Selasa, 26 Februari 2013

VISI HMI 2025


VISI HMI 2025
Tanggal 5 Februari 2012 merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi Himpunan Mahasiswa Islam, dimana 65 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 5 Februari 2012 lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam 2 tahun setelah Indonesia Merdeka oleh Lafran Pane yang merupakan tonggak sejarah. Kelahiran HMI pada waktu itu didasarkan atas 2 ide dasar yang pertama adalah mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia, kedua adalah mensyi’arkan islam. Perjalanan HMI tentunya tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa Indonesia. HMI juga dikenal sebagai kader umat dan kader bangsa hal ini dikarenakan besarnya konstribusi yang telah diberikan HMI terhadap bangsa ini. Kader yang dilahirkan oleh HMI adalah sosok yang unggul, bergelora baik secara fisik maupun psikis, intelektual, visioner dan berani bersikap dengan Independesinya, baik independensi etis maupun independensi organisatoris.
Sekilas yang saya uraikan di atas merupakan sekelumit dari pentingnya peran HMI dalam setiap babakan sejarah di Indonesia. Tapi cukup disayang peran HMI pada saat ini cenderung terpinggirkan dan sering dilupakan. Tapi bagi kita selaku kader HMI harus terus dan tetap memberikan peran walaupun diberi ruang atau tidak yang terpenting apa yang bisa kita perbuat untuk HMI, bangsa dan negara ini. Jangan tanya apa yang diberikan HMI dan negaramu untukmu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan untuk HMI dan negara mu.
Peringatan Hari Kelahiran HMI berlalu setiap tahunnya secara ritual upacara yang tanpa makna. Ada beberapa catatan penting yang patut menjadi introspeksi bagi Kader HMI dalam memaknai hari Kelahiran HMI, antara  lain:
Pertama, Perkaderan. Perkaderan adalah hal yang sangat penting bagi HMI sebagai tempat pembentukan kader, karena HMI adalah organisasi perkaderan dengan demikian perhatian yang penuh terhadap Perkaderan adalah hal mutlak yang harus dilakukan sehingga bisa melahirkan pribadi yang muslim, intelektual dan profesional. Semangat keislaman dan intelektual ibarat dua sisi yang seharusnya tidak dapat dipisahkan dari setiap individu kader HMI yang sekarang ini sedikit luntur dikalangan kader akibat kurangnya perhatian serius dari Institusi Pengambil kebijakan di tingkat komisariat, korkom, cabang, badko dan PB HMI memberikan ruang gerak kepada kader dan pengembangan diri kader melalui suport aktivitas-aktivitas kegiatan perkaderan (follow-up, up-grading, bakti sosial, kelompok belajar, kelompok penelitian, tarining dan lain-lain). Disisi lain pengaruh-pengaruh asing sangat cepat masuk seiring kemajuan teknologi dan informasi serta dinamika politik uang dan kekuasaan yang sudah menjalar jika tidak difilter dengan nilai-nilai Islam sebagaimana yang tertuang dalam landasan gerak dan perjuangan HMI yang sering disebut dengan NDP HMI maka HMI kita akan rusak. Sehingga lahirlah kader-kader yang oportunis yang jauh dari cita dan harapan dari ide kelahiran HMI itu sendiri. Rusaknya HMI maka akan merusak masa depan bangsa sebab HMI  adalah generasi penerus bangsa yang tersebar diseluruh pelosok negeri ini dari pusat sampai ke kabupaten, dari Aceh sampai Papua.
Kedua, HMI harus mempertegaskan dirinya sebagai agent pembangunan dan bukan sebagai satpam kekuasaan. HMI harus melakukan aktivitas dan kegiatan yang menunjang pembangunan baik itu bersifat sosial maupun lain sebagainya, masukan sumbang saran kepada pemerintah, legislatif dan aparat penegak hukum.. Baik diminta maupun tidak diminta dengan sadar dan penuh tanggung jawab kita harus memberikan manfaat kepada masyarakat. Persoalan kemiskinan, perlindungan terhadap TKI, pelanggaran HAM, upah yang layak terhadap para buruh dan lain-lain yang seharusnya merupakan bagian dari tugas HMI seolah-olah nyaris tak terdengar. Dimana HMI?
Ketiga, HMI harus menjalankan fungsi controlnya. Dengan fungsi control yang dimiliki oleh HMI diharapkan dapat memberikan pengawasan kepada pejabat publik agar tetap menjalankan aktivitasnya sesuai dengan ketentuannya serta berpihak kepada rakyat. Jika ada program ataupun kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik yang merugikan kepentingan rakyat maka HMI harus berada di garda terdepan untuk meneriakkan suara dengan lantang membela rakyat. Seharusnya HMI melakukan advokasi anggaran dan kebijakan agar kritik-kritik yang dilakukan oleh HMI bersifat konstruktif membangun dan solutif,
Keempat, Kader HMI harus bersatu. Terpecah belah kekuatan HMI akan melemahkan gerakan HMI itu sendiri. HMI akan kehabisan energi menyelesaikan konflik internal yang datang dari pengurus itu sendiri bahkan dari campur tangan pihak luar yang ingin melemahkan kekuatan gerakan HMI. Konflik sebenarnya akan bisa diminimalisir apabila sang pengemban amanah di HMI tidak lari dari Al-Quran dan Hadist yang merupaka landasan dari Ideologi HMI. Kita berharap HMI dengan berbagai macam baju, almamter, warna kulit dan suku yang berwarna-warni tapi tetap dalam satu tujuan dalam merumuskan agenda bersama. Satu tekad untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi dan bertanggung jawab atas  terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.



Ada beberapa hal yang harus kita lakukan antara lain;
KONSISTEN DALAM PERJUANGAN; MENJALANKAN AD/ART HMI SECARA MURNI DAN KONSEKUEN
Setiap kongres hal yang selalu dan rutin sebagai sebuah bentu regenarasi dan evaluasi serta pergantian kepengurusan yang ada di HMI. Selain itu juga membahaskan tentang program kerja dan rekomendasi. Hal-hal yang sudah dibahas di kongres, dmana kongres merupakan sebagai kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusan untuk menentukan arah perjuangan organisasi. Sudah semestinya apa yang tertuang dalam kongres wajib djalankan oleh setiap unsusr yang ada di HMI baik secara pribadi maupun secara institusi organisasi. Rekomendasi-reomendasi yang dihasilan dari kongres harus sejalan dengan program kerja yang tertuang dari hasil kongres dan sejiwa dengan visi dari sang andidat untuk maju sebagai ketua umum PB HMI. AD/ART yang sdah ditetapkan dengan biaya yang cukup besar diabaikan begitu saja. Maka sangat wajar apabila perjuangan HMI tidak terarah dan jauh dari apa yang di cita-citakan.

PENGUATAN STRUKTUR ORGANISASI
Penguatan struktur sangatlah penting untuk konsolidasi menajalankan amanah organisasi. Maka oleh karena itu mereka yang duduk dalam strktur HMI adalah mereka capable di bidangnya. Terutama di bidang PA sebagai jantng HMI, PAO sebagai pengawas jalannya roda organisasi, HI adalah mereka yang mampu menguasai minimal 3 bahasa inggris, mandarin dan Arab agar HMI kembali berkibar di kancah dunia internasional dan memainkan peranannya sebagai organisasi besar dan tertua di Indonesia untk membawa misi islam di dunia dan Indonesia sejalan dengan cita-cita UUD 1945.
 ORGANISASI BERBASIS IPTEK
Seiring kemajuan zaman maka sudah sewajarnya HMI sebagai organisasi besar yang memiliki sumber daya manusia yang cukup banyak harus berbasis teknologi dalam berbagai aspek . terutama pendataan anggota, pengiriman surat, konsultasi dan sebaginya. Data base HMI secara on line sangat lah penting dan tidak bisa ditunda. Untuk bisa mengontrol kemajuan dan perkembangan kader. Jadi tidak ada lagi akan terjadi jumlah manipulasi keanggotaan HMI. Dan ini sangat penting ntuk pengembangan organisasi.

REDESAIN PERKADERAN HMI
Redesain perkaderan HMI adalah hal yang sangat mutlak harus dilakukan mengingat seiiring dg kemajuan zaman. Pintu masuk untuk melakukan redesaian perkaderan HMI adalah lewat lokakarya perkaderan yang dilaksanakan dengan sangat serius, terarah dan terencana.
1.      Penyempurnaan kurikulum training HMI untuk menjawab 25 tahun yang akan datang.
-          Keislaman
-          kebangsaan
-          Interpreneurship
-          Bahasa
2.      Metedologi penyampaian materi HMI.
Terjadinya perbedaan penyampaian materi antara cabang yang sat dengan cabang yang lainnya bahkan ada penyampaian materi yang tidak sesuai dengan konten materi yang diatur dalam pedoman perkaderan kita. Maka oleh karena itu perlu ada penyeragaman metode penyampaian yang harus dibuat agar training kita lebih terarah dengan tidak mengabaikan materi pilihan sesuai dengan kebutuhan cabang.
3.      Menjalan dan mengawal perkaderan.
Perlu adanya Kontrol yang kuat dalam rangka menjalankan dan mengawal perkaderan. Karena selama ini banyak training yang dibuat hanya asal jadi sekedar untuk melepaskan tanggungjawab program kerja. Sehingga kualitas dan out put dari training it juga tidak bagus. Dan lebih sedih lagi bahkan hampir semua cabang tidak pernah melakukan follow-up sebagaimana yang diatur dalam pedoman perkaderan. Jadi wajar apabila kualitas yang dilahirkan dari setiap jenjang itu juga sangat rendah.  Apbila proses tersebt tidak dijalankan dengan baik maka bisa dipastika kualitas yang akan dilahiran oleh HMI jauh dari apa yang diharapkan. Jadi harus ada kartu control yang dimiliki oleh setiap kader untuk melanjutkan jenjang training selanjutnya secara on line agar bisa dipantau perkembangannya sebagai prasyarat untuk mengikuti jenjang training yang lebih tinggi di HMI. Dalam mengawal dan menjalankan peraderan juga sangat penting adalah koordinasi dan support yang penuh dari PA kepada BPL. Kapan perlu 30% anggaran operasional institusi PB, Cabang digunakan untuk kepentingan peraderan dan BPL. Hal ini masuk akal dengan merujk kepada ondisi HMI yang berada pada tirik nadir yang perlu diselamatkan. HMI adalah organisasi ader. Peraderan adalah jantungnya HMI apabila jantungnya tida bergerak dan tidak berjalan maksimal maa kematian itu aan semakin deat.
4.      Dewan instruktur nasional
DEWAN INSTRUTUR NASIONAL bukanlah sebuah lembaga yang terstruktur dengan memiliki ketua dan pengrus yang lain, tapi dewan instruktr nasional adalah sebuah forum para komunikasi instruktur. Hal ini bertujuan untuk melahiran training yang berkualitas sebagaimana yang diatur dalam pedoman perkaderan HMI. Jadi setiap pelaksanaan jenjang training di HMI tidak adalagi pemateri yang tidak sesuai dengan eingin training HMI atau kata lain tidak semua orang bisa menyampaikan materi di HMI. Mereka yang bkan HMI tahu apa tentang HMI. Yang tahu tentang HMI adalah mereka kader HMI yang dilatih menjadi kader instruktur yang siap mengemban amanah peraderan. Kendala kesulitan mendatangkan pemateri yang disebaban krisis instrukur dari cabang yang bersangtan dan kekuragan financial kepanitiaan juga terjawab karena dengan adanya dewan instrukur maka BPL PB HMI lebih mudah mendata siapa yang bisa dan punya wakt untuk diberangkatkan oleh BPL e cabang yang bersangktan karena anggota BPL PB HMI sangat terbatas dan persoalan pembiayaan akan ditanggung penuh oleh PB HMI. 

OPTIMALISASI PERAN LEMBAGA PROFESI
Lembaga profesi adalah hal yang tidak boleh diabaikan dan harus di support penuh oleh institusi PB dan cabang dalam rangka membangun image building HMI serta menjawab student need dan student interst mahasiswa. Fungsi lembaga profesi ini adalah untu pendidian, penelitian dan pengabdian epada masyarakat.
Target dari kehadiran lembaga ini adalah kader HMI dan Masyarakat.
1.      LAPMI.
Dengan kehadiran LAPMI bisa menjadi tempat untuk dakwah dan sosialisasi program HMI dalam rangka membangun image building HMI serta mengasah daya intelektualnya kader HMI untuk menulis. HMI jga bisa memberikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat dan memberikan berita yang berimbang untk pemberitaan yang menyudtkan HMI. Siapa yang menguasai media maka dia akan mengusai dnia. Artinya betapa pentingnya peran media dalam membangun opini masyarakat. Maka tidak ada kata lain LAPMI fardhu hukumnya disemua cabang yang ada di Indonesia.
2.      LKBHMI
Dengan adanya LKBHMI maka diharapkan mampu lahir sebagai wadah bagi kader HMI yang mengenyam pendidian di Fakultas Hukum dan syariah untuk mengasah eilmuan ini. Agar mereka selesai aktif di LKBHMI bisa menjadi pengacar-pengacara yang handal yang membela rakyat miskin dan berani mengatakan yang hak adalah hak yang bathil adalah bathil. Selain itu juga sebagai wadah unt membangun citra HMI dikalangan masyarakat dan menjadi daya tarik primadona bagi mahasiswa hukum dan syariah. LKBHMI harus dibentk di semua cabang yang memiliki kader di perguruan tinggi Fakultas hkm atau fakultas syariah. Hari ini banyak pengacara yang tidak mau membela kepentingan rakyat kecil karena tida ada uang jasanya maka dalam posisi ini HMI khusunya LKBHMI harus tampil ntuk mengambil ruang itu hal ini sejalan dengan NDP yaitu keberpihakan terhadap aum mustad’afain.
3.      LSMI
Lembaga seni mahasiswa islam penting ntuk menampung minat kader HMI yang meiliki jiwa seni yang tinggi untuk bisa lebih berkreasi. Salah sat jalan dakwah bukan hanya lewat mesjid tapi juga pesan dawah lewat seni. Dengan kehadiran LSMI maka LSMI bisa membentuk tim teater, kumpulan puisi, group Nasyid dan sebagainya. Bisa juga mengadaan pergelaran seni dan teater dan event besar lainnya sehingga bisa menarik minat para mahasiswa pecinta seni untuk bergabung dengan HMI dan membawa pesan keislaman lewat lagu dan piusi.
4.      LKMI
Lembaga kesehatan wajib hukumnya dibentk bagi cabang yang memiliki kader dari sekolah tinggi kesehatan baik itu kedokteran, perawat mapun bidan. Hal ini bisa menyentuh langsung hati masyarakat. Arena mereka bisa melakukan penyuluhan kesehatan, berobat gratis, konsultasi kesehatan dan bisa dikirim kedaerah bencana untu membantu korban yang membutuhkan pertolongan medis. Hal ini selain berdampak kepada masyaraat juga bisa mengasah kelimuannya dan menerapkan keilmuannya langsung ke masyarakat. Disi lain tentu dan pasti membantu membangun citra HMI untuk bisa menarik minat mahasiwa-mahasiwa yang bukan HMI untk masuk HMI.
5.      LTMI
Lembaga tekhnologi harus dibentk oleh cabang yang memiliki kader HMI di fakultas tekhnik. LTMI juga penting krena kemajan teknologi bisa mendorong percepatan dan medernisasi organisasi. Tekhnologi hal yang tidak bisa dipisahan dengan seiring kemajuan zaman.
6.      LDMI
HMI merupakan singkatan dari Himpnan Mahasiswa Islam, tapi Islam nya masih menjadi pertanyaan yang harus dijawab serius oleh ader HMI dengan melihat kondisi ekinian HMI. Mesjid kampus adalah basis yang paling penting, HMI sebagai organisasi mahaswa tentunya kampus adalah basis utama kader HMI. Dewasa ini mahaswa pada umumnya sudah terpolarisasi pemiirannya dengan stigma negative tentang HMI. Kalau mau politik masuk HMI, kalau mau belajar islam masuk KAMMI. HMI adalah organisasi yang syarat dengan politik dan demonstrasi yang anarkis. Maka ini membuat mahasiswa enggan ntk masuk HMI terutama kampus-ampus besar umum. Hampir semua mesjid kampus yang kita temi hampir tidak ada sama seali kita bisa bertemu ader HMI yang lagi berdiskusi.semuanya dikasai oleh KAMMI. Konsep tersebut sebenarnya adalah onsep HMI yang dipaai mereka. Karena pengajian mesjid itu disis oleh ativis LDMI sebelum KAMMI lahir. Maka oleh arena itu belum ada kata terlambat bagi kita. Membentuk LDMI disemua cabang sangatlah penting sehingga mendistribusikan aktivis LDMI nya untuk mengisi pengaian atau membuat pengajian di mesjid-mesjid ampus. Jadi stigma HMI selama ini yang senang politik dan demonstrasi bisa terjawab dengan adanya pengajian-pengajian LDMI di kampus –kampus. Ternyata HMI bukan hanya berbicara politik, demonstrasi tapi juga ada pengajian. Jadi sangat komple dan ini bisa menjadi nilai tambah untuk mahaswa untu HMI yang sebenarnya dan akhirnya mereka bergabung dan berjuang berdakwah bersama HMI. Selain itu LDMI yang tentunya disuport oleh bidang pemberdayaan umat juga bisa melakkan dakwah ditengah masyarakat luas safari jumat ke mesjid-mesjid, peringatan PHBI d mesjid-mesjid, hal ini tentu aan mengembaikan epercayaan umat islam terhdap HMI dan menyatu dengan mat. Disaat HMI menyatu dengan umat maka HMI baru pantas menjadi ader umat dan kader bangsa, atau anak kandung umat islam. HMI sangat potensial untuk bisa menyatu dengan umat karena mereka tidak terpola kepada mahzab manapun, HMI bisa mencair dikalangan umat manapun. NU, Muhammadyah, Syiah dan sebagainya.
7.      LPMI
Lembaga pertanian mahasiswa islam bisa dibentuk di fakultas pertanian yang ada ader HMI nya. Kehadiran lembaga pertanian ini bisa memberikan wadah bagi mahasiswa pertanian untuk mengaplikasikan keilmuannya ditengah-tengah masyarakat dengan terjun kelpangan melakukan penyuuhan-penyulha pertanian.
8.      LAPENMI
Lembaga pendidikan mahasiswa islam juga penting dibentuk bagi cabang yang memiliki fakultas keguruan dan tarbiyah. Hal ini melatih mereka untuk menjadi tenaga pendidik yang terampil dan juga memberikan pendidikan kepada anak-anak yang tidak mampu untu melajutkan sekolah atau bimbingan belajar bagi anak-anak yang tidak biaya untuk kursus dan less tambahan dan yang tak kalah penting adalah memberikan pendidikan bahasa inggris dan arab kepada kader-kader HMI agar kader-kader HMI memiliki penguaasaan bahasa yang bagus. Karena bahasa sangat penting. Disemua perguruan tinggi ternama di Indonesia atau lowongan pekerjaan semuanya mensyarakatkan penguasaan bahasa terutama bahasa Inggris mau tidak mau. Tentunya agar kader HMI menjadi kader yang siap diterjn ditengah masyarakat mereka meiliki keahlian dan persyaratan yang cukup untuk masuk perguruan tinggi manapun yang ia suka baik dalam negeri maupun luar negeri dan bekerja di perusahaan manapun yang akan dipilih.

Sebelum melakukan konsolidasi maka harus ada pemetaan willayah dan potensi yang memungkinkan lembaga profesi tersebt untuk dibentu di cabang bersangutan. Untuk menggerakkan ini maka kita perlu melakukan konsolidasi nasional antara PB HMI, Lembaga profesi, badan khusus, Cabang se-Indonesia. Membahas pembentukan lembaga, pengemangan lembaga dan pemberdayaan lembaga serta sosialisasi program kerja nasional, Misalnya:
a)      Antara BPL PB HMI, PA PB HMI, BPL Cabang atau PA cabang bagi yang belum memiliki BPL.
b)      Antara Bidang Pemberdayaan Umat PB HMI dengan LDMI dengan LDMI cabang atau PU Cabang yang belum memiliki LDMI Cabang
c)      Bidang Hukum dan HAM PB HMI, LKBHMI dengan LKBHMI Cabang atau ketua cabang jika tidak ada LKBHMI Cabang.
d)     Bidang Kearyaan dan pengembangan profesi PB HMI dengan LTMI. LKMI, LSMI,  dengan HMI cabang
e)      Bendahara Umum PB HMI dengan bendahara umum cabang HMI se-Indonesia
Konsolidasi ini harus berjalan dalam semester pertama. Kosolidasi inilah sangat penting dan bagi yang menghalangi konsolidasi harus dihindarkan jika kita ingin memperbaiki himpunan yang telah sakit ini. Dalam satu semester kita berharap 80% jumlah cabang yang ada di Indonesia sudah memiliki semua lembaga profesi yang dibutukan dan tentu harus didkung penh oleh PB HMI, Badko, Cabang, Korkom dan komisariat.

KEMANDIRIAN ORGANISASI
Untuk menuju kemandirian organisasi ada dua cara yang harus dilakukan, antara lain;
a.       Dalam pasal 7 ART HMI bahwa setiap anggota biasa HMI wajib membayar uang pangkal anggota. Jadi jika setap kader HMI yang masuk HMI maka ia akan membayar ang pangkal HMI yang digunakan sebagai dana abadi HMI. Jika sistem data base HMI adalah kompter on line maka cita-cita kita akan menghasilkan dana abadi HMI sangatlah mungkin.
b.      HMI harus mencari modal usaha kepada alumni membuat sebuah yayasan yang bergerak dibidang social, pendidikan, keagamaan dan koperasi syariah yang dikelola secara professional dan tidak terikat dengan masa jabatan structural HMI. Struktural HMI boleh berganti tapi pengrus yayasan dan koperasi tidak berubah. Siapapun ketua umum HMI nya maka ia sebagai komisaris. Dan HMI memegang saham sebesar 60% di Lembaga yang dibentuk. Dan 40% dikelola oleh pengurus Lembaga Bisnis yang dibentuk untuk pembayaran karyawan dan pengembangan lembaga.
Jika uang pangkal anggota sebagaimana yang diwajibkan oleh AD/ART dan iuran alumni untuk modal usaha berjalan maksimal dan pengelolaan euangan secara professional maka sudah bisa dipastikan maka HMI akan menjadi organisasi yang mandiri.

Jika 6 langah ini dijalankan dengan maksimal dan konsisten maka kita berharap 25 Tahun yang akan datang HMI akan muncul sebagai kekuatan besar dan melahirkan kader-kader yang mengisi pembangunan dinegeri ini.

MEMPER-SOAL-KAN tentang Perkaderan HMI dan BPL HMI...?!


MEMPER-SOAL-KAN tentang Perkaderan HMI dan BPL HMI...?!
(Sebuah evaluasi dan otokritik untuk perkaderan HMI nasional)

BPL HMI adalah ibarat barisan pasukan terdepan dalam perkaderan HMI, menjadi barisan terdepan dalam sebuah peperangan tidaklah mudah, dan mungkin paling tidak disukai/diminati oleh seseorang, karena apabila dalam peperangan maka bisa mati pertama kali dimedan peperangan, namun tanpa barisan terdepan maka ribuan bahkan jutaan pasukan tak akan ada artinya, oleh karena itu, biasanya pasukan terdepan haruslah memiliki kemampuan tempur yang tak terkalahkan dan bermental baja, sekali berarti setelah itu mati.

BPL HMI sebagai wadah bagi para INSTRUKTUR yang siap perang tanding dimedan perkaderan tentu memahami hal tersebut, tugas yang berat dan selalu menjadi ujung tombak bagi perkaderan HMI, tanpa instruktur dalam sebuah training maka ibarat kuliyah tanpa dosen. HMI tanpa INSTRUKTUR yang tergabung dlm BPL HMI maka ibarat sebuah kampus yang tak punya dosen, sehingga arah perkuliyahan tidaklah jelas dan tak tentu arahnya.

menyoal kualitas dan kuantitas SDM INSTRUKTUR di HMI Secara nasional.
berbicara kualitas, maka bisa saya katakan bahwa HMI hari ini hanya memiliki INSTRUKTUR yang hanya layak untuk mengelola LK 1 saja, hal tersebut bisa dilihat dari training-training instruktur/SC/TPL selama ini, kurikulimnya hanaya berkutat pada pengelolaan LK 1 saja, apalagi apabila kita lihat dari sudut pandang konsep training INSTRUKTUR yang ada dalam POLA PEMBINAAN PENGELOLA LATIHAN BPL HMI yang memiliki jenjang sampai instruktur LK 3, oleh karena itu saya sangat miris sebenarnya ketika melihat instruktur yang terpaksa atau dipaksakan secara struktural dan kultural untuk mengelola training di HMI saat ini, baik mulai LK 1- LK 2- LK3, oleh karena itu sebenarnya saya yang sekarang mendapat amanah di BPL PBHMI sebagai KORWIL JAWA-BALI-NUSRA mencoba terus untuk mensosialisasikan terkait konsep pola pembinaan tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas SDM INSTRUKTUR di HMI selama hampir dua tahun ini.
sedang permasalahan kuantitas, saya katakan bahwa HMI hari ini mengalami krisis instruktur yang sangat krusial, bagaimana mungkin HMI secara nasional kurang lebih hanya memiliki 500-700 INSTRUKTUR Saja (dihitung masa aktif keanggotaan diHMI), SEDANGKAN HMI secara NASIONAL memiliki kurang lebih 100.000 anggota, ibarat sebuah kampus yang memilki mahasiswa 100.000 dan hanya memilki dosen 500 an, bagaimana sistem pembelajaran/pendidikan nya bisa berjalan dan memiliki kualitas SDM yang bagus dan berkualitas?
oleh karena itu, dalam catatan ini saya mengajak pada seluruh elemen yang ada di HMI untuk memikirkan permasalahan KRISIS INSTRUKTUR ini, tentunya juga secara kelembagaan yaitu BPL sebagai wadah para instruktur di HMI ini. Khususnya kawan kawan DI TUBUH BPL HMI secara nasional, meng evaluasi permasalahan internal kelembagaan sehingga benar-benar bisa menjawab tantangan krisis instruktur ini. dan pada umumnya PENGURUS HAMI dari pengurus besar hingga pengurus cabang secara nasional.

HMI kedepan harus memiliki sekitar 15.000-20.000 INSTRUKTUR, dengan rasio 1:5, 1 instruktur memilki tanggung jawab untuk mengkader 5 anggota. sehingga aktivitas perkaderan di HMI benar benar efektif dan dinamis. 
inilah evaluasi dan otokritik saya kalo perkaderan HMI mau berjalan dengan ideal dan tak mau bubar!
MOHON MAAF APABILA BANYAK KEKURANGAN DALAM CATATAN INI.

brebes, 14 desember 2012
ahlan el-faz ( FUNGSIONARIS BPL 

HMI CABANG KEDIRI; SEBUAH CERMIN EVALUASI DAN PROYEKSI PERKADERAN HMI KE DEPAN


HMI CABANG KEDIRI;
SEBUAH CERMIN EVALUASI DAN PROYEKSI PERKADERAN HMI KE DEPAN

HMI Cabang kediri adalah salah satu cabang HMI tertua di Jawa Timur, yaitu diantara HMI Cabang Malang, Cabang Jember dan Cabang Madiun(telah tiada) Juga Cabang Surabaya begitu ungkap Pak KS. Haryanto (salah satu alumni generasi ke 2 HMI Cabang Kediri), 50 Tahun lebih cabang ini berdiri, hingga kini walaupun tumbuh tenggelam HMI cabang Kediri masih tetap eksis menjalankan proses kaderisasi dan proses regenerasi kepemimpinan, 50 tahun bukanlah usia yang muda lagi, usia yang sudah matang seharusnya, kematangan berpikir dari para kader-kader yang telah dicetaknya yang kini telah malang melintang di masyarakat luas.
HMI Cabang Kediri harus secepatnya berbenah diri dan tidak terlalu larut dalam ketidak pastian rutinitas kader-kader HMI selama ini. Kita Sebagai kader-kader HMI Cabang Kediri harus secepatnya menghembuskan angin segar dengan penuh visioner, menerobos belenggu-belenggu kebekuan dan kejumudan paradigma berfikir kader-kader HMI hari ini. Pragmatisme, hedonisme, dan cara berpikir instan harus cepat-cepat disingkirkan dari kader-kader HMI Cabang Kediri.
Dalam catatan ini, Saya mencoba feedback tentang pengalaman pada beberapa periode kepengurusan HMI Cabang Kediri, mulai dari kepengurusannya sdr. A. Fauzi, dimana secara dinamika intelektualitas dan dinamika organisasi di eksternal begitu kentara, masuknya sdr. A. Fauzi menjadi team perumus NDP dimataram yang kemudian disyahkan pada kongres di Makassar adalah sebagai wujud dinamika yang ada pada waktu itu. Kemudian pada masa periode sdr. M. Badrus zaman, dinamika internal ditata ulang karena pada masa sebelumnya mengalami beberapa kendala yang lumayan signifikan, perkaderan mulai di efektifkan dengan dibentuknya BPL, juga didirikannya LAPMI dan majalah AN-NATIQ yang pada waktu itu PIMRED- nya sdr. Ahlan EL-FAZ. Pada periode sdr Musta’id, dinamika internal mengalami chaos, ada dualisme kepemimpinan antara kepemimpinan sdr Musta’id dan sdr. Syaifudin zuhri, namun training-training baik formal maupun informal tetap berjalan yang diback up oleh BPL HMI Cabang Kediri yang pada waktu itu masih dipimpin oleh sdr. Ahlan EL-FAZ. Dan pada periode sdr. M. Magfuri, ada beberapa catatan antara lain, terkait permasalahan sekertariat yang terus berlarut-larut hingga belum ada solusinya, perombakan struktur kepengurusan yang tidak dilanjutkan dikarenakan ada perpecahan di tingkatan PBHMI.  Pada periode ini juga perkaderan berjalan lancar, training-training bisa berjalan baik ditataran cabang maupun komisariat.
Dalam kurun beberapa periode ini dalam pengamatan penulis, ada beberapa catatan hitam yang telah menjadi suatu tata nilai/tradisi yang hampir menenggelamkan proses kader-kader HMI dalam kancah Perkaderan HMI secara nasional, antara lain:
1.       Lemahnya bassic sistem kaderisasi yang ditanam oleh para kader-kader pendahulu.
2.       Lemahnya jaringan komunikasi antar kader-kader HMI Cabang Kediri dan para alumninya baik ditingkatan lokal, regional, hingga nasional.
3.       Belum adanya visi kaderisasi untuk HMI cabang kediri yang bersifat jangka panjang.
4.       Lemahnya pembangunan bassic intelektualisme dan profesionalisme pada kader-kader HMI Cabang Kediri selama ini.
5.       Kader-kader HMI Cabang Kediri dan alumninya sebagian besar berfikirnya pada wilayah lokal, sehingga menjadi penghambat untuk melahirkan kader-kader HMI yang memiliki jiwa kepemimpinan secara  nasional.
6.       Lemahnya trust (kepercayaan) dari publik pada Institusi HMI Cabang Kediri yang ditimbulkan dari kurangnya peran serta para kader HMI dalam memberikan pengaruhnya pada pembuatan kebijakan daerah yang dalam rangka untuk kesejahteraan masyarakat luas.
7.       Lemahnya sistem manajemen keuangan HMI Cabang Kediri, belum memiliki foundrishing yang tetap dan usaha mandiri untuk keberlangsungan nafas dan gerak organisasi.
8.       Masih ter-abaikan-nya beberapa komisariat, sehingga mengalami stagnasi perkaderan pada komisariat yang lagi mengalami masalah internal.
9.       Kurangnya perhatian pada perkembangan politik dunia kampus, sehingga belum bisa mewarnai dunia kampus secara makasimal.
Moment konfercab sudah seharusnya menjadi suatu moment evaluasi program jangka pendek juga jangka panjang, HMI sebagai organisasi perkaderan maka program disini adalah program kaderisasi yang telah dilakukan oleh satu kepengurusan dalam suatu kepemimpinan dan program-program yang akan dilakukan oleh suatu periode kepengurusan berikutnya. Dan yang harus dievaluasi juga program jangka panjang HMI Cabang Kediri selama ini, suatu visi jauh kedepan yang harus dilakukan oleh setiap kader HMI se-kediri dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridloi ALLOH SWT, dan pastinya harus di pimpin oleh kepemimpinan yang punya visi jauh kedepan, 20 hingga 50 tahun kedepan.
Oleh karena itu, dalam rangka KONFERCAB HMI CABANG KEDIRI KE XXIX, saya mencoba menyumbangkan beberapa gagasan untuk HMI CABANG KEDIRI kedepan, yaitu:
1.       Membangun bassic sistem perkaderan yang kokoh, menyiapkan SDM instruktur yang berkualitas dan memiliki integritas tinggi, menciptakan manajemen perkaderan yang rapi dan sistematis pada setiap jenjangnya.
2.       Membangun jejaring komunikasi yang kokoh antara kader-kader HMI dengan alumni HMI, baik secara formal maupun informal dalam batas sewajarnya. Sehingga tidak ada intervensi negatif didalmnya.
3.       Membangun visi perkaderan jangka pendek dan jangka panjang untuk kader-kader HMI Cabang Kediri 20-50 tahun kedepan.
4.       Menciptakan budaya intelektualisme dan profesionalitas dikalangan kader-kader HMI Cabang Kediri yang bernafaskan islam
5.       Me-revolusi mindsite kader-kader HMI yang hanya berfikir lokal menjadi berfikir nasional dan internasional, sehingga akan mampu menjadi pemimpin yang bertaraf nasional dan internasional.
6.       Membangun trust organisasi yang diawali dengan membangun character / mental para kader yang memiliki integritas tinggi.
7.       Menata kembali sistem keuangan HMI Cabang Kediri, sehingga organisasi ini mampu berjalan secara mandiri.
8.       Mengadakan konsolidasi internal pada komisariat-komisariat yang mengalami stagnasi perkaderannya, yang berakibat pada ketidak mampuanya untuk mengadakan regenerasi di komisariat.
9.       Menata ulang strategi untuk mewarnai kampus-kampus dilingkup HMI Cabang Kediri dan sekitarnya, dan terus mengadakan konsolidasi eksternal agar mampu memperbanyak peran untuk kader-kader HMI dikampus.
Itulah beberapa gagasan saya walau banyak kekurangan dalam catatan singkat ini, namun mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk perkaderan HMI CABANG KEDIRI tercinta, dan dalam tulisan ini saya mau berucap” selamat BERKONFERCAB KE XXIX, semoga mampu merumuskan visi jauh kedepan untuk HMI Cabang Kediri dan mampu memilih pemimpin yang amanah, dan memiliki integritas tinggi juga konsisten dalam perjuangan untuk mensyi’arkan agama islam”.
YAKIN USAHA SAMPAI,
JAKARTA, 03 APRIL 2012 

REVITALISASI PERKADERAN HMI



REVITALISASI PERKADERAN HMI

Perjalanan panjang akan terus saya lalui, dari training ke training, dari forum ke forum. Dari sabang sampai merauke, dari daerah ke daerah dengan berbagai macam kultur, suku dan permasalahan yang kompleks di organisasi HMI ini.
Organisasi mahasiswa yang teramat tua dan gemuk, namun tak berenergi, sehingga ibarat macan tak bertaring dan lemes tak bergerak. Sedangkan disekelilingnya dipenuhi dengan kepentingan-kepentingan sesaat kelompok-kelompok pragmatis demi urusan pribadinya.
Secara ideologis telah rapuh, sacara intelektualitas telah kalah saing  dan diambil oleh orang-orang diluar organnisasi ini, atau bahkan diambil alih oleh para alumni. Secara profesionalisme cukup jauh tertinggal, hingga apalagi yang bisa dibanggakan?! Sepertinya saya sebagai master di HMI punya tanggung jawab besar untuk memberikan solusi alternatif dan kongkrit, strategis dan praksis.
Visi ini harus saya jabarkan dalam bentuk konsep, saya urai dalam misi-misi kecil untuk menunjang misi besar, sehingga mampu mencapai visi besar dalam organisasi ini. Dari  trianing ke training, dari kelompok diskusi kecil dan ringan harus ber-orientasi pada satu titik, yaitu pengembangan SDM dengan percepatan sepuluh kali lipat di organisasi ini. Kader-kader harus belajar lebih giat dan lebih cepat lagi untuk mengejar ketertinggalan hari ini. Sistem yang rapuh ini harus dirubah dengan sistem yang baru dan menantang. Konsep ini nantinya haruslah konsep yang revolusioner, radikal dan istiqomah.
Tentunya, hari ini saya harus memiliki kelompok-kelompok kecil yang masih komitmen dan loyal, konsis dalam berbagai macam tantangan, merubah kondisi yang sudah carut marut dan semrawut ini diperlukan suatu keberanian yang sistemik. Menggeser paradigma dan nilai-nilai lama yang jelek dan telah jadi kultur di keder-kader HMI selama ini.
Optimisme harus terus dibangun, diperkokoh dan terus dipupuk menjadi suatu energi dan kekuatan yang besar untuk suatu perubahan yang besar. Bangkit dari keterpurukan masa lalu ini harus menjadi kesadaran bersama. Membenahi sistem perkaderan dan khususnya sistem training di HMI adalah satu pilihan kalo HMI tidak mau tenggelam dan terlindas oleh sejarah.
HMI pernah menjadi ikon pelopor perubahan di negeri ini, pemuda yang brilian dan progresif pernah mewarnai perjalanan bangsa ini. Namun warna itu telah memudar , sehingga membutuhkan kualitas baru yang berbeda.
Oleh karena itu, HMI harus mampu menjawab tantangan ini kedepan. Mewarnai kembali bangsa ini dengan ide-ide brilian, cerdas, progresif, revolusioner dan kreatif. Tanggung jawab sebagai kader HMI adalah membuat/mengadakan suatu pembaharuan dalam organisasinya dan tanggung jawab sebagai instruktur adalah mengadakan suatu revolusi perkaderan dan inovasi-inovasi baru dari setiap jenjang trainingnya.
Sekarang ini tentunya dengan mudahnya fasilitas pembelajaran yang ada dan mudah untuk didapat seperti; buku, alat-alat teknologi, fasilitas tempat yang kondusif, hingga internet-pun bisa diakses dimana-mana. Maka sudah selayaknya  merumuskan konsep yang efisien dan berkualitas, dan sudah seharusnya kita melangkahkan kaki lebih awal untuk menjadi kelompok yang membawa peradaban baru diera milenium ke-III.
Banyaknya SDM yang sudah berkualitas dan memiliki integritas ini sudah selayaknya dijadikan tolak ukur atau konseptor/instruktur di HMI sesuai kompetensinya. Mari kita merambah dunia profesionalitas dan dari segala lini kehidupan. Mempermudah sistem koordinasi dan strukturnya dengan jaringan teknologi. Dan menata manajemen sedemikian rupa, sehingga organisasi ini ramping, lincah dan dinamis juga produktif.
Dan pada giliranya pembentukan watak dan integritas pada setiap diri anggota harus dipersiapkan, harus ada quality controle yang ketat untuk menjaga output perkaderan. Sehingga kita tidak akan kecolongan lagi, dengan output yang tidak bisa diandalkan.
Membangun jejaring komunikasi yang sehat dan melatih kader agar bisa mendiri. Agar tidak terjebak pada ketergantungan pada senioritas harus secepatnya diupayakan dan menjadi prioritas penting. Hal ini dalam rangka untuk menghilangkan budaya KKN baik diorganisasi maupun secara umum buat kepentingan bangsa dan negara.
Membangun generasi yang unggul dan berkualitas tinggi adalah impian yang harus diwujudkan, sehingga kedepan kita (HMI) ini akan memiliki kader-kader yang unggul dan handal dan siap untuk menciptakan peradaban yang baru. Kader yang memiliki knowledge, intelectuality, professionalitas, attitude (akhlaqul karimah), berbudaya/beradab dan hikmah.
Dari semua paparan diatas saya mencoba memberi gagasan untuk HMI kedepan:
1.       Mengurangi jumlah struktur / fungsionaris di PBHMI, maksimal 30-50 orang, dibadko antara 20-30 orang, dicabang antara 15-20 orang, dikorkom dan koms antara 10-15 orang, selebihnya dimaksimalkan dilembaga-lembaga kekaryaan sesuai dengan potensi dan profesionalitasnya.
2.       Dengan stratifikasi jenjang training dan kualitas yang memadai, BPL baik yang dicabang dan di BPL PBHMI harus diperbanyak dan dialokasikan dana yang maksimal buat perkaderan dan terus ditingkatkan kualitasnya. Sehingga akan berlomba-lomba secara kualitas menuju total quality.
3.       Merumuskan kembali pedoman perkaderan, sistem dan manajemen pengelolaan training, juga follow up dan upgradingnya. Menyususn kurikulum berbasis Kontemporer, komplek dan global.
4.       Memperbaharui konsep kerangka nilai-nilai dasar perjuangan dan panduan operasionalnya untuk menjadi pedoman/landasan gerak/langkah perjuangan kader dimasa yang akan datang. Kader yang dipersiapkan menjadi kholifah fil ard yang akan membangun peradaban baru. Membentuk lagi kerangka keseimbangan antara manusia, alam semesta dan sang penciptanya. Membangun konsep keadilan dan semangat untuk menggali ilmu pengetahuan yang telah ada dan terus dikembangkan menjadi IPTEK yang ramah lingkungan dan ramah kemanusiaan, dan tetap menjaga keseimbangan alam sehingga bisa/mamapu mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridloi Alloh SWT.
5.       Membangun lagi jejaring-jejaring sosial dalam rangka mewujudkan kemandirian anggota yang akan berefek pada kemandirian masyarakat berbangsa.
6.       Membuat langkah-langkah strategis untuk ikut andil dalam melakukan tekanan melalui bergaining politik pada pemerintah, sehingga mampu mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah yang pro masyarakat kecil, sehingga akan melahirkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat indonesia bahkan masyarakat internasional.
Sedangkan pada pedoman perkaderan, saya punya beberapa gagasan yang lebih intensif dan khusus. Diantaranya:
1.       Membedah ulang konsep pedoman perkaderan yang ada, dan mengevaluasi hasil dari konsep training selama ini.
2.       Menyederhanakan sistem training dan memperketat sistemnya dengan quality controle yang berstandart internasional.
3.       Pemakaian multibahasa dan multiteknologi dalam pentrainingan
4.       Kurikulum harus memiliki standar internasional, menitik beratkan pada wawasan global.
5.       Menguatkan kembali keterampilan kader dengan berbagai macam training profesi.
6.       Mempersiapkan instruktur / SDM yang berkualitas secara nasional dan internasional untuk diterjunkan pada seluruh training-training di HMI.
7.       Menggunakan sistem belajar 24 jam, bermuamalah dan beribadah. Sehingga training-training di HMI tidak lagi terasa gersang dari nilai-nilai keislaman dan praktek-praktek keislaman itu sendiri.
8.       Kajian advokasi, analisis dan penelitian sudah harus menjadi metode penting dalam training-tarining di HMI. Terjun mengadvokasi masyarakat dengan kompleksitas permasalahanya. Juga hal-hal yang terkait dengan teknologi dan peluang berwirausaha.
9.       Kajian-kajian keilmuan harus berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits, karena kebangkitan Islam ada pada Al-Qur’an dan Hadits, baru dikembangkan dalam kerangka strategis dan taktis.
10.   Menjadikan budaya lokal (kearifan lokal) agar menjadi bassis / materi dalam training. Hal ini untuk mengangkat budaya lokal di indonesia menjadi budaya global, baik philosophy hidup maupun kreativitas budaya lokal.
11.   Sistem evaluasi training dengan beberapa pointer diantaranya :
a.       Afektif : kedisiplinan, etika, kerapian, performance
b.      Kognitif : screening, test, tugas, aktivitas forum
c.       Psikomotorik : tanggung jawab, kepemimpinan, sosialisasi, praktik, ibadah
12.   Manajemen pengelolaan training dengan prosentase sebagai berikut:
LK I: Inbond 70% outbond 30%
LK II : Inbond 50% outbond 50%
LK III: Inbond 30% outbond 70%
Sedangkan prosentase materinya :
LK I : 70% teori, 30% praktek
LK II : 50 Teori, 50 % praktek
LK III : 30% Teori, 70 % praktek
13.   Pemateri untuk LK III adalah peserta itu sendiri dan nara sumber/tokoh cukup dijadikan sebagai pembanding/penguji teori dari makalah peserta.
14.   Kurikulumnya harus berbassis ke-islam-an, ke-HMI-an, keindonesiaan, keterampilan (profesionalitas), kemandirian, wawasan internasional, wawasan IPTEK