Hasanuddin
1.
Training
untuk peningkatan kapasitas seperti up grading kepengurusan, instruktur, dan
spesifikasi keahlian yg juga perlu lebih dipikirkan pendekatan dan metoda nya
yg lebih tepat seperti apa
2.
Yang
bisa intens mengelola perkaderen itu, hny mrk yg menggandrungi NDP, karena
NDP itulah inti dari proses perubahan kognitif, afektip maupun psikomorik
kader yg paling kuat membentuk karakter mereka. : Lemah dlm membaca gejala
perubahan dan kepeduliannya kurang, individualisme tinggi, dan cenderung
egois.
3.
Untuk
peningkatan kapasitas dan keahlian harus lebih dimaksimalkan untuk mendorong
peran lembaga lembaga seperti lembaga hukum, lembaga kesehatan, lembaga
tekhnik, dll. Lembaga hukum misalnya, perlu lbh intens melakukan pelatihan
kepengacaraan, lembaga kesehatan mngkin bicara soal pelatihan managemen rumah
sakit dll. Demikian halnya dgn lembaga lembaga keahlian lainnya, seperti
lembaga bahasa, seni, yg selama ini sdh terbentuk, tp tdk kedengaran
kegiatannya apa
4.
Perlu
pula, sy pikir HMI memiliki satu pusat study keagamaan, agar andil HMI dlm
mendorong wacana Islam yg rahmatan lilalamiin, menjawab isu isu radikalisme
disatu sisi, serta isu isu lain dalam hubungan antar pemeluk umat beragama.
Sy kira yg utama yg harus di jaga adalah masalah Tauhidnya. Seperti pesan
Luqmanul Hakiem kpd putra putrinya dlm al Qur,an. Semua peradaban besar bisa
terjaga keberlabgsungannya jika masalah Tauhid ini dijaga, dan hancur disaat
masalah Tauhid ini diabaikan, dan berganti dgn toghut.....
5.
ada
pergerakan metodologi, dari full paedagogie, ke semi andragogie di lk 1, Lk 2
baru mulai full andragogie.
Sy membayangkan model
LK 1 yg baru itu, di awali dgn pemutaran film sejarah perjuangan HMI, filmnya
dibuat khusus dgn durasi 45 menit : Materi nya tentu seputar Ke islaman,
keindonesiasn, ke HMI, dan kemahasiswaan dan ke organisasian
[16/5 10.30 AM] -
Hasanudin: Di kemas dlm metode pembelajaran yg lbh baik, model2 terbaru
6. Setuju dgn
nomenclatur, Basic Training, Intermediate Training dan Advance Training. Soal
limit waktu, sangat erat kaitannya dengan target yang ingin di capai,
targetlah yang menentukan materi apa yg akan diberikan, dan target pulalah
yang menentukan model dan pendekatan seperti apa yg diterapkan.
Fajar Zulkarnain
Pengkaderan hmi jangan dibikin
terlalu berat, Utk waktu klo perlu lk 1 itu satu dua hari aja, setelah lk
tentukan mentor nya 1 mentor 5 kader lk 1. Mentor orang2 yg lebih senior 1 angkatan
diatasnya. Tugas mentor yg nanti mulai ngajarin ngaji sampai menjelaskan misi
hmi dll.
Arbayanto
Unsur utama penajaman ideologi ada
pd pendampingan (sistem mentoring). Di HMI kita mengenal Master. Seharusnya
konsep master itu dimulai dari jenjang training hingga pasca training dlm
kehidupan berorganisasi kader. Sederhananya era para senior HMI sebelum
dibakukannya sistem perkaderan, sebetulnya sdh menerapkan metode tsb.
Proses perkaderan di HMI adalah satu
rangkaian sistem yg utuh. Kita punya formal training, informal training dan
perkaderan non-formal. Formal training diorientasikan pd penyemaian dan
penguatan nilai2 ke-HMI-an, sehingga prosesnya berjenjang (LK 1, 2 dan 3).
Shg formal training dipakai jg sbg standar resmi ukuran kelayakan kader utk
memimpin pd setiap jenjang struktur kepemimpinan HMI. Tidak jarang akhirnya
dinamika politik turut mewarnai proses penegakan aturan pedoman perkaderan
akibat intervensi senior utk meluluskan fulan bin fulan dlm LK 2 atau LK 3
akibat ybs mau maju pencalonan. Berbeda dg informal training yg titik
tekannya pada kewajiban HMI utk memberikan model pendidikan keahlian diri
secara spesifik bagi kader. Informal training berupa training kepemimpinan,
kewirausahaan, penelitian, jurnalistik dsb. Krn tdk terikat secara
konstitusional, seringkali informal training dianggap tidak wajib
dilaksanakan oleh banyak pimpinan HMI hampir di setiap tingkatan. Tidak
jarang pimpinan HMI yg tuna-perkaderan mencampuradukkan kurikulum informal
training dg formal training. Formal training yg seharusnya padat dg materi2
utama ke-HMI-an dan harus diisi oleh alumni yg kompeten dlm materi tsb,
dimasuki oleh materi2 informal training dan diisi oleh pemateri non-HMI.
Sementara budaya intelektual dlm model perkaderan non-formal training dlm bentuk
Seminar, FGD dsb, yg diorientasikan pd pembahasan masalah keumatan secara
serius dan ber-nas, sdh mulai ditinggalkan. Berganti dg forum diskusi isue2
politik day to day (bukan issue2 politik strategis). Model gerakan HMI
seharusnya berdimensi perkaderan, tdk semata2 pd model2 pengerahan massa.
Model gerakan berdimensi perkaderan dicirikan dg sinergitas kader HMI utk
membentuk model pelatihan, strategi opini publik melalui tulisan di media dan
variasi2 aksi lainnya. Saya fikir proses perkaderan dlm perspektif luas tsb
yg idealnya dibangun HMI. Namun saya fikir kondisi nyata saat ini, bukan
semata kesalahan satu generasi. Degradasi sistem perkaderan tsb barangkali
disebabkan banyak hal. Tapi disfungsi perkaderan tsb blm cukup emergency jika
blm menyentuh aspek mental dan infrastruktur perkaderan.
Pertama, saya sepakat dg usulan
perbaikan aspek konseptual. Kurikulum perkaderan harus disesuaikan dg
tuntutan zaman. Namun sy termasuk yg tdk sepakat jika materi non ke-HMI-an
masuk dlm formal training. Materi2 yg
berkaitan dg penajaman softskill harus dikategorikan sbg informal training.
Kita harus merumuskan standar baku kurikulum informal training. Katakanlah
harus ada 10 jenis kurikulum informal training yg kita tetapkan sbg training
wajib dilaksanakan oleh komisariat dan cabang. Selain itu PB HMI dan/cabang
harus menetapkan issue2 gerakan strategis dan membentuk kurikulum
pelatihannya (masuk jg sbg jenis informal training). Khusus informal training
dlm kategori pembentukan trainer2 materi formal training dari LK 1, 2 dan 3
diorientasikan utk mensertifikasi pemateri LK. Termasuk perbaikan kurikulum
institusi IT (dulu SC) guna up-grading master dan instruktur. Termasuk juga
paket kebijakan2 yg harus dikeluarkan oleh PB HMI utk mengendalikan
perkaderan demi ketertiban. Harus ada standar resmi pelatihan mulai dari
jumlah ideal peserta latihan dlm satu kelas, persyaratan pemateri hingga
standar minimal komisariat utk memilih 5 dari 10 jenis i formal training yg
wajib diselenggarakan. Sertifikat kelulusan bahkan hingga sah atau tidaknya
pelatihan digelar dari aspek idealitas penyelenggaraan versi pedoman harus
diserahkan kpd BPL dg alasan profesionalitas kerja BPL sbg lembaga yg
kompeten utk melaksanakan dan menilai pelatihan di HMI.
Tahap kedua, program penting dan darurat
setelah aspek konseptual adl aspek praktikal. Kita harus gelar program wajib
dari tingkat PB HMI hingga tingkat komisariat utk mengelar training IT dg
target pemenuhan rasio kecukupan jumlah mentor/master thd jumlah kader.
Program ini penting jika kita ingin serius menangani proses pembinaan
perkaderan hingga tingkat akar rumput dg baik. Kita membutuhkan data riil
jumlah kader dan data riil jumlah master secara detil di setiap komisariat.
Data tsb penting bagi PB HMI utk membentuk rencana strategis revitalisasi
program perkaderan.
Tahap ketiga adl kontrol dan
perbaikan sistem selama setidaknya satu tahun evaluasi implementasi paket
kebijakan perkaderan PB HMI. Selama satu tahun implementasi, mknitoring dan
evaluasi harus secara ketat kita lakukan. Jadi mulai dari tahap perencanaan
hingga monev, paket terapi lerkaderan organisasi HMI ini, baru 6 bulan
kemudian baru ada vonis HMI baru bisa dinyatakan sembuh.
Afni Achmad
1.
Pembaharuaan
methode, peningkatan kwalitas master dan instrukturnya, sistem pendataan dan sitem
evaluasi.
2.
Training
di desa, di pesantren, di sekolah2di desa, nginap lah dirumah rumah warga
desa
3.
Kemah
Kerja
4.
Sy
pikir utk membangun karakter dan militansi kader...sy pikir LK 1 se baiknya
di pedesaan..di pesantren dan madrasah2. PB HMI perlu sowan dan membangun
kerjasama dgn PP MUHAMMADIYAH..PB NU..PP AL IRSYAD..PP PERSIS..DEWAN DA'WAH
dll.
5.
Setelah
selesai LK1, lulusannya buat group WA yang dipimpin oleh masternya dan
diikuti pula oleh pengurus komisariat dan pengurus korkom. Dengan WA ini akan
terjalin arus komunikasi paska training yg memungkinkan pendalaman materi
diantara ex LK1 dgn seniornya atau diantara sesama ex peserta murah dan
ekffektif
6.
sukses
tidaknya proses perkaderan...ditentukan oleh "tercerahkan" tidaknya peserta.... setelah mengikuti
proses perkaderan...gimana ukurannya...spt apa kurikulumnya..bagaimana
methodenya...siapa yg melakukannya...itu yg kita cari jawabnya....soal
kelemahan HMI hari ini...tidak melulu salah HMI dan alumni...ada faktor
external yg juga ikut memberi kontribusi...terutama sejak daud yousuf
mempraktekan NKK dan BKK dikampus
Sujana
Sulaiman :
Acara dimulai pk 04. Shalat Subuh berjamaah,
demikian juga shalat2 lainnya. Pk 12-15 istirahat. Dimulai lagi setelah
shalat Ashar berjamaah. 18 sd 19.30 istirahat. Mulai lagi pk 19.30 - 22.00
selanjutnya istirahat. Mulai lagi pk 04.00.
Kesan saya, 5 kualitas insan cita
menjadi "ultimate goal" sedangkan Profil yg kita rumuskan adalah
turunan dari 5 kualitas insan cita yg disesuaikan dg kebutuhan kini dan
antisipasi thdp kebutuhan 5-10 tahun ke depan bahkan 10-20 tahun. Kalau kita
membaca cerita2 ttg majelis2 Rasulullah saw, kita bisa menandainya dg bbrp
ciri, antara lain.. selalu memberi pencerahan, memperkuat iman, menginspirasi
orang untuk semakin taat dalam beragama, setiap ada masalah/pertanyaan
diselesaikan secara tuntas, tidak ada sinisme dll..
Sedangkan Pusdiklat minimal 2 minggu
agar sbg pemimpin lebih matang. Sebagian materi adalah studi2 kasus. Termasuk
kunjungan2. Jadi 2 minggu adalah waktu yg singkat.. PB HMI wajib
menyelenggarakan Pusdiklat satu semester sekali. Kalau tdk, maka akan terjadi
"putus" generasi. Badko juga demikian, minimal satu semester satu
kali LK 3. Jadi selama menjabat ada 4 kali Pusdiklat di PB dan 4 kali LK 3 di
Badko. Durasi perkaderan formal ini tdk bisa kita serahkan kpd selera
pengurus. Kalau dibiarkan lepas, bisa2 terjadi "putus" generasi
dalam artian mereka yg memimpin HMI tdk "terlatih" dan
"terdidik" dg baik
Kalau mengikuti Pedoman 75, LK 1
lebih bersifat doktriner, penyamaan sikap dan cara berpikir. Cukup sampai
disitu saja.. transfer keilmuan didapat dalam aktifitas..
Untuk Pengurus ada up grading
pengurus... untuk instruktur ada up grading instruktur, untuk pengelola
training ada up grading pengelola.. jadi masing2 sdh ada jurusannya.
bayangan saya Pengurus Besar HMI,
usia maksimumnya 26-27 tahun
Proses Perkaderan di
HMI terdiri dari 3, formal, informal dan non formal.. Sekecil apa pun yg bisa
diperoleh dalam training 2, 4, 6 hari dan 2 minggu atau 1 bulan. Itulah yg
harus dioptimalkan..
(Catatan Kecil)- 1.
Perihal nomenklatur, kita gunakan bahasa Indonesia. Jadi nama untuk latihan
berjenjang adalah Latihan Kader 1 sd 3.. 2. Mengenai penjenjangan terdapat
dua pendapat. Pertama, seperti yg ada sekarang, yaitu Latihan Kader 1, 2 dan
3, kemudian ada Pusdiklat untuk para pimpinan HMI dan up grading untuk
meningkatkan keterampilan dalam bidang2 tertentu.
Kesekretariatan/keorganisasian, pengelola latiha., instruktur dll.. Pendapat
Kedua, ada training dasar sbg syarat sbg anggota, selanjutnya para kader
dilatih sesuai dg kebutuhan organisasi maupun kebutuhan sang kader dalam
pelatihan2 khusus termasuk upgrading. (pendapat
kedua, seperti mengingatkan kpd model "Maperca" dulu. 3. Perihal jumlah peserta dalam LK 1
sd 3 yg diusulkan sebanyak maksimal 30 orang, belum cukup mendapat tanggapan.
Bisa jadi terlewatkan atau sdh dianggap baik dan setuju. 4. Rekrutmen anggota baru HMI
sebagaimana pendapat kedua di atas, diusulkan dalam model tertentu sehingga
lebih menarik bagi para calon anggota. (saya sendiri ingin mengusulkan hal
ini dilakukan tersendiri agar sesama kader satu cabang, bisa saling kenal dan
bersilaturahmi...) 5.
Perihal waktu training, khususnya mengenai LK 1 terdapat 2 pendapat. Pertama
cukup 3 hari (2,5 hari, dimulai Jumat malam diakhiri Ahad malam). Kedua,
selama seminggu (6-7 hari). Sedangkan untuk waktu LK 2 selama 4-5 hari dan LK
3 selama 6-7 hari serta Pusdiklat selama 2-4 minggu, belum cukup mendapat
tanggapan atau pembahasan. 6.
Perihal tempat training, selain seperti yg sdh berjalan selama ini, diusulkan
untuk diadakan di desa2 atau pesantren2 atau tempat2 yg dimiliki ormas Islam.
Hal ini dimaksudkan untuk membuat peserta lebih paham tantangan yg dihadapi
umat Islam. 7. Disamping itu,
diusulkan agar tempat menginap peserta training dalam sebuah tempat yg
memungkinkan semua peserta dpt bercampur sedemikian rupa sehingga timbul rasa
kebersamaan, tanggung jawab dan keperdulian. 8. Perihal materi2 latihan, diusulkan dilakukan
"semacam" standarisasi dan menggunakan media film dan lebih jauh
media berbasis ICT. Salah satu yg diusulkan adalah materi Sejarah HMI dibuat
dalam bentuk film dg durasi 30-60 menit. 9.
Model pelatihan, diusulkan lebih variatif dg tujuan agar lebih menarik tetapi
tetap mampu membangun "semangat" atau "ghirah" perjuangan
setiap kader HMI dg landasan Tauhid yg kuat, ilmu yg mumpuni serta perilaku
yg bersesuain dg nilai2 Islam. 10.
Proses training diusulkan dalam suasana yg bersahabat, ramah dan kritis. 11. Sekedar catatan tambahan, HMI
mesti tetap konsisten untuk melaksanakan training. LK 1 oleh Komisariat, LK 2
oleh Cabang, LK 3 oleh Badko, Pusdiklat oleh PB HMI. Hal hal lain yg agak berat2 mohon
masing2 menyiapkan Paper yg akan dibahas dalam FGD. Dalam hal training
dihubungkan dg masa keanggotaan HMI, saya usulkan anggota HMI dibatasi
maksimal 7 tahun saja sejak yg bersangkutan masuk/diterima menjadi anggota
HMI. Mereka diberi kartu anggota dg masa berlakunya. Semua tercatat di Cabang
dan PB HMI. Untuk itu kita gunakan teknologi informasi. Dg demikian, total
anggota HMI setiap tahunnya bisa diketahui dan pelaksanaan LK 1 di seluruh
Indonesia dpt terpantau oleh PB HMI..
Sujana Sulaeman: LK
1/BT 2 hari maksudnya agar lebih banyak yg bisa dilakukan dan dpt
dilaksanakan pada Sabtu Minggu saj sehingga tdk mengganggu waktu kuliah
mahasiswa..
Sedangkan Pusdiklat
minimal 2 minggu agar sbg pemimpin lebih matang. Sebagian materi adalah
studi2 kasus. Termasuk kunjungan2. Jadi 2 minggu adalah waktu yg singkat.. 😊
LK 1 oleh Komisariat,
LK 2 oleh Cabang, LK 3 oleh Badko dan Pusdiklat oleh PB HMI..
PB HMI wajib
menyelenggarakan Pusdiklat satu semester sekali. Kalau tdk, maka akan terjadi
"putus" generasi..
Badko juga demikian, minimal satu
semw
Badko juga demikian,
minimal satu semester satu kali LK 3. Jadi selama menjabat ada 4 kali
Pusdiklat di PB dan 4 kali LK 3 di Badko..
Durasi perkaderan
formal ini tdk bisa kita serahkan kpd selera pengurus. Kalau dibiarkan lepas,
bisa2 terjadi "putus" generasi dalam artian mereka yg memimpin HMI
tdk "terlatih" dan "terdidik" dg baik.. 😊
Muchlis R.
Luddin:
Sy saran dan usul: Kita mulai dg
"merumuskan profil kader HMI masa depan" mis Kader HMI seperti apa
pada tahun 2045. Kalau sdh clear, baru kita beranjak pd (1) kemampuan dan
keterampilan apa yg dibutuhkan untuk itu. (2) kurikulum seperti apa yg hrs
didisain untuk memenuhi kebutuhan tsb, (3) materi apa saja yg hrs diberikan
dan dikuasai oleh anggota HMI di semua jenjang pendidikan. (4) bagaimana
disain pembelajarannya. (5) berapa lama latihan yg diperlukan untuk memenuhi
tuntutan itu. (6) brp minimum dan maksimum class-size nya. (7) bagaimana kita
melakukan evaluasinya. (8) merumuskan profil kebutuhan akan keahlian dan
keterampilan minimal yg hrs dikuasi oleh para instrukturnya. (9) bagaimana
struktur organisasi pembelajarannya, dst. Ini semua hrs clear dan
terstandar!!
Muchlish R.
Ludin
10 isu kluster besar yg harus kita
tuntaskan atau rumuskan untuk meletakan HMI sbg organisasi pengkaderan: (1)
kluster input/intake calon anggota HMI, (2) kluster training:
prosedure-proses-metoda, (3) kluster kurikulum-GBPP, (4) teknologi
pengkaderan, (5) Learning
outcome-output lulusan, (6) sistem penempatan lulusan/kader, (7) sistem
pembinaan kader pasca training, (8) sistem dukungan logistik dlm perkaderan,
(9) rekturmen dan pembinaan instruktur/master of training, (10) pembangunan
networking: kader-kampus/rayon-alumni!! Kalau dipersingkat bisa sy katakan
bahwa yg diperlukan skrg adalah membangun SRPPPTK/SRP3TK (Sistem Rekrutmen,
Pendidikan, Pembinaan, Penempatan Tenaga Kader HMI)
Gefrina Johan
Metodologinya yg memang harus
diperbaharui...saya coba check lapangan di kader2 muda mereka sdh sangat
jenuh dgn metode ceramah....mungkin perlu dipelajari dari model2 pelatihan
seperti yg dikembangkan oleh JHU atau kampus2
lain yang memang mengembangkan itu
Rosdaneli: Akhlak...
Akhlak....Akhlak...Jangan lupakan itu, karena akhlak adalah dasar kehidupan
sebagai refleksi dari kekuatan Tauhid. Itulah misi Rasullullah Muhammad SAW.
Tauhid mendasari akhlak, akhlak mendasari peningkatan kualitas2, kualitas2 memberi dampak Rahmatan lil 'alamin. Apapun
rumusan profil kader HMI seyogyanya mengacu kesana. Semoga hal ini memberi
inspirasi bagi pemaknAan kembali rumusan Tujuan HMI dan implikasinya thdp
kaji ulang realitas dan sistem perkaderan HMI selama ini serta proyeksinya ke
depan.
Misi utama perkaderan HMI adalah
perkuatan Tauhid dan Akhlak serta meletakkan kerangka dasar Kepemimpinan dan
Kemampuan Manajerial. Di atas itu perkaderan HMI hanya menstimulasi rasa
ingin tahu para kader dan mengasah ketrampilan utk mengakses dan memanfaatkan
secara positip dan optimal sumber2 belajar yg tersedia di
lingkungannya....Ingatkah prinsip "Alam Takambang Jadi Guru" ?
Chumaidi
Syarif Romas
Perkaderan adalah cara membangun
kesadaran potensi sdm menjadi kekuatan yg riil yg menggerakkan seluruh sistem
dan struktur organisasi/HMI. Jadi kader digambarkan oleh William James , seperti manusia yg mengalami "accute
of fever" yakni kesdaran jiwanya/spirit hidupnya laksana demam akut dlm
dirinya. Dirinya merasa mampu mengaktualisasi diri,jiwa panas,menggerakkan
tubuh/organ yg mendasarkan pd motivasi keagamaan(NDP). Motif fundamental
kader diletakkan pada PENGABDIAN KPD YG MAHA BENAR.(ibadah/pengabdian lillahi
taala). Jiwa kader dibakar dg energi Tauhid yg sungguh2 sbgmn tercermin pd
baiat kader HMI diseluruh sendi2 kehidupan HMI. Melalui sistem perkaderan
mampu menempatkan kader2 ke seluruh wilayah kegiatan baik dalam struktur
organisasi mapun non struktural.(mereka menjadi pengabdi ilahi). Makna
pengabdian kader harus dalam kesadaran kolektif/organisatoris bukan motif
individualistik atau jiwa idealis-klo perlu altruistik(seperti biara/biksu)
dlm anggapan perjuangan itu adalah pengorbanan diri/ nafsu pribadi terkendali
oleh tanggung jawab kpd agama/Allah SWT.Nafsu itu cenderung jahat dlm
kehidupan manusia tapi ruh/spirit milik Allah semata.Ruh perjuangan HMI
adalah citra yg hrs melekat kpd kebenar an ilahi/musliman hanifan. Kesimpulan
singkatnya kader HMI adalah manusia imago dei/manusia bersibghotulloh atau
dpt celupan Allah. Ciri2 dasarnya ialah ikhlas/kemerdekaan yg bertanggung
jawab kpd Allah, pengorbanan nafs wal amwal(jiwa dan harta)..serta
taklif/bertanggung jawab secara vertikal dan horizontal. Dengan sistem ini
akan melahirkan elit2 organisasi baik dlm struktur tertinggi HMI hingga akar
rumput yg berpusat pd roll model/uswah khasanah. Mereka itulah leader2 HMI yg
memiliki pengaruh nilai2 kejuangan pengabdian yg ditiru seluruh anggota.
Renungkan dg hati dan iman perjuangan kita.
Forum LK sebaikny dijadikan sbg
universitasnya HMI hrs dibebaskan dari panggung kegiatan poltik apalagi saat
pilkada dan pileg/pilpres bukan berarti poltik kebang saan dan
kenegaraan(bukan parpolis) biza dibicarakan sbg pencerdasan kader di jauhkan
dlm rangka penegakan keadilan dan krbrnaran. Bersihkan anasir partai poltik
bicara di lk lk kecuali mungkin diPUSDIKLAT ,dari semua kekuatan parpol .
Tujuannya utk menjaga independensi HMI
Civilisasi dlm pergaulan dan
perjuangan HMI baik secara hirarkis vertikal dan horisontal maupun hmiwan dan
hmiwati perlu dibangun dg akhlakul karimah/tahallaku bi akhlaqillah . Akhlak
Allohlah yg maha kasih tak pilih kasih ,yg dpt memuliakan sesamanya dalam
menghadapi perbedaan/ikhtilaf antara pimpinan dg anggotanya ,yg lelaki dg
perempuan dan yg senior thp yunior. Diseluruh forum perjuangan HMI sbg roll
model kader bangsa hendaknya memiliki motto perjuangan :SAHABATKU TERBAIK
ADALAH LAWAN BERFIKIRKU. Berbeda dlm
pemikiran sesama kita adalah rahmat( al ikhtilafu rakhmah).Harus disadari dlm
menciptakan kader yg beradab/nafas islam ini,perbedaan itu hrs dirasakan sbg
kasih sayang sesama utk saling mencerdaskan asah asih asuh (smiling
management), bukan kemarahan dan
kekerasan yg merupakan budaya jahiliah/primitif. Kader HMI hrs menjadi
civilized human bukan barbarian/bila adab. Camkan seluruh kader dan anggota
utk melakukan pembebasan dari praktek2 jahiliyah-liberalism dan hedonism!
Sertifikasi training lebih banyak
digunaksn sbg sekedar steping point utk menyalurkan nafsu kuasa utk duduk dlm
jabatan,semestinya semua jenjang training merupakan gambaran kualifikasi
kader
Menurut sy,ada 2 tawaran untuk
mengakomodir hal tsb.(1)persyaratan training NDP hrs sdh dimiliki oleh
kader-kader yg ingin mengikuti training instruktur (SC,Senior Course).Syarat
utama SC :sdh LK2 dan sdh ikut training NDP.Jika diantara salah satu syarat
tsb blm terpenuhi kader tsb tak eligible ikut SC, (2)mekanisme dengan
mewajibkan setiap peserta SC untuk membuat materi sindikat wajib yaitu NDP
dan materi Sindikat pilihan sesuai dgn minat.Selama ini,kl tak salah,setiap
peserta SC hanya menyusun satu sindikat.Koreksi jk sy salah.Sy lbh prefer
mekanisme kedua.Kader akan lbh mantap dlm penguasaan substansi maupun
metodologi penyampaian materi NDP maupun sindikat pilihannya kpd peserta
training.Dgn cara ini sbnrnya,kita secara sistemik dan kelembagaan sdg
memperbaiki praktik perkaderan kita.menyiapkan kader2 yg militan,komit dan
berjuang dlm jalur perkaderan.
Yg lebih prnting ialah proses
trsiningnya bersahabat,ramah/basyiron wa naziron, melatih memahami ada
tantangan sbg muslim,mengenali brlenggu yg menguasai mentalitas diri peserta
dan dg psradigma Tauhid yg mrmbebaskan pribadi dan sosial yg membelemggu
kehidupan kita aksn krbdnaran ds kesdilan
Madter of training di LK bukan
betfungsi sbg protokoler tetapi senior ug memahami darah daging dan nafas
islam HMI. Dia arsitektur kepribadian HMI yg mampu mengubah mindset mhs
menjadi kader HMI.
Seorang Instruktur LK adalah sosok
yg melihat adik2nya/peserta LK berkewajiban menanamksn Tauhid secara
militan(bandingkan dg LMD) tapi bukan utk truth claim dlm beragama tetapi utk
membangun energi perjuangan/amal ibadah di ladang Indonesia via pengalaman
akademiknya. Semangst pembebasan dlm praxis perjuangan hrs mampu
menghilangkan kultur feodalisme/kapitalism sehimgga menciptakan senioritas
kompleks meski akhlak terjaga dg bsik dlm pergaulan.instruktur juga hrs cair
dlm pergaulan yg jiwanya parentalistik bukan psternalistik dlm membentuk
persaudaraan sejati di lingkungan HMI. Kecongkaan senioritas, kecongkaan
akademik, dan superioritas apapun hrs difahami sbg musuh keadilan dan
kemanusiaan kita. Harmoni dlm perbedaan apapun hrs dipelihara dlm modul
perjuangan HMI bukan kepentingan pribadi atau kelompok apapun di luar frame
work HMI
Training bissanya ada dua
bentuk.Pertama sbg trainimg formal yg terdapat penjenjangan ,yg kedua disebut
training informal atau traing tanpa jenjang utk kepentingan khusus. Trn
formal berjenjang LK1/oleh komisariat(basic training(,LK 2oleh
peng.cabang(interme diate trn) ,LK 3 dilaksanaksn oleh Badko dan PUSDIKLAT
oleh PB HMI. Sedang Trn informal atau training khusus berupa: up
grading/peningkatsn sekretsriat,kendaharian,kohati dan keperluan khusus yg
lain.CATATAN: SEKARANG ADA LKK(KOHATI) seharus nya tidak diperlukan krn kader
hmi itu tidak mengenal pemishan sex agar kader tetap dlm keasatuan kualitas
kader gak perlu dibelah. Kohati bisa dilakukan sbg kebutuhan khusus , gak di
pisah.Hal ini disebabkan ada kecenderungan pengaruh yg latah thp ideologi
gender di HMI bisa di baca di aturan dasar kohati bahwa kohati punya tujuan
sendiri yakni membentuk SARJANA MUSLIMAH . yg memisah dg tujuan HMI. Kasus
ini gak boleh dibiarkan nsnti ada dichotomi tujuan HMI sesuai pembedaan sex.
Berbahaya buat kader HMI
Yunda
Tati
Kemampuan setiap kader pada
aktualisasi diri yg dibingkai oleh refleksi dari 4 kecerdasan ( kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan religiusitas serta kecerdasan
partisipatoris), walaupun tenth masalah ini tdk baku krn sangan tergantung
pada proses pembinaan dan pengembangan melalui mentoring dst. Inti
pembelajaran itu kan terletak pada 4 hal: content, tujuan, metode/ strategi,
dan evaluasi
Mungkin yg perlu
dipikirkan, apapun bentuknya materi, metode dst, untuk dua jenis kader itu hrs diakomodir berbagai hal yg
memungkinkan bisa terjadi sinergitas dan pergumulan pemikiran yg harmonis
tatkala melakukan upaya penguatan warga dan bangsa bercirikan Kader HMI yg
berbasis pada 5 insan cita, terutama no 5 ... adil makmur yg bgmn yg
diharapkan ?
Aan Hasanah
Di lk 1 cukup materi NDP dan
pengenalan hmi yg meliputi sejarah, visi, misi. Dan itu pun ssequece nya
disimpan di tengah atw akhir. Yg lainnya perkuat keislamannya dan ketrampilan
berfikirnya ( creatif thingking) yg itu tdk didapat di kampus..(klw ada hanya
sedikit dan pd jurusan tertentu)... Klw itu bisa kita sajikan secara menarik,
maka hmi akan dicari oleh mhswa dimanapun.
Sy melihat lk1 lebih pd pembentukan
awal kader.oleh krnanya pndekatanya pd proses pengajaran, pembiasaan,
pemotivasian, penegakan aturan dan peneladanan seniornya.
Klw pendekatan, strategi dan metode
unt LK tentu hrs disesuaikan dg situasi hr ini. Mhswa skarang tdk suka ceramah panjang2 dg
kalimat yg panjang2. Cenderung to de point. Krna keseharian nya hidup bersama
gadget.. Sms, twiter, Facebook, wA menggunakan kalimat pendek2. Itu yg
mempengaruhi cara belajar mhswa sekarang
: Sebenarnya bukan
penceramah/senior/instruktur yg membuat peserta cerdas. Tapi dirinya sendiri
yg membuat dia cerdas. Para ibstruktur/penceramah memfasilitasi, membantu
saja. Jadi hmi jangan terlalu ingin membentuk mereka sesuai dg pikiran
kita... Mereka adalah anak-anak zamannya. "diatas
bukit pengetahuan ada langit kesadaran". Kita hanya membantu anggota hmi unt
mencapai sebuah kesadaran..melalui pelatihan kader....
ada dua bagian yg hrs
saling menguatkan yakni otonomi sbgai proses internalisasi individu terhadap
nilai moral dan bagian kedua aspek heteronomi sbgai usaha di luar
pendidikan... Yg tadi diusulkan oleh bang Aminudin ttg panutan alumni dan Mas Hasanudin ttg disiplin penegakan
aturan merupakan dua hal yg termasuk proses internalisasi nilai, tapi tdk
cukup dg 2 tadi, tetap hrs ada aspek pengetahuan kognitif melalui materi
pengkaderan, penciptaan lingkungan pengkaderan melalui pembiasaan....(waduh
kepanjangan)
Prajoko Ludiro
Latihan Kader. Artinya, "Kader"
sbg paradigmanya, shg smua aspek Latihan dirancang scr sadar unt
membentuk/menguatkan ke-kader-an. KADER
sbg prdigma latihan hrs konsisten dan menurunkan scr koheren profil Kader:
kataksnlah Pribadi Muslim, Intrlektual Progesional. Mk, hrs dibangun
perspektif latuhan yg tepat.
Perdpektif itu didaratkan pd
aspek/ranah latihan. Unt Lathan Kader, khususnys LK I, ditekankan pd aspek:
berpikir kritis dan aspek emotif.(gugus aspek afektif).
Skil/psikomotorik unt LK I jg hrs
disesuaikan (behavior dan personal attributes).
Dgn demikian, bs diittpkan metode yg
tepat, spt uladan teh Tati kmrn: dialog ktitis, debat,...
Pemilahan Latihan
Kader perlu dikaji ulang. Sejauh yg sy tahu, LK I adlh Lathan Dsr- Wajib bg
setiap cln anggota. Stlh itu mestinya Latihan Kepemimpinan, khusus bg
pengurus HMI atau kader yg ditgskan sbg pengutus di lmbga intra kampus. Bg
kader yg bkn kategori itu, disediakan Latihan Pemgembngan sesuai
preferensinya. Isu atau ketrmplan trtentu didlmi melalui Lathan Penguatan (up
grading)
Soal durasi, spkt Lthn dsr-wajib (LK
I) 3 hr ckp.
Materi Latihan tentu
hrs berdsar pd Kerangka Pikir dan Alur Logis Latihan. Pedoman yg ada skrg,
tdk mnjukkan hal itu. Krngka pkir dan alur logis itu: 1) ke-Mhs-an
(hkikat,fungsi,peran). 2) ke-Ind-an
(kndosi.dnmka,tantangan). Ke-HMI-an (sjrah, konstitusi, NDP,...), dan 4)
ke-Kader-an (hkikat, tgjwb, tgas kader, dan Missio HMI).
Bs sj dibolak-balik,
yg penting Logis alur dan krgka pikirnya.
Membangun Pelatihan, Merancang Latihan,
dan Meyusun Modul Modul Latihan adlh 3 hal yg berbeda
Hal penting dlm
mrnyusun Modul.Latihan mntapkan scr tepat ranah/aspek dan degree-nya. Itulah
yg mnjdi acuan smua hal teknis proses pembljaran. Dlm hal itu, Pedoman yg ada
sgt tdk clear.
Pelatihan dg Latihan
apa bkn 2 hal yg berbeda? Pemilahannya mnrut sy: 1. Latihan Dasar-Wajib (bg
setiap cln anggota). 2. Lthan Kepemimpinan, dijenjangkan: 1,2,dan3 (bg
pengurus HMI sesuai levelnya, jg bg kader yg ditgskan sbg pengurus lmbga
intra kampus). 3. Lthan Pengembangan (unt meningkatkan skill, ini disesuaikan
dg kebutuhan kader). 4. Lthan Penguatan unt mendalami su-isu tertentu,
lazim.disebut up grading.
Pribadi Muslim Intelektual
Profesional, Kesatuan Nilai, Teori, da Tindakan adlah platform dan perspektif
semua Latihan Kader HMI. Stlh
mengikuti Latihan Dasar-Wajib, anggota yg memilih jalur menjadi pengurus
dilatih melalui Latihan Kepemimpinan yg dijenjangkan sesuai level organisasi
(Komisariat, Cabang, ..) shg tdk terjadi lulusan LK 2 tdk bernafsu jg
pengurus, smntra pengurus Cabang tdk/blm LK 2. Kader yg lbh berminat pd tulis menulis,
penelitian ilmiah, ... ya, diberikan Latihan yg sesuai (Latihan
Pengembangan). Kader, siapapun, blh mengikuti Latihan Penguatan (up grading)
ttg isu-isu tertentu ( NDP, Mnjmen dan keorganisasian, dll)
Rakhmat
Hidayat
Waktu pelaksanaan LK1 tdk bs
diseragamkan jumlah harinya krn di setiap cabang berbeda kondisi cabang
(sumber daya instruktur,geografis cabang dll).Di Lampung,misalnya,LK 1 itu
pelaksanaannya 1 minggu.Cabang2 lain biasanya 3 hari (jum'at s/d
minggu).Cabang2 di Jkt dan sekitarnya hrs bersyukur bs LK1 di GIC yg bs full
fasilitas.Komisariat2 di cabang daerah hrs cari lokasi di desa2/pesantren yg
hrs mikirin nasi bungkus,dll.Hrs bersyukur kader2 cabang di Jkt yg langganan
LK di GIC.
Aman Romansjach:
Mungkin perlu
dipikirkan kembali model training : basic yang menekankan semangat komitmen
ke Islaman dan ke Hmi an. Ssedang intermediate karena unt pengurus Organisasi
Hmi maka ditekankan pada kemampuan Organisasi, problem solving dan kemampuan
strategis taktis. Yng mungkin perlu ditambah adalah kemampuan seleksi
informasi dan teknologi informasi sebagai media informasi dan pengetahuan.
Sementara. Advance menyiapkan kader yang bisa menyumbangkan gagasan secara
konseptual sehingga kemampuan konseptual dan metodologis menjadi bahan
perkaderan. Metoda seminar sering digunakan.Mungkin bisa ditambah kemampuan
menuanygkan gagasan di jurnal ilmiah.
Kalau tdk salah begitu waktu dulu. Hari
ini concern perguruan tinggi salah satunya lulusannya bisa menulis di jurnal
ilmiah/internasional (menjadi sYarat kelulusan). Termasuk para dosen dalam
memenuhi persyaratan sertifikasi dosen
Hadi Mulyo
pelatihan kader HMI, perlu
mempertimbangan perlu persaingan dan kerjasama dengan mereka2 itu, spt yg
telah dirintis oleh Kelompok Cipayung. Indonesia terlalu besar hanya diurusi
oleh satu komponen anak bangsa saja
Aminudin Syam:
Perlu ada eviden based
utk merumuskan materi suplemen selain materi wajib, metode dan durasinya,
kurang sempurna kalau kita hanya mengedepankan asumsi. Eviden based yg paling
mudah adalah hasil survai sederhana yg isi terkait dgn materi suplemen yg
diminati mahasiswa, metode yg menarik mereka dan waktu yg yg dibutuhkan
sehingga materi bisa tuntas tapi tdk menjenuhkan. Pengakaderan utk LK1 saat ini okeh
sebagian besar cabang sdh dilaksanakan selama 3 hari: pembukaan jum'at sore
dan penutupan ahad malam. Tp hasilnya spt yg kita saksikan sekarang.
Fahmi Idris
Yg perlu dilakukan
secara seksama n benar adalah suatu
penelitian n kajian yg mendalam, sebelum tiba pd konsep n pola
operasionalisasi yg proper....tentang bagaimana bagaimana para kader HMI dr
masa ke masa yg dihasilkan oleh mesin kaderisasi yg kita miliki selama
ini...apa lebihnya apa kurangnya.. apa perannya n apa pencapaiannya n apa yg
tidak dpt n tidak mampu dilakukannya.... Dan kemudian, konsep tentang
perspektif kader masa depan yg harus dimiliki HMI n bangsa Indonesia...
|