Selasa, 21 Oktober 2014

Puisi Taufiq Ismail "Indonesia Betul-betul Hebat, Kalau tidak, yang Terjadi adalah Indonesia Laknat!"

Puisi Taufiq Ismail "Indonesia Betul-betul Hebat, Kalau tidak, yang Terjadi adalah Indonesia Laknat!"

Taufiq Ismail @kalteng.tribunnews 
Mari kita hentikan sogok-sogokan
Kita hidup di zaman ketika uang dipuja-puja sebagai tuhan
Dengan uang hubungan antar manusia diukur dan ditentukan
Ketika mobil, tanah, deposito, relasi dan kepangkatan,
ketika politik, ideologi kekuasaan disembah sebagai tuhan
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan,
sehingga di negeri ini tak jelas lagi batas antara antara halal dan haram,
seperti membedakan warna benang putih dan benang hitam di hutan kelam jam satu malam
Ketika 17 dari 33 gubernur menjadi tersangka, 52% jumlahnya
Ketika 27 dari 50 anggota komisi anggaran DPR ditahan, 62% jumlahnya
Saksikan, saksikan, begitu banyak orang yang menyembah uang dengan khusyuknya
Uang dipuja, dipertuhan, disucikan, ditinggikan sebagai berhala
Undang-undang dan peraturan dengan kaki, diinjak secara leluasa
Sesudah pilpres 2014 ini, mari kita introspeksi diri sebagai bangsa
Wahai yang memberikan suaranya karena menerima sogokan, ayo kita bertobat diam-diam di hadapan Tuhan
Wahai yang terpilih karena memberikan sogokan, wahai yang mendapatkan kedudukan karena memberikan sogokan, bertobatlah diam-diam,
semoga diampuni Yang Maha Rahman
Kemudian, kemudian, dalam jangka lima tahun di hadapan, sama-sama kita obati demokrasi kita yang sakit parah ini,
demokrasi kita sakit kronis, sakit berat selama ini
Mari kita berhenti memuja uang sebagai tuhan
Uang janganlah lagi dipuja-disucikan sebagai berhala,
Ditinggikan dalam pilkada, pilpres dan pemilihan-pemilihan apa pun juga
Jangan ada lagi sogokan uang, tidak ada lagi sogokan uang!
Ingatlah pemilihan umum pertama 1955, 57 tahun silam;
yang demikian aman, yang demikian berwarna terang dalam kejujuran
Wahai, jangan lagi ada sogokan uang
Sehingga dalam lambaian merah putih, Indonesia betul-betul hebat
Kalau tidak, yang terjadi adalah Indonesia laknat!

Senin, 20 Oktober 2014

DISKURSUS PEDOMAN PERKADERAH HMI DI ERA GLOBALISASI



DISKURSUS PEDOMAN PERKADERAH HMI DI ERA GLOBALISASI

HMI sebagai organisasi kader sangatlah bertumpu pada proses kaderisasi anggotanya, suatu proses yang harus ditempuh dengan kontinyu, berkesinambungan. baik dari mulai proses rekruitmen, pembinaan, hingga pengabdian.
HMI sebagai organisasi kader yang mencetak generasi masa depan bangsa ini, sudah seharusnya memiliki sebuah guidance (pedoman) dasar perkaderan yang fleksibel dan mampu menjadi alat pencetak insan cendekia yang akan dibutuhkan dalam kehidupan bangsa ini, 20-50 tahun kedepan.
Pedoman perkaderan HMI yang harus mampu menjawab persoalan yang baru dan menjadi strategi pembinaan sumber daya manusia dimasa yang akan datang. Globalisasi sebagai tema sentral dalam kurun waktu 30 tahunan kedepan harus mampu dibingkai dalam proses-proses training dan follow up nya, sehingga kader-kader HMI akan mampu menjadi garda depan, pelopor perubahan untuk mewujudkan masyarakat madani.
Oleh karena itu, sudah saatnya ada evaluasi dan revitalisasi perkaderan HMI, karena pedoman yang dibentuk disaat awal reformasi sudah tidak sesuai lagi dalam rangka untuk menjawab kebutuhan era globalisasi. sistem perkaderan harus dibenahi, dikonstruksi untuk menjadi pedoman yang ideal dimasa kini, sehingga out put-nya memenuhi standar kualitas internasional. Kedepan sudah era post-industri, dimana isu lingkungan, HAM, pendidikan, kesehatan, keamanan akan menjadi trend setter, oleh karena itu, perkaderan HMI kedepan sudah harus mamapu menjadi pijakan awal dalam membentuk insan-insan cendekia dalam rangka berkompetisi dikancan dunia internasional.
Selain peran intelektualitas, pedoman perkaderan HMI harus mampu mencetak kader-kader HMI yang memiliki spirit profesioanalitas  yang tinggi, kemandirian ekonomi yang kokoh, moralitas yang teguh, dan keimanan yang mendalam. sehingga HMI akan benar-benar mampu mengerakan pemuda yang akan menjadi motor perubahan, bukan hanya sekup nasional namun sudah internasional.
Dan disinilah peran bahasa-bahasa internasional sangat kita butuhkan, kader HMI harus dibekali minimal 2 bahasa internasional, baik untuk urusan diplomatik, bisnis/perdagangan, keilmuan maupun transformasi budaya. Training-training HMI harus memiliki standar kelayakan pada setiap kelulusanya, sehingga mampu dipertangtanggungjawabkan baik dinternal maupun eksternal HMI, yaitu kala harus berkompetisi dalam dunia keilmuan, profesional, bisnis, dll.
Perjalanan proses perkaderan HMI sudah cukup lama, prkaderan HMI sudah melewati banyak fase dari mulai kemerdekaan NKRI, mulai dari fase perjuangan fisik, perjuangan ideologi, fase perjuangan politik, dan kedepan adalah fase perjuangan ekonomi, keilmuan dan teknologi, budaya, dan moralitas juga agama. dari mulai perjuangan melawan kebodohan dan kelaliman penguasa, perjuangan melawan penindas (kapitalis) dan kini adalah perjuangan untuk kemakmuran, perdamaian, kesejahteraan, dan harkat martabat kemanusiaan, juga penegakan syiar nilai-nilai Islam.
Perkaderan HMI bukanlah buku kosong, atau konsep kosong, namun harus menyatu menjadi jiwa bagi para kader HMI, sistem penggerak perubahan. ruh HMI harus kita bangkitkan kembali, menata yang telah terserak, mengokohkan kembali perkaderan, berarti kita telah mencetak jutaan benteng ata garda depan perubahan dunia internasional dalam lillahi kalimatillah, syiar islam dimuka bumi ini, karena tugas kenabian hari ini dan kedepan ada ditangan kita, generasi umat Islam, khusus kader HMI. Kerna HMI sebagai kawah condro dimuko untuk mencetak muslim kaffah dalam membentuk masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.

Jakarta, 20 Oktober 2014
AHLAN EL-FAZ (Ketum BPL PBHMI)