MENYONGSONG KO
NGRES HMI KE XXIX DI PEKANBARU
“ kader-kader
himpunan harus tetap optimis, kita telah melewati masa-masa dibawah titik nadir
selama ini, kemudian bangkit dan terus berselancar diantara terjangan gelombang
besar hingga kita survive dalam kemenangan yang gemilang.”
Islam sebagai sebuah cara pandang, merupakan konsep
integral antara Tuhan, manusia dan alam. Pemahaman akan ketiga realitas itu
menentukan perilaku manusia terhadapnya. Kerangka landasan tersebut menjadikan
revolusi Islam bukan hanya dalam rangka perlawanan terhadap patung-patung
berhala, penguasa yang lalim, para thoghut yang menindas rakyatnya, namun
secara substansi pada perlawanan penghambaan manusia terhadap materi.
Spirit ke-Tauhid-an adalah ruh bagi umat Islam dalam
kontekstualisasi Nilai nilai ke-Islaman. Nilai Nilai Dasar Perjuangan sebagai
Basic Ideology organisasi seharusnya dapat tersematkan dalam jiwa kader – kader
himpunan sebagai pijakan dalam rangka mewujudkan mission HMI. Dengan spirit ka-Tauhid-an,
kader HMI harus segera take action turun tangan dalam rangka pembenahan
kaderisasi sehingga mampu menjawab tantangan keumatan dan kebangsaan dan dunia
global yang belum selesai. Kemerdekaan dan Kedaulatan bangsa yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 merupakan unsur dasar dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT sebagaimana tertuang dalam
Kalimat terakhir Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Persatuan HMI DIPO dan HMI MPO Sebagai Impian Bersama
Sudah 67 tahun HMI ini
didirikan oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya di Jogjakarta, tumbuh berkembang
dan mewarnai NKRI, visi keumatan dan kebangsaan telah menjadi komitmen bersama
untuk mensyiarkan islam dan menjaga kedaualat NKRI. Semangat perjuangan yang
membara menjadi kekuatan tersendiri bagi pemuda Islam yang terhimpun dalam
wadah himpunan.
Hingga tantangan
begitu kentara pada tahun 1965, namun bendera HMI terus kokoh berdiri,
Sulastomo telah mengambil peran kepemudaan saat itu, menjadi pelopor pemuda
islam melawan komunisme yang telah mencakar-cakar keutuhan NKRI. Dan HMI pun
survive, justru semakin kokoh berdiri.
Semangat perjuangan
merubah polanya, dari perjuangan fisik, konsolidasi politik menjadi perjuangan
pembaruan pemikiran Islam yang digerbongi oleh Cak Nur dan kawan-kawan. Begitu
kentara dan menggetarkan pemikiran radikal mereka, hingga semua ternganga
dengan pemikiran para pemuda Islam di tahun 70 –an, begitu menggebu-gebu untuk
merubah paradigma berfikir masyarakat islam di indonesia yang begitu kolot dan
HMI mampu survive membawa gerbong perubahan itu.
Dinamika mulai muncul,
dan begitu krusial, ketika Soeharto memaksakan azas tunggalnya, pancasila.
Semua harus tunduk patuh dengan sistem yang telah dibentuk oleh orde baru,
namun pemuda Islam HMI tidaklah begitu saja menerimanya, bahkan tentangan
terlalu keraspun dilayangkan. Disitulah konflik internal mulai muncul, antara
yang pro dan kontra, hingga pada akhirnya HMI terpecah dua, HMI DIPO dan HMI
MPO, dalam kondisi itu HMI terus mencoba berjalan walaupun tertatih, kerna
dinamika semakin panas. Dan beban sejarah telah ditanggungkan semenjak
pertengahan 80-an, dimana organisasi yang punya visi pemersatu umat ternyata
telah terpecah hingga kini, dan sulit untuk disatukan.
Awal 90-an HMI (dipo)
mencoba lebih akomodatif dengan pemerintah, hingga gerak perjuangan HMI mulai
mewarnai kancah politik dinegeri ini, pemuda-pemuda Islam himpunan mulai
berkecimpung dalam politik praktis dan birokrasi negara, disanalah akbar
tanjung mulai membangun poros, dibarengi dengan beberapa mantan ketua umum dan
para almuni HMI di Golkar dan PPP, hingga krisis moneter mulai menjangkiti pada
semua aspek kehidupan negeri ini.
Tahun 1998 suharto
turun dari kursi presiden dan naiklah BJ Habibie sebagai presiden yang baru,
pada saat itulah HMI mendapatkan momentum yang baru, era reformasi telah
terjadi, Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum mengambil langkah politik yang
cukup strategis, hingga dia mampu mengawal masa transisi era orde baru ke era
reformasi, dan munculah Anas Urbaningrum sebagai tokoh muda yang sangat
disegani pada waktu itu.
Kini era reformasi
telah berjalan hampir 16 tahun, namun kekacauan negeri ini terus terjadi,
kemiskinan, kebodohan, ancaman disintegrasi, kerusakan lingkungan, pengurasan
hasil alam oleh asing dan pribumi, pengangguran, korupsi semakin menjadi-jadi,
namun selama kurun waktu itu pula HMI terus terjadi konflik dan terbelah dalam
gerbong-gerbong politik, HMI telah mengalami konflik internal PBHMI mulai dari
Kholis Malik VS Mukhlis Tapi Tapi, Hasanuddin VS Syahmud Ngabalim, Nur
Fajriansyah vs Basri Dodo, dan hampir saja dalam periode Arif Rosyid ini
mengalami dinamika internal yang tak kalah sengitnya.
Harus kita akui bahwa
budaya yang telah terbangun di internal himpunan ini adalah budaya politik dan
pragmatisme, hingga dinamika perpecahanpun dikarenakan persoalan jabatan
struktural dan bagi-bagi kue saja, sungguh ironi, harusnya masa reformasi ini
kita mulai mengencangkan ikat pinggang dan menyingsingkan lengan baju, malah
terlalu sibuk dengan urusan konflik internal yang berkepanjangan.
Harapan untuk
menyatukan kembali antara HMI DIPO dan MPO terus bergaung disetiap kongres,
namun sampai detik ini belum mampu terwujud, sehingga menjadi tanggung jawab
kita bersama, bagaimana secara organisasi menyatu menjadi utuh kembali,
menguatkan barisan dan perjuangan bersama umat, HMI menjadi penggerak persatuan
dan kemajuan umat Islam.
HMI Back to Perkaderan Sebagai Harapan Umat
HMI sebagai organisasi kader sangatlah bertumpu pada
proses kaderisasi anggotanya, suatu proses yang harus ditempuh dengan kontinyu,
berkesinambungan. baik dari mulai proses rekruitmen, pembinaan, hingga
pengabdian.
Perjalanan proses perkaderan HMI sudah cukup lama,
prkaderan HMI sudah melewati banyak fase dari mulai kemerdekaan NKRI, mulai
dari fase perjuangan fisik, perjuangan ideologi, fase perjuangan politik, dan
kedepan adalah fase perjuangan ekonomi, keilmuan dan teknologi, budaya, dan
moralitas juga agama. dari mulai perjuangan melawan kebodohan dan kelaliman
penguasa, perjuangan melawan penindas (kapitalis).
HMI sebagai organisasi kader yang mencetak generasi masa
depan bangsa ini, sudah seharusnya memiliki sebuah guidance (pedoman) dasar
perkaderan yang fleksibel dan mampu menjadi alat pencetak insan cendekia yang
akan dibutuhkan dalam kehidupan bangsa ini. Sehingga pedoman perkaderan HMI harus
mampu menjawab persoalan yang baru dan menjadi strategi pembinaan sumber daya
manusia dimasa yang akan datang. Globalisasi sebagai tema sentral kedepan harus
mampu dibingkai dalam proses-proses training dan follow up nya, sehingga
kader-kader HMI akan mampu menjadi garda depan, pelopor perubahan untuk
mewujudkan masyarakat madani.
Oleh karena itu, sudah saatnya ada evaluasi dan
revitalisasi perkaderan HMI, karena pedoman yang dibentuk disaat awal reformasi
sudah tidak sesuai lagi dalam rangka untuk menjawab kebutuhan era globalisasi.
sistem perkaderan harus dibenahi, dikonstruksi untuk menjadi pedoman yang ideal
dimasa kini, sehingga out put-nya memenuhi standar kualitas internasional.
Kedepan sudah era post-industri, dimana isu lingkungan, HAM, pendidikan,
kesehatan, keamanan akan menjadi trend setter, oleh karena itu, perkaderan HMI
kedepan sudah harus mamapu menjadi pijakan awal dalam membentuk insan-insan
cendekia dalam rangka berkompetisi dikancan dunia internasional.
Selain peran intelektualitas, perkaderan HMI harus mampu
mencetak kader-kader HMI yang memiliki spirit profesioanalitas yang tinggi, kemandirian ekonomi yang kokoh,
moralitas yang teguh, dan keimanan yang mendalam. sehingga HMI akan benar-benar
mampu mengerakan pemuda yang akan menjadi motor perubahan, bukan hanya sekup
nasional namun sudah internasional.
Mari
kita merevitalisasi perkaderan HMI, perbaiki sistem perkaderan mulai dari
maperca, LK I, LK II, LK III. Perkokoh lagi sistem follow up nya, HMI back to
campus, gerakan kaderisasi instruktur HMI harus menjadi nyata, perbaharui
segala infrastruktur perkaderan HMI, hingga pada akhirnya HMI berjaya, mampu
menjadi pelopor dalam berkompetisi di era perdagangan bebas global.
Perkaderan
HMI bukanlah buku kosong, atau konsep kosong, namun harus menyatu menjadi jiwa
bagi para kader HMI, sistem penggerak perubahan. ruh HMI harus kita bangkitkan
kembali, menata yang telah terserak, mengokohkan kembali perkaderan, berarti
kita telah mencetak jutaan benteng atau garda depan perubahan dunia
internasional dalam lillahi kalimatillah, syiar Islam dimuka bumi ini, karena
tugas kenabian hari ini dan kedepan ada ditangan kita, generasi umat Islam, khusus
kader HMI. Karena HMI adalah kawah condro dimuko untuk mencetak muslim kaffah
dalam rangka membentuk masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.
Menyongsong kongres HMI Ke-XXIX Sebagai Ikhtiar Menuju
Persatuan Umat Islam
Seruan untuk menyatukan umat Islam diseluruh dunia sudah
harus digaungkan oleh HMI yang alumninya sudah malang melintang bukan hanya di Indonesia,
tapi sudah ke seluruh penjuru dunia. HMI harus bisa mengambil hikmah dari Peperangan
dan pertikaian yang terjadi di Timur Tengah, mulai dari Afganistan hingga Maroko,
persoalan terorisme yaitu Al-Qaeda dan ISIS, HMI harus mulai menyerukan kembali
persatuan umat Islam diseluruh dunia. HMI sebagai organisasi kader yang
memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin harus tampil kedepan, karena HMI memiliki
potensi besar, yaitu sebagai organisasi yang didalamnya berkumpulnya pemuda
muslim dari berbagai macam latar belakang madzhab, faham ideology, suku dan budayanya
telah lama tersemai benih persatuan umat dari berbagai macam perbedaan yang
ada.
Mu’tamar
NU dan Muhammadiyah telah berlalu dengan NU mengusung tema “Islam Nusantara” dan
Muhammadiyah dengan tema “Islam Berkemajuan”, perbedaan sudut pandang dalam
melihat relitas masyarakat dan tantangannya membuat dua organisasi ini berbeda
dalam mengambil tema strategisnya, yang pasti dalam rangka menjawab tantangannya
kedepan, NU dengan jama’ahnya yang lebih banyak menganut Islam Tradisional dan
Muhammadiyah dengan jama’ahnya yang berfaham Islam Moderat.
Dengan
ini HMI yang akan mengadakan kongres dibulan September-Oktober nanti harus jeli
melihat dinamika umat Islam secara menyeluruh, karena HMI sangatlah majemuk
didalamnya dan sangat pas memiliki jargon Islam Rahmatan Lil’alamin. Dan sudah saatnya dunia
ada dalam genggaman umat Islam, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin harus
kita wujudkan. Karena anggota HMI adalah Pemuda Islam dan Pemuda Islam adalah
harapan, harapan untuk kemajuan dan ketinggian peradaban Islam dimuka bumi.
AHLAN
EL-FAZ
Ketua
Umum BPL PBHMI Periode 2013-2015