur kiprah
kader dan organisasi. Dikatakan sebagai teori karena memiliki atau berdasar
pada perspektif tertentu dan menjadi konsep yang dijadikan dasar dari sebuah
tindakan. Hal itu berada pada ranah analisis. Maksudnya, kader wajib
mengembangkan daya pikir kritis terhadap berbagai aspek dari teori-teori
dimaksud dalam hubungannya dengan realitas hidup yang senyatanya, yang menjadi
wilayah pergulatan perkaderan. Selanjutnya, teori itu digunakan untuk mendorong
perwujudan kondisi tertentu (demokratis, egaliter, …) sebagaimana diharapkan.
Ranah aksi adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan kader, baik dalam kapasitas sebagai anak
bangsa maupun anak umat, diri pribadi maupun Kader. Secara mandiri maupun kolektif.
Keyakinan dan cara pandang
sebagaimana dipaparkan di atas, membentuk “Koridor Perkaderan”: 1) Konsistensi,
setiap Kader HMI dituntut memiliki dan meneguhkan konsistensinya, baik dalam
berpikir maupun bertindak. 2) Integrasi, pengetahuan, teori dan nilai (Ajaran
Islam) menjadi paduan yang integratif dalam benak setiap Kader HMI, dan 3) Rasional.
Setiap tindakan Kader memiliki argumentasi yang rasional (amal yang ilmiyah)
dan pemikiran/konsep dapat ditindakkan untuk kemaslahatan (ilmu yang amaliyah)
Berdasar pada pendekatan
(KNTT) itu, selanjutnya ditentukan metode-metode yang sesuai untuk diterapkan dalam
proses latihan, missal: dialog kritis, debat, dan sebagainya.
Acuan
Perancangan
Pada bagian ini, disajikan beberapa hal teknis terkait perancangan
Pelatihan Kader HMI. Secara umu terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam perancangan Pelatihan Kader HMI, antara lain:
Aspek Perancangan
|
Diskripsi
|
Tujuan Umum
|
Menyiapkan –
memastikan kemampuanpara Kader sebagai pelaku inti-strategis bagi HMI.
|
Target Strategis
|
Tujuan di atas
diurai dan akan dicapai melalui pencapaian target strategis, yaitu:
1.
Bertunubuhkembangnya kesadaran dan daya berpikir kritis
para Kader.
2.
Menguatnya komitmen para kader terhadap tugas dan
tanggungjawabnya dalam organisasi
3.
Berkembangnya waawasan pengetahuan dan dinamika
keilmuan dalam keseharian kerja
organisasi
4.
Meningkatnya keterampilan para Kader, baik dalam
melaksanakan tugas organisasi maupun penyiapan peran dimasa mendatang
5.
Meluasnya/meningkatnya peran para Kader seiring
dinamika mahasiswa dan kampus.
|
Pemilahan dan
Penjenjangan
|
1.
Latihan Dasar Wajib
Latihan yang dirancang sebagai syarat bagi
setiap calon anggota HMI.
2.
Latihan Kepemimpinan
Latihan yang disajikan untuk para
pengurus/pimpinan HMI dan Kader yang ditugaskan sebagai pengurus/pimpinan
dalam lembaga intra kampus.
Latihan ini dijenjangkan sesuai jenjang
organisasi (HMI)
§ LKp I : Tingkat
Komisarit
§ LKp II : Tingkap
Cabang
§ LKp III: Tingkat
Badko/PB
3.
Latihan Penguatan
Latihan yang dilakukan untuk menguatkan
kemampuan Kader terkait tugas dan/atau isu tertentu untuk meningkatkan
kinerja organisasi.
Dilakukan dalam bentuk Up Grading,
Refreshing Training. Atau bentuk lain yang relevan.
4.
Latihan Pengembangan
Latihan yang diselenggarakan sesuai
kebutuhan dan minat anggota/Kader untuk meningkat pengetahuan dan
keterampilan terkait isu atau bidang ‘keahlian’ tertentu.
|
Strategi dan
Kebijakan
|
Strategi
a. Mengefektifkan
pendayagunaan sumberdaya untuk mengoptimalkan Pelatihan Kader (Dukungan pendanaan
melalui pola endowment/Trust Fund)
b.
Mengembangkan sistem dan infrastruktur Pelatihan Kader.
|
Kebijakan
a.
Penataan ulang Pedoman
dan Panduan (Perkaderan dan Pelatihan Kader, dan Latihan Kader)
b.
Penataan Modul Latihan Kader
Mengacu pada pokok-pokok pikiran yang
dipaparkan di atas, maka penyesuaian modul pelatihan Kader menjadi keharusan.
c.
Penguatan Tim Pengelola
Pelaku yang terlibat langsung dalam
pengelolaan Latihan Kader, Pelaksana (OC), Steering Committee (SC), MoT, dan
Narasumber/Pemateri, baik dari unsur Kader maupun alumni perlu dikelola
secara efektif melalui penjenjangan sesuai kemampuan dan pengalamannya.
|
|
Penjaminan
Mutu
|
Penjaminan
Mutu Pelatihan Kader dilakukan melalui:
§ Standarisasi
Latihan Kader
§ Sertifikasi
Steering Committee (SC) dan MoT
§ Akreditasi BPL
Cabang
|
Kerangka
Perancangan Latihan dan Penyusunan Modul Latihan Kader HMI
Meskipun isu ini sangat
teknis, dirasa penting untuk disertakan dalam tulisan ini guna memberikan
gambaran yang lebih konkrit akan Latihan Kader.
Arah, tujuan, dan konstruksi sebuah latihan terlihat dari modulnya. Dengan
demikian, merancang latihan dan menyusun modul latihan perlu memerhatikan
beberapa aspek berikut: 1) kerangka pikir. 2) Ranah. 3) degree. 4)focus, dan 5)
materi latihan.
Kerangka
Pikir Latihan
Kerangka pikir dimaksud
adalah argumentasi dan pembenaran
terhadap konstruksi yang mendasari perancangan sebuah latihan dan penyusunan
modul latihan. Kerangka pikir itu juga
menentukan alur logis dari sebuah latihan. Dalam konteks Latihan Kader HMI,
dengan memerhatikan paparan di atas, kerangka pikir itu dibentuk dari berbagai aspek pokok yang berkaitan secara logis dan mengerangkai
isu- isu krusial serta kebutuhan
yang harus direspon oleh HMI. Misal:
1.
Lingkungan strategis dan ruang hidup HMI
(Kemahasiswaan)
2.
Kondisi dan dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara
3.
Eksistensi HMI
4.
Peran strategis Kader
Dengan
demikian kerangka pikir Latihan Kader HMI dapat digambarkan sebagai berikut:
Ranah
Secara umum, dalam berbagai buku teks, disebutkan
tiga ranah dalam latihan: 1) pengetahuan/kognitif. 2) sikap/afektif, dan 3) psikomotorik/keterampilan. Dalam konteks dan untuk kepentingan Latihan
Kader, dirasa perlu menguraikan secara lebih rinci ranah dimaksud sebagaimana
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Ranah
|
Dimensi
|
Deskripsi
|
Kesadaran
Kritis
|
|
Membentuk dan mengembangkan perspektif Kader
Merangsang berpikir kritis
|
Emotif
|
|
Membentuk komitmen, greget terhadap HMI
|
Sikap
|
Perilaku/Behavior
|
Disiplin, santun, dll
|
Orientasi mental
|
Orientasi mental (Terbuka, objektif,
responsif, kreatif, dll)
|
|
Pengetahuan
|
|
Mengembangkan/meningkatkan wawasan keilmuan
|
Keterampilan
|
Fasilitasi
|
Mengelola rapat, fasilitasi musyawarah, dll
|
Personal attributes
|
Komunikasi, Personal appeoach, negosiasi,
dll
|
|
Sosial
|
Mengelola konflik, menggerakkan masyarakat,
inovasi, dll
|
|
Konseptual
|
Mernyusun proposal/TOR, meancang kebijakan
organisasi, dll.
|
Degre
Degree ini secara khusus berhubungan dengan
perumusan tujuan pembelajaran dalam sebuah latihan. Ditetapkan seturuttaksonomi dengan mengacu pada rancangan sebuah latihan.
Jenis
Latihan
|
Ranah
|
Degree
|
Rujukan
|
Latihan Dasar Wajib
|
Kognitif
|
Pengetahuan
- Pemahaman
|
§
Taksonomi Bloom (Ranah
Pengetahuan)
§
Taksonomi Dave (Ranah
Psikomotor)
§
Taksonomi Bloom &
Masia (Ranah Sikap)
|
Psikomotor
|
Peniruan - Penggunaan
|
||
Attitude
|
Pengenalan – Pemberian Respon
|
||
Latihan Kepemimpinan (sesuai jenjang)
|
Kognitif
|
§
Analisis – Penerapan
§
Sintesis – Evaluasi
|
|
Psikomotor
|
Ketepatan – Perangkaian - Naturalisasi
|
||
Attitude
|
Penghargaan – Pengorganisasian Nilai - Pengamalan
|
||
Latihan Pengembangan
|
Kognitif
|
Sesuai jenis latihan
|
|
Psikomotor
|
Sesuai
jenis latihan
|
||
Attitude
|
Sesuai
jenis latihan
|
||
Latihan Penguatan
|
Kognitif
|
Sesuai
jenis latihan
|
|
Psikomotor
|
Sesuai
jenis latihan
|
||
Attitude
|
Sesuai
jenis latihan
|
Fokus
Konsekuensi
dari pemilahan dan penjenjangan Latihan Kader sebagaimana dipaparkan di atas
adalah menentukan focus yang tepat untuk setiap jenis dan jenjang Latihan
Kader.
Jenis dan Jenjang
Latihan Kader
|
Fokus
|
Latihan
Dasar Wajib
|
Membentuk
daya berpikir kritis para Kader
|
Menumbuhkan
komitmen calon Kader
|
|
Pengembangan
wawasan pengetahuan (Kemahasiswaan,
Kebangsaan, Ke-HMI-an, Ke-Kader-an)
|
|
Peningkatan
Personal attributes (keterampilan berkomunikasi, mengemukakan pendapat, dll)
|
|
Perilaku
dan sikap mental calon Kader (disiplin, menghargai waktu, terbuka, jujur,
objektif, dll)
|
|
Latihan
Kepemimpinan I
|
|
Latihan
Kepemimpinan II
|
|
Latihan
Kepemimpinan III
|
|
Latihan
Penguatan
|
|
Latihan
Pengembangan
|
|
Kelompok Materi Latihan
Hal terakhir yang
penting dipikirkan, dengan mengacu pada isu-isu yang telah dipaparkan di atas
adalah menetapkan materi/pokok bahasan sesuai jenis dan jenjang latihan. Dengan
demikian, materi latihan konsisten dan koheren guna mencapai tujuan sebuah
Latihan Kader.
Kelompok
Materi
|
Materi
(Sesuai
Jenis dan Jenjang Latihan Kader)
|
Ke-Mahasiswa-an
|
|
Ke-Indonesia-an
|
|
Ke-HMI-an
|
|
Ke-Kader-an
|
|
Pemikiran Filsafat
|
|
Teori-Teori Sosial
|
|
……………….
|
|
Penutup
Menata ulang Pedoman Perkaderan, menyusun Pedoman
Pelatihan Kader dan Panduan Latihan Kader, serta menyusun Modul (Master) Latihan
Kader HMI sesuai jenis dan jenjang. Tampaknya menjadi keharusan bagi HMI untuk
merevitalisasi Perkaderan HMI. Itulah kesimpulan setelah mencermati Pedoman
Perkaderan HMI serta memerhatikan isu-isu yang berkembang dalam berbagai forum
diskusi seputar upaya revitalisasi Perkaderan HMI. Yakin Usaha Sampai!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar