MONOLOG ITU BERJUDUL 'RUMAH BESAR ITU ADALAH INDONESIA
Saat kita akan memasuki halaman rumah itu
kita akan melihat pagar yang semakin menjorok kedalam
dan ucapan salam kita akan dijawab sangau para penjaga batas
entah kerna lapar atau sekedar bersekongkol
dengan tetangga yang beri ia sesuap nasi busuk dan minuman memabukkan.
liahtlah luasnya hamparan sabang sampai merauke
lepasnya timor, sipadan, ligitan dan laennya akan segera
dijual atau kerna kalah diplomasi
dan menyusul juga menjual kebudayaan dan moralitas anak negeri ini
dari jamuran, injit injit semut hingga lir ilir
dari jaranan, tari topeng hingga reog
dari sego pecel hingga batik
dari celurit hingga keris
dan sebentar lagi migas kita akan kita jual
ke tetangga kita
kerna rakusnya penghuni rumah besar ini.
dan saat kita mulai menginjakkan kaki dibatas pagar itu
lihatlah tatahan jalan yang terbuat dari emas, perak, batubara, marmer dan logam mulia
sungguh megah
dan lihatlah taman jutaan hektar dengan rimbun hijau
bersama binatang ramah yang menjadi pelengkap ekosistem
namun sesekali tuan rumah marah besar
maka taman hijau itu dgunduli
hewan manis dan cantik itu dibakar
dan itulah wajah panggung rumah besar yang ganas.
dan berjalanlah terus masuk menuju halaman rumah besar itu
taman bunga warna warni yang mewangi
menghiasi halaman rumah besar yang megah
kursi berderet yang terbuat dari pohon emas yang tak rapuh jutaan musim
yang api pun tak mampu membakar
yang rayap-pun tak berani menggerogoti
namun, jadi rebutan para penghuninya
hingga jadi reot tak mampu berdiri tegak lagi.
dan cukuplah kita dengarkan riuhnya suara didalam rumah besar itu
saling memaki, menghujat, menghina, mencela
djancuk, asu teles
tak sepadan dengan megahnya rumah besar ini
dan semakin nyaring suara itu
dan kita tahu, itulah mereka pemimpin negeri ini
bangsat, keparat.
kawan, sejenak kita tertawa hahaha....
sejanak kita memandang perempuan muda diujung rumah itu
yang tersenyum manis dan bakal menyapa kita
pembantu rumah, walau mereka adalah anak tuan dirumah ini
namun nasib mereka berbeda
dan mereka cukup menjadi pembersih rumah megah ini
sambil senyum-senyum menyapa yang datang
kerna mereka hanya tau dan butuh segepok kertas nominal 10, 20, 50, atau 100 ribu saja,
mereka tidak tahu nominal sejuta, semilyar, atau satu triliun
kerna disekolah cuma diajarin sebatas angka-angka puluhan saja
sungguh, nasibnya tak semanis wajahnya yang manis
hey perempuan muda negeriku.
dan, kawan, mari kita sedikit menghiba
pada lelaki paruh baya
tukang potong rumput, tukang suruh
yang telah puluhan tahun membersihkan rumah besar ini
dari kotoran biasa hingga kotoran tuan rumah
dari sampah biasa hingga sampah anak manusia
sampah sampah dan sampah.
dan kita, walau kadang kita perlu mentertawakan kita sendiri
namun kita tak perlu menghiba pada diri kita sendiri kawan
kerna langit dan bumi ini masih terlalu luas untuk kita bertahan hidup
air dan udara masih teramat melimpah untuk menyegarkan tubuh kita
dan kita masih bisa merdeka tanpa harus berebut kursi dirumah megah ini.
kawan, sebelum kau masuk rumah ini
alangkah baeknya kau lihat sisi kanan kiri
kau rapikan bajumu yang kusut
celana yang kumal
dan kakimu yang tak pakei alas jepit sekalipun
walau kutau kau sehat sehat saja dengan jasadmu
namun tuan rumah ini akan mengira kau gila
walau otakmu lebih cerdas dari habibi
badanmu lebih kuat dari gajah mada,
tuan rumah megah ini akan mengusirmu
walau sebenarnya kau adalah ahli waris sah rumah megah ini
dan bersiaplah kau dicaci maki
dan mereka akan bilang pada kau,
enyahlah kau babi, anak haram jadah.
dan cepat-cepatlah kau ucapkan dengan lantang salam mu itu
seperti auman singa atau auaman harimau
atau auman serigala kala lapar
kerna dengan suara itulah mereka akan paham
kerna sebangsa itulah tuan rumah megah ini
dan ingat kawan, dibelakang punggungmu sudah kuselipkan badik, keris dan celurit
kalau-kalau mereka akan memerasmu maka tikamlah
kerna mereka adalah mafia dirumah sendiri
hidup mereka tidak bisa saling percaya
justru saling tikam dan berkhianat satu sama laennya
memakan yang lemah dan lembek
curi-curi dan tipu-tipu diantara sesama
kemudian mereka mentertawakan diri dikala pesta makan
bangga dengan perilaku konyol dan bajindul.
dan masuklah seakan-akan kau memasuki gerbang negeri musuh
kerna dirumah besar ini menganggap semua adalah bahaya yang akan datang kapanpun
kuatkan kuda-kudamu, menataplah dengan tajam
tajamkan pendengaranmu, kerna bisikan disini akan jadi bom yang siap membantai ribuan nyawa.
kawan, ambil nafas panjang sebentar
dan terus langkahkan kaki-kakimu
dan janganlah kau kaget
apabila melihat manusia saling mencakar
berebut satu sama laen
berebut harta
berebut tahta
berebut wanita atau sebaliknya
tikus tikus hitam yang terus mengerogoti lumbung kita
manusia yang dimulutnya berlumur darah
kerna tlah memakan bangkai sodaranya
atau perempuan yang bersolek, telanjang untuk menghibur sahwat yang pegang duit dan kuasa
atau berpura-pura gila saja
agar kau tidak ikut menjadi gila disini.
semua telah berantakan kawan,
meja kursi sudah tidak pada tempatnya
tuan rumah megah ini telah biasa buang kotoran dimana-mana
pada setiap sudut, pojok-pojok bangunan mewah ini
dan maaf,
air mataku mulai menetes liar
aku telah terlambat untuk membenahi semua ini
dan kau yang muda
datang setelah semua berantakan
rumah megah yang telah menjadi rimba
rumah megah yang akan menjadi kuburan mimpi-mimpimu.
kawan, semua ini telah terjadi
rumah yang dibangun oleh jutaan mimpi rakyat ini telah jadi sarang penyamun
sarang mafia, sarang koruptor, sarang para penjilat dan pengkhianat
para maling yang berteriak maling
saling menelanjangi diri
mentertawakan kejumudan sendiri
hahahaha....
semua ini telah membuat kita menjadi gila kawan.
inilah rumah besar kita kawan
indonesia raya yang lusuh tak berdaya
kumuh, kotor, kumal dan menjijikkan
namun inilah rumah dimana kita dilahirkan
entah kerna perselingkuhan atau hubungan sah bapak ibu kita
dan jangan pernah kau menutup mata atau berpaling
lari dari kenyataan ini
berfikirlah dengan akal sehatmu
bekerjalah dengan jasad sehatmu
jangan mengeluh atau jijik
kerna ini adalah ibu pertiwi kita yang kita cintai bersama.
aku terlalu cinta
terlanjur cinta
pada negeri yang bernama indonesia raya
kerna harapan untuk perubahan itu selalu ada pada diri kita kawan.
AHLAN EL-FAZ
JAKARTA
Saat kita akan memasuki halaman rumah itu
kita akan melihat pagar yang semakin menjorok kedalam
dan ucapan salam kita akan dijawab sangau para penjaga batas
entah kerna lapar atau sekedar bersekongkol
dengan tetangga yang beri ia sesuap nasi busuk dan minuman memabukkan.
liahtlah luasnya hamparan sabang sampai merauke
lepasnya timor, sipadan, ligitan dan laennya akan segera
dijual atau kerna kalah diplomasi
dan menyusul juga menjual kebudayaan dan moralitas anak negeri ini
dari jamuran, injit injit semut hingga lir ilir
dari jaranan, tari topeng hingga reog
dari sego pecel hingga batik
dari celurit hingga keris
dan sebentar lagi migas kita akan kita jual
ke tetangga kita
kerna rakusnya penghuni rumah besar ini.
dan saat kita mulai menginjakkan kaki dibatas pagar itu
lihatlah tatahan jalan yang terbuat dari emas, perak, batubara, marmer dan logam mulia
sungguh megah
dan lihatlah taman jutaan hektar dengan rimbun hijau
bersama binatang ramah yang menjadi pelengkap ekosistem
namun sesekali tuan rumah marah besar
maka taman hijau itu dgunduli
hewan manis dan cantik itu dibakar
dan itulah wajah panggung rumah besar yang ganas.
dan berjalanlah terus masuk menuju halaman rumah besar itu
taman bunga warna warni yang mewangi
menghiasi halaman rumah besar yang megah
kursi berderet yang terbuat dari pohon emas yang tak rapuh jutaan musim
yang api pun tak mampu membakar
yang rayap-pun tak berani menggerogoti
namun, jadi rebutan para penghuninya
hingga jadi reot tak mampu berdiri tegak lagi.
dan cukuplah kita dengarkan riuhnya suara didalam rumah besar itu
saling memaki, menghujat, menghina, mencela
djancuk, asu teles
tak sepadan dengan megahnya rumah besar ini
dan semakin nyaring suara itu
dan kita tahu, itulah mereka pemimpin negeri ini
bangsat, keparat.
kawan, sejenak kita tertawa hahaha....
sejanak kita memandang perempuan muda diujung rumah itu
yang tersenyum manis dan bakal menyapa kita
pembantu rumah, walau mereka adalah anak tuan dirumah ini
namun nasib mereka berbeda
dan mereka cukup menjadi pembersih rumah megah ini
sambil senyum-senyum menyapa yang datang
kerna mereka hanya tau dan butuh segepok kertas nominal 10, 20, 50, atau 100 ribu saja,
mereka tidak tahu nominal sejuta, semilyar, atau satu triliun
kerna disekolah cuma diajarin sebatas angka-angka puluhan saja
sungguh, nasibnya tak semanis wajahnya yang manis
hey perempuan muda negeriku.
dan, kawan, mari kita sedikit menghiba
pada lelaki paruh baya
tukang potong rumput, tukang suruh
yang telah puluhan tahun membersihkan rumah besar ini
dari kotoran biasa hingga kotoran tuan rumah
dari sampah biasa hingga sampah anak manusia
sampah sampah dan sampah.
dan kita, walau kadang kita perlu mentertawakan kita sendiri
namun kita tak perlu menghiba pada diri kita sendiri kawan
kerna langit dan bumi ini masih terlalu luas untuk kita bertahan hidup
air dan udara masih teramat melimpah untuk menyegarkan tubuh kita
dan kita masih bisa merdeka tanpa harus berebut kursi dirumah megah ini.
kawan, sebelum kau masuk rumah ini
alangkah baeknya kau lihat sisi kanan kiri
kau rapikan bajumu yang kusut
celana yang kumal
dan kakimu yang tak pakei alas jepit sekalipun
walau kutau kau sehat sehat saja dengan jasadmu
namun tuan rumah ini akan mengira kau gila
walau otakmu lebih cerdas dari habibi
badanmu lebih kuat dari gajah mada,
tuan rumah megah ini akan mengusirmu
walau sebenarnya kau adalah ahli waris sah rumah megah ini
dan bersiaplah kau dicaci maki
dan mereka akan bilang pada kau,
enyahlah kau babi, anak haram jadah.
dan cepat-cepatlah kau ucapkan dengan lantang salam mu itu
seperti auman singa atau auaman harimau
atau auman serigala kala lapar
kerna dengan suara itulah mereka akan paham
kerna sebangsa itulah tuan rumah megah ini
dan ingat kawan, dibelakang punggungmu sudah kuselipkan badik, keris dan celurit
kalau-kalau mereka akan memerasmu maka tikamlah
kerna mereka adalah mafia dirumah sendiri
hidup mereka tidak bisa saling percaya
justru saling tikam dan berkhianat satu sama laennya
memakan yang lemah dan lembek
curi-curi dan tipu-tipu diantara sesama
kemudian mereka mentertawakan diri dikala pesta makan
bangga dengan perilaku konyol dan bajindul.
dan masuklah seakan-akan kau memasuki gerbang negeri musuh
kerna dirumah besar ini menganggap semua adalah bahaya yang akan datang kapanpun
kuatkan kuda-kudamu, menataplah dengan tajam
tajamkan pendengaranmu, kerna bisikan disini akan jadi bom yang siap membantai ribuan nyawa.
kawan, ambil nafas panjang sebentar
dan terus langkahkan kaki-kakimu
dan janganlah kau kaget
apabila melihat manusia saling mencakar
berebut satu sama laen
berebut harta
berebut tahta
berebut wanita atau sebaliknya
tikus tikus hitam yang terus mengerogoti lumbung kita
manusia yang dimulutnya berlumur darah
kerna tlah memakan bangkai sodaranya
atau perempuan yang bersolek, telanjang untuk menghibur sahwat yang pegang duit dan kuasa
atau berpura-pura gila saja
agar kau tidak ikut menjadi gila disini.
semua telah berantakan kawan,
meja kursi sudah tidak pada tempatnya
tuan rumah megah ini telah biasa buang kotoran dimana-mana
pada setiap sudut, pojok-pojok bangunan mewah ini
dan maaf,
air mataku mulai menetes liar
aku telah terlambat untuk membenahi semua ini
dan kau yang muda
datang setelah semua berantakan
rumah megah yang telah menjadi rimba
rumah megah yang akan menjadi kuburan mimpi-mimpimu.
kawan, semua ini telah terjadi
rumah yang dibangun oleh jutaan mimpi rakyat ini telah jadi sarang penyamun
sarang mafia, sarang koruptor, sarang para penjilat dan pengkhianat
para maling yang berteriak maling
saling menelanjangi diri
mentertawakan kejumudan sendiri
hahahaha....
semua ini telah membuat kita menjadi gila kawan.
inilah rumah besar kita kawan
indonesia raya yang lusuh tak berdaya
kumuh, kotor, kumal dan menjijikkan
namun inilah rumah dimana kita dilahirkan
entah kerna perselingkuhan atau hubungan sah bapak ibu kita
dan jangan pernah kau menutup mata atau berpaling
lari dari kenyataan ini
berfikirlah dengan akal sehatmu
bekerjalah dengan jasad sehatmu
jangan mengeluh atau jijik
kerna ini adalah ibu pertiwi kita yang kita cintai bersama.
aku terlalu cinta
terlanjur cinta
pada negeri yang bernama indonesia raya
kerna harapan untuk perubahan itu selalu ada pada diri kita kawan.
AHLAN EL-FAZ
JAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar