KEGAGALAN ERA REFORMASI DI INDONESIA
Reformasi berjalan begitu saja, hampir 14
tahun telah dilalui, 4 presiden pun pernah memimpin negeri ini setelah
reformasi 1998, habibie, gusdur, megawati, dan SBY, namun belum terlihat ada
tanda-tanda kemajuan yang signifikan. Kran yang telah terbuka tak mapu lagi
menahan debet gerak arus gelombang massa, dan sistem politik dan ekonomi negeri
ini semua terjun bebas, dan hanya meninggalkan riak kecil yang menyayat dan
memilukan setiap menusia yang masih memiliki nurani dinegeri ini.
Kebebasan untuk berbicara dan berserikat telah
memunculkan berbagai macam perserikatan / perkumpulan. Dari berbagai macam
profesi rakyat negeri ini, dikalangan terpelajarpun tak mau ketinggalan, ibarat
hewan bersel satu, yang kemudian memisahkan diri untuk menjadi species baru,
atau ibarat jamur dimusim hujan. Tumbuhlah organisasi dimana-mana, dari yang
bersifat ideologis, pragmatis hingga yang tidak jelas arah tujuannya.
Masyarakat kita sedang mengalami masa pembelajaran dari hidup komunal secara
tradisional kearah kehidupan supra modern diabad kontemporer yang semua serba
cepat dan selalu mengalami gerak percepatan yang luar biasa.
Gaya hidup komunal tradisional terus bergeser,
dari yang sifatnya kesukuan, ras dan seagama/ keyakinan, kini harus bercampur
baur, yaitu peradaban kontemporer yang serasa belum memiliki jenis kelamin
jelas dan pondasi yang kokoh.
Dan apakah kemudian masyarakat indonesia ini
akan tenggelam di era reformasi ini? Atau akan survive menjadi pemimpin untuk
semua bangsa didunia? Apakah kita akan terserat arus yang lebih besar, atau
Cuma menjadi sekrup-sekrup kecil yang menopang kebohongan-kebohongan dan
konspirasi besar kaum kapitalisme liberal, zionis terkutuk dimuka bumi ini!
Ketimpangan dimensi kehidupan
Bangsa yang belajar untuk menjadi bangsa yang
besar dan super power tidaklah mudah, jatuh bangun dan ibarat pohon yang
semakin tinggi dan hembusan anginpun semakin kencang mernerpanya. Bagimana ia
menyimpan cadangan makanannya, bagaimana ia mampu beradaptasi dengan cuaca
ekstrim atau musim yang kadang membuatnya meranggas, mengeringkannya atau
bahkan menghancurkannya.
Dimensi
kehidupan di era reformasi sangatlah kompleks, indonesia terasa tergopoh-gopoh
mengikuti gelombang arus besar dunia. Sedangkan tatanan masyarakat belum
disiapkan untuk hidup di era kompetisi dan persaingan yang tidak wajar dan
mengindahkan nilai-nilai moralitas kemanusiaan.
Era reformasi telah melahirkan ratusan partai
ratusan partai yang kemudian terus terseleksi alam dengan sisitem yang telah dibuat
oleh anggota legislatif, hingga tinggal 10 partai. Dan kelihatanya akan terus
bermunculan lagi, baik yang berorientasi ideologis, pragmatis maupun yang hanya
berorientasi pragmatis belaka. Partai adalah perkumpulan yang tak mengenal
hirarki, suku, kultur, ras, dan bahkan agama. Didalamnya hanya tersusun
kepentingan – kepentingan suatu kelompok dominan, maupun kelompok minoritas
yang yang progresif radikal sehingga mampu mewarnai dan menghegemoni seluruh
aktivitas gerak kepartaian. Masalah politik adalah urusan kepentingan, yang
didalamnya dipenuhi dengan strategi
taktis dan intrik-intrik yang kadang menghalalkan segala cara dan penuh
kebohongan. Suatu konspirasi yang kemudian menimbulkan efek kesengsaraan
sistemik dalam masyarakat indonesia. Masyarakat kita ini dipaksa untuk memeras
keringat dan tenaganya untuk mendapatkan pecahan rupiah yang hanya dapat untuk
membeli makan dan minum yang tak pernah memuaskan dahaga kemiskinan rakyat
indonesia.
Inilah sistem politik dan sistem ekonomi
negeri ini, sistem yang menjaga bagi sikaya untuk terus menjadi kaya dan bagi
si miskin untuk terus menjadi miskin, sehingga manusia miskin tak berharga sama
sekali, ibarat hewan bodoh yang hanya jadi sampah negeri ini. Sungguh suatau
ketimpangan dan kedzaliman yang nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar