Rabu, 29 Juni 2016

DI PEMBERHANTIAN

DI PEMBERHENTIAN I

Berdiri memaku
Ada keresahan, kerinduan dan kegelisahan yang bercampur aduk

Inginku cepat sampai pada tujuan
Namun jalan terus berbeda
Berliku dan berbelok arahnya

Ada kebutuhan, cita-cita, obsesi dan ambisi
Tak mungkin aku cela dan habisi
Bunuh mati dan aku kubur dipagi yang masih dini

Di pemberhentian aku masih berdiri
Menatap jalan menanjak dan berkelok
Satu jalan baru yang harus aku tapaki
Menuju pemberhentianku yang terakhir
Stelah aku lalui rintangan dan kejayaan hidupku.

Purwokerto, 2010


DI PEMBERHENTIAN II

Aku masih belum bisa menyapa
Atau skedar menerka
Siapakah gerangan
Dan apakah itu untuk hari esokku!....

Serasa bumi kian melamban
Namun waktuku menghitung cepat
Esok aku harus berubah
Merubah jalan-jalanku

Orientasi hidupku dengan jejak yang kuat
Membangun pondasi kemandirian yang kokoh
Dan mengikat kuat jejaringku

Walau da kegelisahan yang luar biasa
Gejolak berontak yang terus meletup-letup
Aku tak mau ragu-ragu dan konyol
Dan terkubur ditengan jalan

Sekali kulayarkan kapalku
Ribuan dermaga kejayaan dipulau kejayaan kusinggahi.

Kampung Lama, 2010


PUISI UNTUK IBUNDA

PUISI UNTUK IBUNDA

pesta kemenangan bertalu
gemuruh takbir dan bedugpun berlalu
ada yang menyesakkan dijiwaku
membekukan hati
memecah keheningan 

(aku rindu....)

dan melelehlah airmata hatiku dalam keheningan malam
dikota sang kyai dan anak-anak nakalnya
aku menghiba diri
menghimpun yang tersisa dalam kerinduanku pada sang ibunda
ini hari kemenangan tanpa engkau disisi
jauh dan kenapa hati terus menjauhkan dalam setiap keterasingan

(aku tunduk lesu).

tak terbingkai dalam bingkai halus nan suci permadani
bunda aku rindu kau hari ini....
saat kusendiri dalam keterasingan jiwa ini

ibunda...
aku terus bertarung di medan ilusi pribadi
misteri ilahi yang belum terpecahkan
tuk sekedar gapai harapan
impian anak kampung 

dihantar cinta nan sepi
rindu yang jadi belenggu kala pagi menjelang
atau mimpiku di malam rantau
padang menantang nan gersang

lebaran pesta kemanangan
pagi sruput dinginnya kabut
saat pikirku sedikit ribut
jurang terdalam dihati mulai beriak
jeritkan dia, dia yang kurindu malam lalu
juwita pagi berbudi teratai putih

aku tak lagi gila
dalam kerinduan, kau datang dan ada
bersenyum ramah, godai rumput liar yang telah lama kering
tak mungkin kan terbakar
kerna padang ini rindu akan kobaran
yang akan menyulut belantara dada ini

bundaku aku rindu kau selamanya........
berawal dari kerinduanku saat kemenengan dihari lebaran nan putih

sesuatu yang teramat sulit aku pahami

Syawal 1430 Hijriyah. 

By AHLAN EL-FAZ


TAHTA ALAM KALA PAGI

TAHTA ALAM KALA PAGI

betapa alam rasaku mulai tarbang bebas
bersama harmoni pagi
menembus lautan kabut putih dimusim basah

"terbanglah, terbanglah meninggi dan hilanglah bersama mentari pagi
kerna aku tahu akan kebosanan dalam siklus hidup ini
merangkai kata kemudian membangun tahta diatas kegelisahan dan pemberontakan rasa
menggedor dinding kemanusiaan dan cinta
dan bertahtakan disana".

"bunda, inginku belajar bersama alam bebas yang telah mengasuhku dalam buaianya
belajar nersama keteraturan gerak semesta tanpa mengeluh
dan kokoh sebagai anak semesta".

.......................................................
berita pagi telah menyindir hidupku
hingga akupun bertanya pada tahta kerajaan yang telah angkuh dan congkak
"apakah ini yang kau angankan semenjak kau tahtakan dirimu?

..........................................................
dan akupun akan terbang menuju rimba raya
untuk membangun istana tanpa tahta
istana pujangga di abad yang fana penuh fatamorgana.


JEMBING SATRO.2010


BERDIRI MENEPI, MEMANDANG JAUH KE DEPAN

BERDIRI MENEPI, MEMANDANG JAUH KE DEPAN

Akan-kah aku terus berkhianat pada diriku
ada akal budi murniku yang menolak
menolak keadaan di sekelilingku
dalam lingkaran abu-abu

" aku harus menepi
berdiri di tepian pantai seberang
dalam paripurna juangku
bergumam dengan nuraniku
memandang tajam kedepan".

biarlah ada layar-layar yang terkembang
dilawan badai-badai kecil
dalam mendung gelap dan petir
sedangkan aku telah jauh berlayar ketepian pulau seberang.

biarlah malam menghantar
dalam kegelapan kau terus berlarian
sedang aku tetap berdzikir menjemput fajar.


JEMBING SASTRO.1431


Selamat datang 2015

Selamat datang 2015
Masih terasa betul amanah ini aku emban
Serasa baru kemaren
Pondasi pondasi yg aku bangunpun masih terasa rapuh
Dan mungkin kan lapuk diterpa panas dan hujan
Terasa baru kemaren aku bersamamu
Dan kini tinggalah ujian bagi komitmen kita
Terasa baru kemaren
Namun...
Semua telah jadi sejarah yang mungkin akan kita ulas dalam cerita senja
Dan serasa baru kemaren hiruk pikuk politik dinegeri ini didramatisir sedemikian rupa
Dan masih terasa lips-lips itu terngiang di ingatan kita
Namun toh semua belum berarti apa-apa
Dan pijakan kaki ini masih terus pincang
Diserimpung dari empat arah
Hingga tak berdaya
Dan sebentar lagi lawan -lawan kita akan datang
Mereka menawarkan kenikmatan yang memabukkan
Dan mungkin kita akan dibuatnya terlena
Kenikmatan semalampun harus dibayar tujuh turunan
Dan bangsa kita kan direbutnya
Jadi santapan kerakusan para pemilik modal
Atau bagai gadis cantik yang diperebutkan diatas ranjang
Dan diperkosanya kemudian dicampakkan tak ada harga diri
Akan seperti itukah bangsaku!
Tidak!
Mari kita selamatkan kawan!
Kita pewaris sah negeri ini
Negeri subur loh jinawi
Yang gugusan pulaunya adalah emas
Dan dalam perutnya tersimpan energi yang jadi rebutan
Mari kita songsong 2015 sebagai tahun perlawanan
Jalan panjang untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
Keadilan dan perdamaian
Saatnya kita bangkit untuk memimpin..

JS.14                        
Jakarta, 31 desember 2014



DOA

DOA
Saatku tlah trlahir kembali
Jalanan yg padat penuh mesin yg menderu-deru
Disinilah kan kulalui kisah ini
Kita dsini akan bercerita saat senja merah hilang diawal malam
Bintang memancar yg slalu trsenyum saat kita merindu
Atau hujan yg selalu bercerita singkat penuh makna
Dan itu kita, yg brkisah ringan agar waktu terus berlalu
Dan kita masih yakin bahwa genggaman tangan ini tak terlepas
Angin berhembus dg hati hati
Lemah lembut gadis perawan
Dan kita nikmati sepoi angin malam
Hingga menusuk sumsum tulang kerapuhan manusia
Dan cinta kita akan bercerita pada kehendak malam
Kejujuran dan kegelapan yg berpadu
Menjadi nyanyi sunyi
Dan simponi yg menari pada jiwa yg sakit
Tuhan ampunilah,
Jiwaku yg bersatu dg kesentosaan kehendakmu
Langkahku akan kokoh dmuka bumi ini dg firman kuasaMU
Dalam jasad yg lemah ini
Kusimpan himmahku yang tertinggi
Dan kusandarkan pada kursiMU
Menunduk dihadapan keagungan wajahMU dalam stiap tasbihku kepadaMU

JS.15
Ciliwung, 2015


RUMAH BESAR ITU ADALAH INDONESIA

MONOLOG ITU BERJUDUL 'RUMAH BESAR ITU ADALAH INDONESIA'


Saat kita akan memasuki halaman rumah itu
kita akan melihat pagar yang semakin menjorok kedalam
dan ucapan salam kita akan dijawab sangau para penjaga batas
entah kerna lapar atau sekedar bersekongkol
dengan tetangga yang beri ia sesuap nasi busuk dan minuman memabukkan.


liahtlah luasnya hamparan sabang sampai merauke
lepasnya timor, sipadan, ligitan dan laennya akan segera
dijual atau kerna kalah diplomasi
dan menyusul juga menjual kebudayaan dan moralitas anak negeri ini
dari jamuran, injit injit semut hingga lir ilir
dari jaranan, tari topeng hingga reog
dari sego pecel hingga batik
dari celurit hingga keris
dan sebentar lagi migas kita akan kita jual
ke tetangga kita
kerna rakusnya penghuni rumah besar ini.


dan saat kita mulai menginjakkan kaki dibatas pagar itu
lihatlah tatahan jalan yang terbuat dari emas, perak, batubara, marmer dan logam mulia
sungguh megah
dan lihatlah taman jutaan hektar dengan rimbun hijau
bersama binatang ramah yang menjadi pelengkap ekosistem
namun sesekali tuan rumah marah besar
maka taman hijau itu dgunduli
hewan manis dan cantik itu dibakar
dan itulah wajah panggung rumah besar yang ganas.


dan berjalanlah terus masuk menuju halaman rumah besar itu
taman bunga warna warni yang mewangi
menghiasi halaman rumah besar yang megah
kursi berderet yang terbuat dari pohon emas yang tak rapuh jutaan musim
yang api pun tak mampu membakar
yang rayap-pun tak berani menggerogoti
namun, jadi rebutan para penghuninya
hingga jadi reot tak mampu berdiri tegak lagi.


dan cukuplah kita dengarkan riuhnya suara didalam rumah besar itu
saling memaki, menghujat, menghina, mencela
djancuk, asu teles
tak sepadan dengan megahnya rumah besar ini
dan semakin nyaring suara itu
dan kita tahu, itulah mereka pemimpin negeri ini
bangsat, keparat.


kawan, sejenak kita tertawa hahaha....
sejanak kita memandang perempuan muda diujung rumah itu
yang tersenyum manis dan bakal menyapa kita
pembantu rumah, walau mereka adalah anak tuan dirumah ini
namun nasib mereka berbeda
dan mereka cukup menjadi pembersih rumah megah ini
sambil senyum-senyum menyapa yang datang
kerna mereka hanya tau dan butuh segepok kertas nominal 10, 20, 50, atau 100 ribu saja,
mereka tidak tahu nominal sejuta, semilyar, atau satu triliun
kerna disekolah cuma diajarin sebatas angka-angka puluhan saja
sungguh, nasibnya tak semanis wajahnya yang manis
hey perempuan muda negeriku.


dan, kawan, mari kita sedikit menghiba
pada lelaki paruh baya
tukang potong rumput, tukang suruh
yang telah puluhan tahun membersihkan rumah besar ini
dari kotoran biasa hingga kotoran tuan rumah
dari sampah biasa hingga sampah anak manusia
sampah sampah dan sampah.
dan kita, walau kadang kita perlu mentertawakan kita sendiri
namun kita tak perlu menghiba pada diri kita sendiri kawan
kerna langit dan bumi ini masih terlalu luas untuk kita bertahan hidup
air dan udara masih teramat melimpah untuk menyegarkan tubuh kita
dan kita masih bisa merdeka tanpa harus berebut kursi dirumah megah ini.


kawan, sebelum kau masuk rumah ini
alangkah baeknya kau lihat sisi kanan kiri
kau rapikan bajumu yang kusut
celana yang kumal
dan kakimu yang tak pakei alas jepit sekalipun
walau kutau kau sehat sehat saja dengan jasadmu
namun tuan rumah ini akan mengira kau gila
walau otakmu lebih cerdas dari habibi
badanmu lebih kuat dari gajah mada,
tuan rumah megah ini akan mengusirmu
walau sebenarnya kau adalah ahli waris sah rumah megah ini
dan bersiaplah kau dicaci maki
dan mereka akan bilang pada kau,
enyahlah kau babi, anak haram jadah.


dan cepat-cepatlah kau ucapkan dengan lantang salam mu itu
seperti auman singa atau auaman harimau
atau auman serigala kala lapar
kerna dengan suara itulah mereka akan paham
kerna sebangsa itulah tuan rumah megah ini
dan ingat kawan, dibelakang punggungmu sudah kuselipkan badik, keris dan celurit
kalau-kalau mereka akan memerasmu maka tikamlah
kerna mereka adalah mafia dirumah sendiri
hidup mereka tidak bisa saling percaya
justru saling tikam dan berkhianat satu sama laennya
memakan yang lemah dan lembek
curi-curi dan tipu-tipu diantara sesama
kemudian mereka mentertawakan diri dikala pesta makan
bangga dengan perilaku konyol dan bajindul.


dan masuklah seakan-akan kau memasuki gerbang negeri musuh
kerna dirumah besar ini menganggap semua adalah bahaya yang akan datang kapanpun
kuatkan kuda-kudamu, menataplah dengan tajam
tajamkan pendengaranmu, kerna bisikan disini akan jadi bom yang siap membantai ribuan nyawa.


kawan, ambil nafas panjang sebentar
dan terus langkahkan kaki-kakimu
dan janganlah kau kaget
apabila melihat manusia saling mencakar
berebut satu sama laen
berebut harta
berebut tahta
berebut wanita atau sebaliknya
tikus tikus hitam yang terus mengerogoti lumbung kita
manusia yang dimulutnya berlumur darah
kerna tlah memakan bangkai sodaranya
atau perempuan yang bersolek, telanjang untuk menghibur sahwat yang pegang duit dan kuasa
atau berpura-pura gila saja
agar kau tidak ikut menjadi gila disini.


semua telah berantakan kawan,
meja kursi sudah tidak pada tempatnya
tuan rumah megah ini telah biasa buang kotoran dimana-mana
pada setiap sudut, pojok-pojok bangunan mewah ini
dan maaf,
air mataku mulai menetes liar
aku telah terlambat untuk membenahi semua ini
dan kau yang muda
datang setelah semua berantakan
rumah megah yang telah menjadi rimba
rumah megah yang akan menjadi kuburan mimpi-mimpimu.


kawan, semua ini telah terjadi
rumah yang dibangun oleh jutaan mimpi rakyat ini telah jadi sarang penyamun
sarang mafia, sarang koruptor, sarang para penjilat dan pengkhianat
para maling yang berteriak maling
saling menelanjangi diri
mentertawakan kejumudan sendiri
hahahaha....
semua ini telah membuat kita menjadi gila kawan.


inilah rumah besar kita kawan
indonesia raya yang lusuh tak berdaya
kumuh, kotor, kumal dan menjijikkan
namun inilah rumah dimana kita dilahirkan
entah kerna perselingkuhan atau hubungan sah bapak ibu kita
dan jangan pernah kau menutup mata atau berpaling
lari dari kenyataan ini
berfikirlah dengan akal sehatmu
bekerjalah dengan jasad sehatmu
jangan mengeluh atau jijik
kerna ini adalah ibu pertiwi kita yang kita cintai bersama.
aku terlalu cinta
terlanjur cinta
pada negeri yang bernama indonesia raya
kerna harapan untuk perubahan itu selalu ada pada diri kita kawan.

AHLAN EL-FAZ

JAKARTA, 06 JULI 2014


HIJRAH KU, 2011

HIJRAH KU, 2011

Bergetar sudah nadi hidupku
Saatku berjalan dengan langkakhku nan gontai
Namun aku masih menatapmu dengan tajam hai putera zaman!!

Bila ku termenung
Saat kaubilang“ terlalu kejam dunia ini, menghancurkan yang lemah dan hanya menyisakan yang paling kuat dimuka bumi ini”
Dan akupun terjaga
Dan akupun menyahut kata-katanya“ kenapa kau bilang gitu, bukankah gajah akan tarkalahkan semut yang kompak, harimau yang ganas akan terkecoh oleh kecerdikan si cerdas sang kancil”
………..
Angina malam terasa menelanjangi tubuhku
Berhembus lembut, menerpa kuat dinding-dinding kokoh bangunan hidupku
Menerpa bangunan ideologiku
Menerka keyakinan pada tuhanku
Menerkam ketidakberdayaanku
Mencengkeram segala kelalaianku diusiaku kini

Pada seorang kawan aku pernah bertanya
Apakah jejak langkahku akan tersapu bersih
Seperti hembusan angin malam yang berhembus tenpa henti dalam kedinginan
Hingga jejak langkahku seakan kabur dan tak bermakna!

Inilah malam diujung penghabisan 2010
Tak harus kumeratapi
Tak harus pula jadi belenggu
Dan bolehlah aku akan terbang dengan sayap mimpi-mimpiku.

Bumiku tidaklah pincang
Dan spectrum waktu telah saatnya untuk berhenti dengan segala siasatnya
Suatu rekayasa tuhan sebagai kawah condro dimuko hidupku
Kediri, bersamamu telah kudapatkan separo hidupku
Tempat dimana aku kencingi buminya
Aku teteskan keringatku
Dan kadang aku luapkan rasa marah, sedih, dan bahagia diatas ranaunya bumimu.

2010, hitungan mundur dengan angka-angka yang ditunjukan jarum jam diatas dinding tua kotamu kediriku,
Dia akan menjadi saksi bisu,
Bahwa aku harus berpisah dengan Kediri,
Kota tua yang telah menjadi ibu juga sekaligus bapak asuhku.
Hingga aku berumur saat ini.
Dan haruslah berpisah demi membesarkan HMI dan nusantaraku
Terima kasihku padamu di penghujung 2010
Dan semoga 2011 menjadi udara segar dan cahya sinar terang untuk masa depanku.


Ahlan El-faz 2010


AMBISI PAGIKU

AMBISI PAGIKU

pena-pena telah telah diangkat
dan lembaran-lembaran telah ditutup.
inilah kehendak sunnatulloh pagi yang dingin akan segera berganti
kehangatan pagi akan segera datang

sinar matahari pagi akan membakar ambisiku untuk menggenggam dunia
menyibak segala rintang 
menuntunku untuk menundukan keangkuhan dunia

inilah ambisi pagiku


JS.13


PERJUANGAN

PERJUANGAN

hidupku sekedar menyambung usia
menjejalkan obat-obatan dalam mulut yang kelu
dan sekedar menghibur diri dalam keresahan fikiran
hari demi hari semakin kentara
jiwaku meradang dalam pesakitan jasadku

Tuhan, dalam usiaku yang terus berkurang
kuhanya sekedar melawan ketidakberdayaanku
hingga pada titik kesempurnaan takdirku

dan mungkin pengorbanan dalam juangku masihlah sekecil semut hitam
namun ketulusanku kan jadi lautan yang tak terbatas
Tuhan, aku rindu Engkau
dekaplah daku dalam hubb-Mu
cukuplah dengan nama-Mu
kusucikan cinta dan jiwaku

IN VILLA Q-BUN, PURWAKARTA

JS.13